Mohon tunggu...
Sirajul Fuad Zis
Sirajul Fuad Zis Mohon Tunggu... Jurnalis - Public Relations

Penulis, Pengamat Komunikasi, Planner dan Akademis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Gue Menangis

16 Mei 2015   21:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

...terkadang Allah memberikan kita air mata untuk menyejukkan hati kita, Allah memberikan kita kesedihan, agar kita tahu nikmatnya, keikhlasan  bukanlah Allah merebut kebahagiaan kita, bukan pula Allah mengambil senyum kita, Namun Allah sedang mempersiapkan pengganti air mata dengan yang lebih baik lagi. Jangan bersedih jika kehilangan  sesuatu barang, harta yang dicintai atau apapun. Karena dibalik hujan badai akan ada mentari dan pelangi menghiasai, laa tahzan ya ikhwatifillah. Innnallaha ma’ana J..

Hubungan sillaturrahmi pun tersambung dengan kelembutan tersebut, antara bokap gue dan bapak sopir angkut, kejantanan yang dimiliki seorang sopir angkut tampak saat dia mengakui salahnya kepada bokap, bahkan sampe sekarang mereka tetap berteman baik dengan bokap dan nyokap gue. Alhamdulillah.

Alhamdulillah, ada berita yang bagus subuh ini. Tak lama lagi gue mau keluar dari perut nyokap , para pembaca yang budiman mari kita berdoa agar nyokap gue bisa ngelahirin perdana yang dilakukanya.

Gue sebagai objek yang akan dikeluarkan pada saat ini kedunia harus mengelus dada didalam janin( awas jangan bayangin), tapi gue tetap sabar menunggu detik-detik diri gue keluar sesuai yang di tetepakan Yang Maha Kuasa  di lahuful mahfuz. Waktu fajar pun datang, subuh itu nyokap mulai merasakan tendangan-tendangan dari kaki gue ke perutnya, bertanda gue mau keluar segera, gue nggak sabar banget ketika itu.

“puk…puk…puk”

Terdengar dari dalam janin.

Nyokap bilang ke bokap supaya ia di bawa langsung ke rumah bidan Emi, seorang bidan yang nggak terlalu jauh rumahnya dari rumah nenek gue. Karena pada saat itu bokap ama nyokap ke rumah nenek gue just mau gue lahir dikampungnya, katanya sich gue harus lahir juga dimana tempat nenek gue lahir, Lah di kampung biasanya emang orang kayak gitu, di sempatkan untuk melahirkan saja di kampung. Seperi one lini, loe akan simak kisah-kisah tentang gue di edisi berikutnya, walaupun kampungya jauh seperti dari Solok, Padang, Pekanbaru sampai-sampai jawa pun ada.* ini entah mitos atau fakta?

Bokap gue langsung gembira membawa nyokap dengan motor astreanya ke rumah bidan Emi dengan kecepatan 120/Km, agar gue lancar keluarnya. Hehe . Setibanya dirumah bidan Emi bokap ngantarin nyokap kedalam tempat persalinan yang dimiliki seorang bidan cantik dan masih muda ini, tapi kenapa gue bilang cantik ya? Kan gue sendiri belum pernah lihat dari kecil sampe sekarang pun nggak kebayang tuh wajah si bidan.

Nyokap gue masuk, bokap gue diusir bidan keluar.

akhirnya bokap Mengalah terus keluar.

Bokap menunggu rasa penuh harap di luar ruangan persalinan bidan dengan berdiri, duduk,berdiri,duduk, berdiri begitu seterusnya. Namun gue nyantai saja karena gue belum juga ditakdirkan untuk keluar dari rahim, gue belum lihat dan rasakan bidan Emi memegang kepala atau pun kaki gue, gue juga nggak tahu proses dari mana gue akan  keluar. Mungkin dari kaki atau kelapa etss kepala maksud gue.  Bentar lagi gue mau keluar. Mari berhitung sama-sama, ikuti ya!.

Satu…

Dua …

Empat…

eh bukannya tiga duluan seharusnya? Wah itu aja elo ributin jadi lambat neh gue keluar. Cepatan dong. Ketahuan banget membacanya pake irama, biasa aja dong J.

“aduuuuuh gueee nggak tahan, ayo keluarin gue dokter” rintih gue dari dalam perut waktu itu.

Dari arah luar bidan membimbing nyokap gue.

“tarik nafas bu, iyaaa tarik lagi pelan-pelan iyaaa yang kuaaat”

“huft...huft…huft” nyokap gue sesak nafas dan ngos-ngosan

Beberapa detik kemudian.

Tit..tit..tit

“Tigaaaaaaaaaaaaaaaaaa...” gue keluar dengan lumuran darah yang amis

Gue pun menangis dengan gembira

Bokap gue kayak lagi nonton permainan sepak bola Dunia yang menggoalkan ke arah gawang lawannya ”hoooree” dengan senang hati tentunya, gue sich belum berpikir, kenapa bokap malah senang ya? Sedangkan gue menangis di dalam ruangan. , begitu pun para family gue yang sama berada di luar ruangan bersorak menyambut kedatangan gue “kayak ada permainan bola yang seru saja pertandingan  spektakulernya chelsea lawan barcelona 50-0” dengan di awali sebuah tangisan yang paling berkesan dari gue.

Ketika gue udah gede sangat bertekad sekali ”gue nggak akan bikin mereka kecewa” .pada hari itu gue lahir hari Rabu, 01 November 1995 resmi menjadi anak pertama dari Zainal Efendi Love Isniati, gue teringat dengan lagu EbietGAde ”untuk kita renungkan agar gue selalu menjaga akhlak yang gue punya dimanapun berada. Hari itu gue benar-benar suci, nggak ada dosa sedikitpun, wallahualam untuk episode kehidupan gue selanjutnya, beginilah lirik lagunya:

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih

Suci  lahir dan didalam batin

Tengoklah ke dalam sebelum bicara

Singkirkan debu yang masih melekat 2x

Ooo

ddururdudud

ooo oo.ooo

anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya

kita mesti tabah menjalani

hanya cambuk kecil, agar kita sadar

adalah Dia di atas segalanya

ooo... adalah Dia di atas segalanya

anak menjerit-jerit, asap panas membakar

lahar dan badai menyapu bersih

ini bukan hukuman, hanya satu disana

bahwa kita mesti banyak berbenah

memang bila kita, kaji lebih jauh

dalam kegalutan,masih banyak tangan yang tengah berbuat nista

oohoo Tuhan pasti telah memperhitungkan

amal dan dosa yang kita perbuat

kemanakah  lagi, kita kan sembunyi?

Hanya kepada-Nya kita kembali

Tak ada yang bakal bisa menjawab

Mari hanya renung sejenak Pada-Nya

Bercermin-bercerimalah

Tuhan ada disini, jagalah oh jagala

berusahalah agar Dia tersenyum

Oooo..berusahalah agar Dia tersenyum

Dudududuuuuu ooooo oo

Hai Pembaca budiman J

Enak ya dengar nyanyian barusan, iya kan? Tapi itu mahnamanya membaca!!!hehe enggak mendengar hoho asal iya aja elo pembaca budiman, payah deh loe. Ets marah ? Jangan deh, gue lagi nggak mau saja jadi musuh saat sekarang ini okey.ayo browsing di geogle sekarang dan putar lagu Ebiet G Ade. Eh gue kan belum lahir, kok bisa tahu dengan nyanyian ya? Haha tentu aja gue menulis ini ketika kelas sebeles di Madrasah, udah tahu dong yang nyayi begituan (kan gue udah gede, badanya tinggi  lagi, jadi kalau gue lagi jalan pake baju batik atau kameja gue malah dikirain anak kuliahan, jadi orang pada takut deh melawan gue). Nah itu dia sebuah lagu dengan penuh renungan, gue nggak mau kalau hidup hanya nyusahin orang lain, enaknya nyenengin orang, agar gue dapat pahala dari Sang Penulis Terkenal(Allah”Penulis Al-qur’anulkarim”).  Gue lahir di daerah nyokap gue, bukan bokap gue. Kalau seandainya saja bokap ngarep gue lahir di kampungnya, butuh berapa jam tuh waktu untuk kesana? Kurang lebih enam jam perjalanan ke kota sepi yang sudah gue ceritain sebelumnya :p.

Ya lagian siapa juga yang mau lahir di atas motor, benar nggak? Mending di atas mobil.HaHaHa. tapi zaman dahulu kala itu gue belum punya  mobil.” wahai reader(Pembaca) berilah gue satu mobil niscaya Allah mempermurahmu dengan hati yang ikhlas untuk berjalan kaki dengan santai kemanapun di jalan raya alias kayak orang gila bin sinting, HaHa , epz sudah gue bilang tadi jangan emosi kalau elo dibilang orgil(orang gila), whudu’ sana kalau elo ikutan emosi dan masih juga enggak terima becandaan gue.haha ngakak banget gue ketawa sewaktu nulis ini.*mengkhayal tingkat dewa, jika benar-benar terkabul doa ini.

Gue adalah orang paling sering di ajak kemana-mana setelah lahir, tapi ya namanya anak kecil dahulu, tentu sedikit yang gue tahu kemana di ajak jalan sama bokap. Setelah gue lahir di Lubuk Nyiur, beberapa bulan kemudian gue di bawa sama nyokap dan bokap ke daerah Taratak, satu jam-an kalau dari Lubuk Nyiur.

Di Taratak lah kami tinggal bertiga, Gue, nyokap, dan bokap  . Oh sepinya rumah gue, tapi murid-murid sekolah bokap dan nyokap gue lah yang sering berdatangan meramaikan suasana rumah dinas yang dipakaioleh bokap, persis tempatnya itu disamping SD Taratak,Namun mereka pada usil sama gue. Kenapa sih bokap nggak hukum aja tuh anak-anak usil, semestinya kan bisa aja, anak-anak SD bisa diberdirikan di lapangan sekolah dan hormat kepada tiang bendera dikala matahari benar-benar membakar lingkungan sekolah.

Pembaca udah tahu nggak usil mereka ke gue gimana?

Sebagian dari mereka Ada yang menggemas pipi imut gue, bercanda dengan gue, kiss(cium) gue sepuasnya, ada juga yang ngasih roti ke gue. Enak deh jadi anak kecil disayangin terus sama orang sampai-sampai kambing aja iri sama gue ketika dia makan rumput di depan rumah dina. karena kambing nggak ada yang mau nyiumin. Hehe mau balik ke masa kecil jadinya nih J, gue panggil Doraemon ya agar bisa ke masa kecil?

Pintu saja kemana! Triing “ Permintaan anda gagal. Coba lagi.

Ngucapin mantranya saja belum benar, ya sudahlah berarti tidak di izinkan lagi  ke masa kecil. Seharusnya Pintu kemana saja.

Bokap nggak jadisaja hukum mereka, kan mereka usilnya baik, ada juga yang lagi masem-masem cium gue, ada juga anak-anak yang bau matahari dekat-dekat sama gue.yuhuuu tapi apa lah daya tangan gue yang mulus hanya bisa menampar-nampar pipi mereka dengan lembut. Ceritanya gue lagi lembut waktu kecil.

Bokap gue sering kedatangan tamu kerumah semenjak gue lahir. (memang benar, banyak anak banyak rezki), kayak teman guru bokap, siswa, family dari Lubuk Nyiur, just for look me hanya mau liat gue, jieeaah PD abis gue bro, but sebelum gue lahir perasaan nggak ada  yang mau main-main kerumah.

Gue tinggal di Rumah Dinas SD Taratak, rumah dinas untuk para guru yang merantau dari daerah lain. Yang sering kerumah gue bertamu ramah yaitu Tek Jarinis(bahasa indonesianya tante jarinis J) beliau sering membantu gue waktu kecil, begitu pun membantu nyokap gue memasak dan mencuci piring dengan ikhlas. Yang paling ingat dalam memori gue adalah ketika Tek Jarinis menyuapkan nasi pakai metode ala dia, gini metodenya saat mau menyuapkan nasi ke mulut gue.

tangkok-tangkok udaaang”( Tangkap tangkap udaaaang)...hap langsung masuk nasi ke mulut gue dech J

Hmm lezzzat buanget...

Hehe ternyata lucu juga mengingat masa lalu gue yang begitu cerah, karena ada rasa cinta dan sayang maka itulah bentuk fakta yang terjadi pada diri gue. Pada suatu hari nyokap mau belajar motor, “namun dia nggak PD abiezz kayak anaknya ini J”.HaHa. ya akibatnya jatuh  saat belajar motor di lingkungan sekolah SD Taratak.

Sampai sekarang nyokap kagak bisa-bisa bawa motor, walaupun kadang ketika  menjemput ke sekolah sering kali gue ngancam nyokap harus berani. Begini

“ah, kalau nggak mama yang bawa motor, nggak mau pulang”

“…” nyokap diam

“yaudah mama pulang aja dengan ojek” wah gue anak durhaka

J” nyokap gue senyum cetus

Walau ada dua motor yang nongkrong di depan rumah. Mungkin karena trauma kali , kasihan nyokap. Dan Alhamdullilah sekarang tahun 2013 nyokap juga mau di angkat menjadi Kepala Sekolah di salah satu SD, sama kayak bokap. Tentunya harus pandai bawa motor, sebab nggak satu jurusan lagi sama bokap, bareng berangkat School .oh ya gue lupa ceritaiin  kalau bokap atau nyokap gue ngajar selalu bring gue ke kelas buat nemenin beliau ngajar, asyik juga tapi, gue nggak nangkap tuh pelajaran, karena gue belum tahu apa-apa kala itu. Gue tahu dibawa ke kelas pun karena gue lihat-lihat foto kenangan gue and Family di Taratak, ada foto gue ketika memakai baju tentara sedang duduk di atas meja guru dan bokap sambil duduk juga ngajarnya. Ada juga foto ketika para murid-murid SD yang sedang senam, gue dan nyokap ikutan foto-foto juga. Nyokap lagi berdiri membimbing senam para murid, sedangkan gue duduk di tiang bendera pakai baju putih kecoklat-coklatan, bajunya jadul ala Jojon.

Oh ya…gue hampir lupa lagi, ada juga yang sering datang kerumah gue yaitu keluarga Uwo, seorang kakak ibu gue yang paling gede, yang paling sering datang itu anaknya Uwo yaitu one Lini(bahasa indonesianya kakak Lini J), One Nora, Bang Idep(Defrizal). Di antara 3 orang tersebut ada kisah yang berbeda-beda dengan gue, yang pertama yaitu one Lini, beliau ini seorang perempuan, beliau sering ngebully gue, nggak tahu juga alasanya kenapa. Sewaktu itu benar-benar kehilangan deh gue, sebab gue nggak ketemu lagisama dia, dengan polos gue nanyain one lini ke nyokap, karena one lini sempat tinggal lama di rumah Taratak, kerana ia udah tamat SMA di Batang Kapas.

Ma ama mmaana ooonee niini?”tanya gue dengan gaya ke anak-anakan, karena gue emang masih anak-anak.

“one pergi ke Malaysia nak” jawab nyokap.

Gue nggak lupa dengan hal itu, terus gue ngerasain sedihnya ditinggalin sama orang yang sering ngebully,apalagi sama pacar. biasanya dia yang selalu menghibur gue, rasanya sepi banget. gue dahulu juga nggak tahu tuh  Negara Malaysiaitu dimana , bukanya gue kampungan ya, waktu itu gue emang nggak tau sama sekali, kan gue masih kecil umur tiga tahunan. Alasan gue paling handal.

HeHe

Beberapa bulan kemudian baru ada paket yang datang dari Malaysia  . Ternyata oh ternyata paket tersebut dari one Lini yang mengirimkanya ke Alamat rumah dinas bokap, gue di kasihnya spidol pewarna dari Malaysia satu kotak besar, kemudian satu jam yang bisa di buka tutup kalau kita ingin melihat jam berapa nya sekarang, bahagia deh gue.

Sekarang one Linisudah Menikah dengan bang Adrizal yang ketemunya sewaktu bekerja di Malaysia. bang “Ad” itu panggilan biasanya.karena tinggal solok biasanya ia juga di panggil “Inyek. Menikahnya di Lubuk Nyiur , tentu gue hadir sewaktu disana, Nah gue syok berat sewaktu mereka berdua pulang dari Padang sebelum menikah dengan banyak luka-lukanya, wah ternyata One Lini dan Bang Ad habis jatuh di sebuah pendakian yaitu Bukit Pulai, sewaktu itu gue udah tinggal di Batang Kapas, di rumah dinas juga, sudah pindah dari Taratak.

Sekarang mereka berdomisili di kota Solok dan Alhamdulillah di anugrahi oleh Allah dua orang anak Azza dan Amel, Azza kayak lagunya anak Bung Rhido Roma , duh lupa deh gue judulnya, yang penting nyanyinya kayak gini nich “Azza azza oh azza teng teng tereng” itu doang yang gue tau karena liriknya gue denger dari iklan RBT di salah satu TV Swasta.

Hmm, ada juga om yang sering nyamperin gue kerumah dinas bokap dan nyokap, tapi gue nggak tahu namanya sekarang, apa masih hidup atau sudah tiada. Ia selalu bercakap dengan gayanya yang mudah gue ingat, suatu hari om tersebut datang kerumah gue.

“hai nakz, mana bokapz kamuz?

“di alam Pak” saking celurnya gue nggak tahu huruf D nya tinggal

“zama ziapa bapak kamuz di dalamz..ha? ini juga alamz bukanza nakz?”

“tunju cebentar ya pak?” celur gue ngikut-ngikutan gaya ngomongnya

“iyapz, bilang omz datang mau bertemu sama bokapz kamuz ya, janganz pake lama-lamaz,cause om nggak tahan berdiri lama-lama, om zeezak kencingz bangetz, om mauz ke wz”lanjut om dengan wajah yang memeng kayak mau ngelepasin pipis di celana.

Karna gue takut,gue berlari ke dalam memanggil bokap, agar bertemu dengan om Z (baca omzet), habisnya selalu pake Z ngomongnya, udah terbiasa mungkin kale ya, hehehehe. Tak lama kemudian bokap kedepan dan gue ngikutz, eh kebawa gaya om tadi gue, kemudian gue ikut bokap ke depan, sambil membawa main-mainan yang dibeliin bokap yaitu mobil Truck. Namun masalahnya cuma kayu di pasar Surantih. Bukan benaran.

“Azzalamualaikum pak Zainalz”

“walaiakum salam”jawab bokap

“zibuk bapakz zekarang, akuz zezak kenzing, boleh akuz ke wz zebentar zaja dahuluz?

“sekarang nggak sibuk J,heeheh boleh cepatan ntar keburu keluar didalam celana binti Rok” tungkas bokap gue agak usil.

Kemudian bokap memanggil gue, dan diterangkanlah om yang datang tadi,  om itu  namanya om Zainil, ya Zainil panggilanya “Inil” teman satu kuliah sama gue”tungkas bokap dengan ramah, waktu itu gue agak bingung ketika bokap bilang kalau nama om yang tadi itu Zainil, kayak kembaran bokap aja, soalnya namanya hampir mirip (maklum cara berpikir anak-anak). Tak lama kemudian keluarlah om Inil dari wz eh wc tersebut dan duduk di kursi depan rumah, karena gue sewaktu itu belum punya kursi sofa yang empuk, sampe sakarang pun belum punya. HeHe, berbincang-bincanglah mereka berdua di atas kursi kayu panjang ala bokap gue, buatanya ketika masih dinas di Taratak.

Alhamdulillah juga, kursi itu masih bisa kepakai mesti bokap gue udah punya rumah sendiri J. sampai om Inil mau pulang karena ceritanya sama bokap sudah selesai dan ngasih gue duit 50 ribu buat jajanz Cuma-cuma.* bisa jadi mau kampanye jadi… isi sendiri ya.

“iniz buatz beliz ez krimz yaz...janganz nakalz-nakalz kamuz, nanti zuzah inalz loz, oze!!”

“Makazih omz, oze um” tungkas gue mempercandain beliau, gue seneng banget pas dikasih uang segede itu, gue loncat-loncat dan mencium tangan om inil itu lagi ,gue pun berharap besok-besok om inil datang lagi, dan ngasih duit lagi,maklum zaman daholoe.

Hehe

Oohh gue ngak ingat apa-apa lagi nih, mau kisah mana lagi gue ceritaiin ya???

Ada saran dan mau request nggak elo?”kayak di radio aja J kalo ngak kita lanjut ke cerita berikutnya yuk.

part 2

novel ini tidak tersedia di toko buku, bagi yang ingin membaca bisa di dapat dari twitter kami  @fuadfunny

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun