Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola

Copa America 2015 Chile

12 Juni 2015   18:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi para pemain sepakbola profesional tidak ada kata capek dan istirahat. Usai pertandingan-pertandingan di berbagai kompetisi di Eropa, para pemain-pemain yang berasal dari Amerika Selatan bergegas kembali ke negara asal mereka masing-masing. Tujuan mereka adalah bergabung dengan teman-temannya untuk membela negara masing-masing dalam Copa America 2015 yang berlangsung di negara Chile.

Sebagai partai pembuka adalah antara tuan rumah Chile melawan Ekuador. Pertandingan ini akan berlangsung di stadion kebanggaan masyarakat Chile umumnya dan ibu kota Santiago khususnya, Nacional Julio Martinez Pradanos. Sebagai wasit adalah Nestor Pitana. Sementara itu kedua pelatih, Jorge Sampaoli dari Chile dan Gustavo Quinteros yang berkebangsaan Bolivia, sudah sangat siap dan sangat tahu betul kekuatan masing-masing. Maklum kedua tim sudah sering bertemu dalam ajang Amerika Selatan.

Copa America yang diadakan 4 tahun sekali diikuti oleh semua anggota Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan yang terdiri dari Chile, Ekuador, Venezuela, Kolombia, Bolivia, Brazil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay. Selain itu selalu ada 2 tim tamu yang kali ini adalah Meksiko dan Jamaika. Hampir semua pemain terbaik Amerika Selatan akan ikut karena turnamen ini adalah turnamen bergengsi di kawasan Amerika Selatan. Semua tim akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dalam turnamen ini tidak selalu tim favorit yang akan menjadi juara. Seperti pada 2011, tim tuan rumah Argentina yang diunggulkan ternyata gagal masuk final. Di pertandingan final Uruguay menjadi juara setelah mengalahkan Paraguay dengan angka meyakinkan 3-0. Kali ini siapa yang berpeluang untuk menjadi juara Copa America?

Perdana:

Sebagai tuan rumah, Chile tampil lugas, efektif, dan bersemangat. Mereka paham betul bahwa beban sebagai tuan rumah sangat besar. Apalagi dalam sejarahnya, kalau main di Chile, tim Ekuador tidak pernah menang. Tim Chile kali ini yang diperkuat oleh pemain-pemain bagus seperti Jose Vargas, Arturo Vidal, Alexis Sanchez, Medel dan kiper Claudio Bravo. Dengan tim yang diperkuat oleh pemain-pemain seperti ini tidak mudah bagi Ekuador untuk menang. Bahkan untuk memperoleh angka 1 saja sulit.

Ternyata, Chile yang walaupun kesulitan untuk mengembangkan permainan di babak pertama, yang mana pertandingan berjalan imbang 0-0. Baru di babak kedua Chile bisa unggul 1-0 berkat penalti yang dilesakkan oleh Arturo Vidal di menit ke 67 menyusul ia ditarik sehingga jatuh oleh pemain Kolumbia. Dalam hal ini Kolumbia yang tidak diperkuat oleh Antonio Valencia, bahkan tidak masuk dalam daftar 17 pemain yang disiapkan hari ini, bermain di bawah performa terbaiknya, Bahkan kemudian skor menjadi 2-0 untuk Chile oleh gol Eduardo Vargas di menit ke 86. Sayang sekali pertandingan ini diwarnai oleh kartu merah yang menyebabkan Matias Fernandez dikeluarkan pada menit ke 68 oleh wasit Nestor Pitana. Sampai peluit akhir pertandingan ditiup skor tetap 2-0 untuk Chile.

Dengan materi seperti sekarang Chile adalah salah satu tim yang diunggulkan. Apalagi Chile adalah tuan rumah. Menyimak tim Chile yang sekarang praktis sama dengan tim yang turun pada Piala Dunia Brazil 2014. Chile yang lolos babak penyisihan sebagai runner-up setelah Belanda, akhirnya ketemu Brazil di babak 16 Besar. Kemenangan Brazil 3-2 atas Chile diperoleh melalui penalti setelah imbang 1-1 walupun sudah diperpanjang 2 x 15 menit..

Selain Chile, maka tim Brazil juga diunggulkan. Empat tahun yang lalu ketika Copa America diadakan di Argentina, tim Brazil juga menjadi favorit juara. Tapi kenyataannya tidak demikian, tim Brazil tampil kurang menggigit. Tetapi, kali ini Brazil muncul dengan wajah baru setelah tahun lalu gagal menjadi Juara Dunia di negaranya sendiri. Kekalahan 1-7 dari Jerman memang masih menghantui tim Brazil, yang sebagian merupakan anggota skuad Piala Dunia 2014. Keadaan ini sangat dipahami oleh Carlos Dunga, sang pelatih. Oleh karena itu, Dunga tidak memberikan target juara bagi tim Brazil di Copa America 2015.

Walaupun tim Brazil tidak diberi target pada Copa America 2015, para penonton terutama pendukung tim Brazil punya pendapat berbeda. Dengan Neymar yang hasil uji coba yang sangat meyakinkan dari skuad asuhan Dunga, para pendukungnya percaya bahwa Brazil layak diunggulkan. Apalagi Neymar makin bersinar baik di Barcelona maupun di tim Nasional. Para pemain andalan Brazil lainnya adalah Thiago Silva dan David Luiz di pertahanan, Coutinho, Fernandinho, dan Willian di tengah, serta Robinho yang akan menemani Neymar di depan. Khusus untuk Robinho ada satu catatan, karena dia sudah menurun permainannya. Tapi, sepertinya Dunga memerlukan pemain senior seperti Robinho yang kaya pengalaman.

Bagaimana Argentina?:

Sepakbola Argentina selalu memiliki pemain-pemain bintang. Negara Argentina adalah pesaing abadi bagi Brazil di kawasan Amerika Selatan. Karena harus diakui bahwa kedua negara ini memang merupakan negara sepakbola. Selalu muncul pemain bintang. Sayangnya, tim sekarang yang disebut sebagai generasinya Messi adalah tm yang bertabur nama-nama terkenal, tapi miskin dalam piala. Skuad yang sekarang adalah skuad yang gagal di final Piala Dunia Brazil 2014. Ketika itu Messi dan kawan-kawan sudah dekat sekali untuk menggenggam Piala Dunia. Namun Neuer dan teman-temannya berhasil membawa Jerman menjadi Juara Dunia. Tim besutan Gerardo Martino sudah melupakan kegagalan tahun lalu di Brazil. Mereka siap untuk memberikan sesuatu bagi masyarakat Argentina. Menilik kepada skuadnya, beberapa di antaranya sangat meyakinkan selain Messi. Mereka adalah Otamendi dan Marcos Rojo di belakang, Mascherano, Pastore, dan Benega di tengah, serta Aguero dan Tevez yang akan membentuk trisula penyerang Argentina. Ada catatan tersendiri bagi Javier Mascherano. Pemain berpengalaman, stabil, dan kuat ini didorong ke depan menjadi gelandang. Ia kembali ke tempat asalnya sebagai pemain tengah. Selama di Barcelona Mascherano menjadi pemain belakang melapis Pique.

Peluang yang lain:

Sebetulnya masih ada tim lain yang patut diunggulkan. Tim ini adalah Uruguay. Sayangnya setelah kurang meyakinkan ketika bermain di Piala Dunia 2014, tim ini juga kurang meyakinkan ketika bermain pasca Piala Dunia 2014. Apalagi kali ini Luis Suarez tidak bisa tampil karena masih dalam skorsing setelah peristiwa menggigit Chiellini di Kejuaraan Dunia tahun lalu. Hanya saja jangan dilupakan bahwa Uruguay adalah juara bertahan Copa America 2011. Bagaimanapun Uruguay patut diperhitungkan.

Skuad Uruguay kali ini masih memiliki penyerang yang ditakuti lawan yaitu Edinson Cavani. Ia akan diduetkan dengan beberapa pemain muda antara lain Diego Rolan, 22 tahun, yang bermain di klub Bordeaux. Boleh jadi Diego Rolan akan menggeser Christian Stuani dari klub Espanyol. Di belakang masih ada Diego Godin dan Maximilliano Pereira. Sedangkan di tengah ada Nicolas Rodero dan Cristian Rodrigues. Sebagai penjaga gawang, jelas sekali pelatih kawakan Uruguay, Oscar Tabarez masih memercayai Fernando Muslera.

Dengan skuad ini Uruguay sepertinya tidak istimewa. Tapi jangan lupa bahwa Uruguay telah 6 kali masuk final di era Copa America, dengan empat kali menjadi juara. Jadi, jangan sekali-kali meninggalkan Uruguay dalam perebutan juara Copa America.

Di luar 4 klub unggulan, bisa saja terjadi kejutan. Tim seperti Kolombia yang dibesut pelatih berkebangsaan Argentina, Jose Pekerman, bisa berbuat di luar prediksi para pengamat sepakbola. Lihat saja ketika di Piala Dunia 2014 , tim yang memperoleh Fair Play Award, menampilkan James Rodriguez sebagai top scorer di Kejuaraan Dunia tahun lalu dengan 6 gol. Kolombia berhasil melaju ke perempat final yang bertemu dengan Brazil. Dengan tingkat kesulitan yang tinggi akhirnya Brazil menang 2-1.

Dari materi pemain, selain James Rodriguez, skuad Kolombia banyak pemain bagus. Sebagai penjaga gawang, David Ospina sangat teruji. Makanya Arsene Wenger menariknya ke Arsenal. Di lini pertahanan, nama-nama seperti Cristian Zapata, Pablo Armero, dan Juan Camilo Zunga merupakan jaminan. Di lini tengah ada Juan Cuadrado, dan Carlos Sanchez yang akan membantu James Rodriguez. Sedangkan di depan siapa lagi selain pemain haus gol, Roberto Falcao. Kemungkinan besar ia akan berduet dengan Jackson Martinez yang bermain di klub Porto. Sayangnya dengan perolehan kartu merah posisinya akan digantikan oleh Teofilo Guttierrez dari River Plate atau Carlos Bacca dari Sevilla.

Tanpa mengecilkan kekuatan tim-tim lain seperti Peru, Paraguay yang finalis tahun 2011, Bolivia, Venezuela, Ekuador, dan tim tamu Meksiko serta Jamaika, nampaknya peluangnya kecil untuk menjuarai Copa America kali ini. Walau begitu, tim-tim ini pasti akan bermain sebaik mungkin. Semua tim unggulan bisa saja tersungkur. Mereka bukanlah tim penggembira. Di kawasan Amerika Selatan, tim seperti Ekuador dan Paraguay sering tampil mengagetkan. Oleh karena itu, semua tim unggulan tidak boleh meremehkan tim manapun. Kita nikmati saja Copa America.

 

Ahmad Fuad Afdhal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun