Kita saat ini berada di zaman modern dengan berbagai kemajuan tekhnologi. Namun seiring berkembangnya zaman, manusia melupakan hal yang lebih penting dari ilmu pendidikan, yaitu adab. Dapat kita lihat dari kenakalan remaja yang semakin tidak terkendali, ini disebabkan kurangnya pendidikan akhlak. Dahulu pesantren dapat menjadi alternatif, namun seiring berkembangnya zaman pesantren mulai dilupakan. Banyak yang beranggapan bahwa pendidikan di pesantren sudah ketinggalan zaman, sehingga orang tua memilih pendidikan formal untuk anak mereka.
Sebagai lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia, pesantren telah melahirkan banyak sekali ulama yang juga melahirkan tokoh Islam. Seperti apa yang telah di dawuhkan oleh ustadz nur muttaqin (salah satu asatidz ponpes Miftahul Huda Ngroto) bahwasanya tidaklah ada ulama yang tidak dilahirkan dari pendidikan pesantren. Istilah pesantren merupakan berasal dari kata pe-“santri”-an, dalam bahasa jawa sendiri, kata santri diartikan sebagai murid. Sedangkan istilah dari pondok asal katanya dari bahasa Arab “Funduuq” yang memiliki arti penginapan. Kata pesantren ini umumnya dipakai di daerah Jawa, sedangkan di daerah Aceh memiliki nama tersendiri yaitu disebut dengan “dayah”.
Menurut penulis, di balik tercetaknya generasi unggul (khaira ummah) tidak lepas dari peran pondok pesantren dalam hal pendidikan, dalam dunia pesantren peserta didik (santri) di didik untuk bukan hanya cerdas dalam intelektual melainkan juga dalam perilaku sehari-hari dengan di landasi iman,taqwa serta akhlaqulkarimah sehingga akan menghasilkan generasi muslim yang unggul serta memiliki karakter.
al Quran sebagai mukjizat agung yang di miliki nabi muhamad SAW dan juga sebagai pedoman umat muslim dalam berbagai hal yang bersifat universal telah termaktub di dalamnya mengenai penjelasan terkait umat muslim khaira ummah yaitu dalam surah al imran (3) : 110 yang berbunyi :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah SWT (al ayat).
Tafsir QS.Al imran ayat 110 :
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir At-Thabari menghimpun paling tidak dua pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan umat. Pendapat pertama menerangkan bahwa yang dimaksud dengan umat adalah orang-orang yang hijrah bersama Nabi saw dari Mekah ke Madinah (muhajirin). Keterangan ini didapat dari jalur riwayat Ibnu Abbas dari Sa’id bin Jubair, al-Suddi, dan Ikrimah. Pendapat kedua berasal dari riwayat Abu Hurairah dan Mujahid mengatakan bahwa umat yang dimaksud ayat adalah siapa pun yang memenuhi tiga kriteria utama: a) amar makruf, b) nahi munkar, dan c) beriman kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan di dalam ayat.
Di kutip dari tafsir surat al imran diatas terdapat tiga kriteria utama (khaira ummah) yaitu amar ma’ruf, nahi munkar, beriman kepada allah. Dari ketiga kriteria tersebut telah di terapkan dalam lembaga pesantren di indonesia dalam menempa peserta didiknya, di dukung oleh susunan kegiatan serta kegiatan belajar mengajar yang di selenggarakan secara istiqomah oleh pondok pesantren, seperti yang telah di amalkan oleh pondok pesantren Assalafi Miftahul Huda Ngroto,Gubug,Grobogan.
Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda berada di daerah Grobogan Purwodadi, lebih tepatnya di desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Desa Ngroto berada di bagian barat dari jantung kota purwodadi. Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda merupakan lembaga pendidikan Islam yang lahir dan tumbuh berkembang ditengah-tengah masyarakat, salah satu tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan akhlaqul karimah juga nilai-nilai amaliah shalafus sholleh.
Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda merupakan salah satu pendidikan non formal yang ada di Desa Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Pendidikan nonformal ini bergerak di bidang keagamaan khususnya AlQur’an dan pengajaran kitab-kitab klasik.
Pada tahun 1990 Pondok yang keberadaannya di selatan masjid di pindah 1 panggung di utara masjid yang di asuh oleh KH. Masduri dan 1 pangung di utara makam simbah Abdurrahman Ganjur yang di asuh oleh KH. Munir Abdullah dikarenakan tanahnya terkikis oleh arus sungai tuntang yang selalu bertambah melebar setiap tahunnya sehingga menjadikan tanah sekitar pondok longsor. Pada tahun 1990-2002 santri berjumlah 40 orang dan selalu bertambah pada tiap tahunnya, mayoritas santri tersebut adalah masyarakat Desa Ngroto itu sendiri. Dan pada tahun 2008 KH. Masduri wafat dan yayasan Ustmaniyah diserahkan kepada putranya yaitu KH.M. Fathul Rosyad dan barulah pada tahun tersebut KH. Munir Abdullah mulai mendirikan atau menghidupkan lagi Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda dan secara insfratruktur dan logistik banyak perkembangan di dalamnya baik dalam segi bangunan dan bertambahnya santri yang datang dari luar daerah.
Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang berkiblat di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah Kedinding Surabaya.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan maka suatu lembaga harus memiliki visi-misi dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Adapun visi-misi Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda adalah sebagai berikut:
- Visi
- Menanamkan akhlaqul karimah atau budi pekerti yang mulia sejak dini sebagai bekal hidup dan kehidupan putra-putri dalam melanjutkan perjuangan salafus sholeh untuk melestarikan dan mengembangkan suri tauladan, bimbingan dan tuntunan dalam perjuangan dan hidup serta kehidupan yang penuh akhlaqul karimah.
- Misi
- 1. Menyelenggarakan pengajaran dan pendidikan formal atau non formal yang berorientasi pada kelestarian dan pengembangan suri tauladan, bimbingan dan tuntunan dalam perjuangan dan hidup, serta kehidupan yang penuh akhlaqul karimah.
- 2. Mempertahankan nilai-nilai salafus sholeh dan mengmbil nilai-nilai baru yang positif dan lebih maslahah dalam hidup dan kehidupan, beragama dan bermasyarakat.
- 3. Membentuk pola pikir santri yang kritis, logis, obyektif, yang berlandaskan kejujuran dan akhlaqul karimah.
- 4. Memberikan bekal keterampilan hidup, membangun jiwa santri yang mempunyai semangat hidup tinggi dan mandiri serta mampu menghadapi tantangan perubahan zaman.
Secara global kegiatan-kegiatan yang ada pada Pondok Pesantren Miftahul Huda ada tiga.Pertama bersifat Syiar, kedua wadlifah dan ketiga pendidikan.
- Syi’ar Meliputi manaqib dan maulid, pengajian kamisan, Manaqib malam 17-an bulan qomariyah, haul, majlis dzikir dan maulidur Rosul SAW.
- Wadlifah Yaitu, kegiatan yang bersifat berangkat (kegiatan yang bersangkutan langsung dengan Allah SWT, Rasulallah Muhammad SAW, Sultonul Aulia’ Syaikh Abdul Qodir Al Jilany ra, Hadlrotusyaikh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy ra). Dan berguna untuk menanamkan dan melatih tanggung jawab dan kejujuran hati, meliputi:
- a) Jama’ah maktubah, sholat sunah (Qobliyah dan Ba’diyah. Isyroq, Dhuha, Isti’adah, Tsubutil Iman, Hajat dan Tasbih).
- b) Aurod-aurod yang telah dituntunkan dan dibimbingkan
- c) Qiro’atul Qur’an Al Karim (dilakukan setelah istighotsah subuh)
- d) Maulidur Rosul Muhammad SAW (dilakukan setiap malam jum’at)
- e) Manaqib Sultonul Aulia’ Syaikh Abdul Qodir ra. (dilakukan setiap malam ahad)
- Pendidikan, santri diharuskan mengikuti kegiatan belajar di madrasah atau kelas. Pelajaran yang dikaji mulai dari Al-Quran, hadits,tasawuf, mustholah hadits, nahwu, shorof, fiqih kewanitaan, balaghoh, fiqih, ushul fiqih, tarikh, manaqib, maulid, dan ilmu tauhid.
Strategi dakwah dalam meningkatkan kepemimpinan santri yang dilakukan Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda dilakukan dengan berbagai upaya. Bukan hanya dengan memberikan pendidikan formal dan non formal saja tetapi, dengan memberikan berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pondok lainnya yang menunjang sebagai sarana mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap santri. Jadi, santri tidak hanya dibekali ilmu agama tetapi juga pendidikan formal lainnya serta dapat menyalurkan hobi atau mengembangkan bakat yang dimilikinya dengan berbagai program yang telah dibuat dan berbagai pelatihan, termasuk pelatihan kepemimpinan. Santri pasti akan merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan atau rutinitas yang selalu sama setiap harinya tanpa ada kegiatan pelatihan bakat minat. Dengan diadakannya berbagai kegiatan ekstrakulikuler santri diharapkan mampu mengembangkan sumber daya manusiannya dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal dalam menghadapi dunia modern yang serba berubah dengan cepat ini. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia memiliki peranan yang penting dalam proses pencapaian tujuan, berkaitan dengan sikap dan sifat yang dimiliki sumber daya manusia menjadi sesuatu yang harus diperhatikan guna diperolehnya hasil yang optimal.
Adapun ekstrakurikurikuler sebagai wadah apresiasi santri dan pengembangan potensi santri antara lain:
- Grup Hadrah
- Buletin Miftahul Huda
- Qiroah
- Diskusi kubro, atau Bahtsul Masail
- Football Club
- Language Club (Arabic and English)
- Khitobah
- Manaqib
- Seni dan Budaya
- BUM (Badan Usaha Mandiri)
- Menjahit.
Dari pondok pesantren Miftahul Huda dapat di ambil beberapa poin mengenai pembentukan generasi unggul, yaitu dapat di lihat bagaimana pendidikan yang di terapkan,nilai yang di tekankan,serta fasilitas yang memadai untuk mendukung proses belajar santri, dari mulai asrama,kitab, serta pengembangan minat bakat yang di wujudkan dengan adanya ekstrakurikuler.
Selain di saat pembelajaran, di luar pembelajaran pun santri di ajarkan dan di tekankan untuk bertingkah laku sehari-hari dengan berdasarkan akhlaqul karimah, baik secara pribadi maupun saat bersosialisasi dengan orang lain ,oleh karena itu di harapkan saat telah pulang dari pondok pesantren santri akan telah terbiasa dalam bermuamalah, serta terbentuk jiwa pemimpin dari dini karena telah di didik untuk berdiri di depan.
Di nukil dari dawuh kiyai Abdurrahman wahid atau yang kerap di sapa Gus Dur beliau mengatakan bahwa “tidak ada namanya mantan santri atau pernah nyantri, karena sejatinya seseorang yang telah menjadi santri akan tetap menjadi santri walaupun telah keluar/lulus dari pondok”, dalam dawuh yang lain beliau menyampaikan bahwa “yang namanya santri itu bukan cuma yang pernah mondok,yang pakai kopyah,sarung dan lain-lain, mereka yang berakhlak sebagaimana akhlak seorang santri,maka dia adalah santri” dawuh Gus Dur ini juga di indahkan oleh Gus Mus yang merupakan salah satu pemuka NU dan juga merupakan sahabat karib Gus Dur.
Dari untaian diatas menjelaskan bagaimana peran pesantren dalam mencetak generasi unggul, tidak terpungkiri bahwa pesantren memiliki peran yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan di indonesia,seperti halnya ponpes Miftahul Huda Ngroto yang mempunyai program serta metode dalam mendidik santri,kita ketahui bahwa sekarang ini kita di hadapkan dengan beberapa masalah dalam lingkup usia remaja-dewasa yang salah satunya adalah kenakalan remaja dan krisis moral, pesantren hadir sebagai garda depan dalam menanamkan karakter pada peserta didik bukan hanya sekedar transfer of knowledge namun juga di barengi dengan penanaman akhlakulkarimah dengan di landasi iman dan taqwa berdasarkan iman dan taqwa, sehingga akan menghasilkan peserta didik yang tangguh menghadapi perkembangan zaman,agamis,dan berwawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H