Karena bapak dan ibu nya selalu memegang smarthphone, kemana pun pergi bawa smarthphone, makan membawa smarthphone, memeluk smarthphone, dan jarang memeluk anaknya. Sekali peluk anaknya dimasukin ke media sosial tidur memegang smarthphone, membuat iri sang anak. Sehingga anak tersebut bercita-cita menjadi smarthphone. Sang anak berkata " aku bercita-cita ingin jadi smarthphone supaya bersama ayah dan ibuku".
Saya khawatir masyarakat Indonesia menjadi antisosial. Apa itu antisosial?, tidak mau bergaul, hidup sendirian, dalam keadaan bersebelahan lebih peduli kepada postingan orang yang sakit (diucapkan semoga cepat sembuh yah) dibandingkan teman yang bersebelahan yang sakit (tidak diucapkan semoga cepat sembuh yah), tetapi tidak mendapatkan perhatian khusus, selayaknya berita dari smartphone. Bisa jadi suatu saat nanti sebelum kita wafat, kita sudah memesan kain kafan, alat pemandian jenazah, kuburan terbaik lewat online.
Saya memanggil para akademisi, aktivis sosial, dan orang tua mari kita jaga dan kita rawat ruang privasi yang ada di rumah tangga, bahkan anak-anak yang menjadi aset bangsa. Mohammad Ikhsan Tualeka (Founder Empower Youth Indonesia) pernah mengatakan "anak-anak adalah investasi terbesar dan termahal satu bangsa. Menjadikan mereka generasi cerdas, adalah ikhtiar mempersiapkan masa emas bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H