Copa America yang merupakan ajang tertinggi dalam pertarungan tim-tim sepakbola dari kawasan Amerika Selatan kali ini terasa spesial. Alasan utamanya adalah pelaksanaannya yang berdekatan dengan Olimpiade 2016 yang berlangsung di negara Brazil. Tapi Copa America tetap lebih bergengsi karena merupakan puncak dari sepakbola bermutu di Amerika Selatan. Sudah bisa dipastikan bahwa semua tim telah menyiapkan diri sebaik mungkin walau mereka tetap harus menantikan berakhirnya kompetisi sepakbola di negara-negara Eropa khususnya Liga Champions. Ini dikarenakan banyaknya pemain-pemain inti yang bermain di banyak klub kuat di Eropa. Tentu saja khususnya di Real Madrid dan Atletico Madrid yang bertanding di final Liga Champions.
Sangat menarik bahwa pada tahun 2016 pada saat yang hampir bersamaan berlangsung Copa America dan Euro. Yang satu adalah kejuaraan yang merupakan lambang supremasi sepakbola di Amerika Selatan. Sedangkan yang satu lagi adalah simbol kekuatan utama sepakbola di Eropa. Â Sejak dulu memang kedua kawasan ini merupakan dua kutub sepakbola dunia. Lebih dari itu, kedua kawasan ini yang berseberangan dalam gaya bermain sepakbola tetap merupakan kawasan subur dalam menghasilkan pemain bola yang bermutu. Dari kedua kawasan ini seolah-olah seperti air yang mengalir tak pernah putus dalam menghasilkan, melahirkan, dan menciptakan pemain-pemain bola hebat.
Copa America serupa tapi tak sama dengan Euro, selalu menjadi magnet bagi para peminat sepakbola. Pemain lama, pemain baru muncul, dan pelatih kenamaan, semuanya bergumul dalam berbagai formasi permainan untuk menghibur masyarakat Amerika Selatan yang menomorsatukan sepakbola di atas segala-galanya. Walau perut kosong, hidup masyarakat kawasan ini selalu dinamis karena adanya sepakbola. Tidak pelak jika semua pemerintahan negara-negara di kawasan ini sangat mendukung perkembangan sepakbola.
Satu catatan menarik adalah bahwa baru kali ini Copa America diikuti oleh 16 peserta, yang mana sepuluh tim dari kawasan Amerika Selatan dan enam tim dari kawasan Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia. Biasanya Copa Amerika hanya diikuti oleh dua belas peserta, dengan sepuluh tim dari Amerika Selatan serta dua tim dari kawasan Amerika Utara. Amerika Tengah dan Karibia. Â Turnamen yang khusus kali ini adalah untuk memperingati 100 tahun pelaksanaan Copa America. Turnamen ini disebut Centenario Copa America, sebagai pertandingan pertama pada Jumat tanggal 3 Juni atau bertepatan dengan Sabtu 4 Juni waktu Indonesia adalah antara tim tuan rumah Amerika Serikat dengan Kolombia.
Tim tango Argentina kali ini merupakan tumpuan masyarakatnya untuk memenangkan Copa America. Bangsa Argentina yang pecandu bola sangat mengharapkan Piala Copa America akan dimenangkan timnya. Ini adalah kompensasi positif, pelipur lara, dan obat mujarab untuk menghilangkan rasa kecewa akibat gagalnya Messi dan teman-temannya di Piala Dunia 2014 yang lalu.
Dari segi kekompakkan, soliditas, dan kebersamaan tentu saja tim Argentina tidak perlu diragukan,Kualitas para penyerang tim Argentina seperti Messi, Higuain, Aguero dan Lavezzi merupakan jaminan mutu. Di lini tengah, ada Ever Banega, Javier Pastore, Angel di Maria dan Javier Mascherano yang menjadi pengumpan bola akurat. Â Untuk lini belakang, Nicolas Otamendi dan Marcus Rojo sangat padu dalam mengatur lini bertahan Argentina. Sedangkan untuk penjaga gawang, pilihan utama tetap pada Sergio Romero.Â
Dengan banyaknya pemain bermutu di skuad Argentina. Sudah bisa dipastikan tidak mudah bagi pelatih Gerardo Martino untuk memilih sebelas pemain utama. Namun, pelatih ini sudah tahu siapa yang diturunkan dengan memperhitungkan lawan yang akan dihadapi. Â Sepakbola menyerang Argentina tidak perlu diragukan. Masalah pada tim Argentina adalah pada lini belakang. Namun dengan adanya Marcus Rojo dan Nicolas Otamendi, nampaknya pelatih Martino bisa lebih tenang.
Chile:
Sebagai juara bertahan, Chile, memang dalam kondisi menurun sejak menjadi juara Copa America 2015 yang lalu. Namun dengan materi pemain yang relatif sama, Chile tetap menjadi salah satu tim unggulan. Bermain di tempat netral, di luar kawasan Amerika Selatan, tepatnya di Amerika Serikat, lebih bagus buat tim Chile. Â Namun Chile berada di grup berat yang dihuni oleh Argentina, dan Meksiko, selain Jamaica,
Skuad La Roja yang dilatih oleh Juan Antonio Pizzi tidak main-main dalam menghadapi Euro 2016. Sang kapten, Claudio Bravo, yang bermain untuk klub Barcelona, walau umurnya sudah 33 tahun, sangat handal.  Apalagi lini penyerang Chile yang utamanya adalah Alexis Sanchez dengan Eduardo Vargas sangat disegani oleh bek-bek lawan. Lini tengah yang komandannya adalah Arturo Vidal tidak perlu dipertanyakan lagi dalam kemampuan menyuplai bola sekaligus menahan gempuran penyerang-penyerang lawan. Ditemani oleh Marcelo Diuaz membuat mereka mampu mendominasi lapangan tengah. Sementara batu karang di belakang adalah Mauricio Isla, Gary Medel, dan Juan Beausejor berada dalam usia kematangan bagi pemain sepakbola  jelas sangat bisa diandalkan.