Mohon tunggu...
fathin furoidha efendi
fathin furoidha efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tingginya Harga Sembako di Awal Tahun 2022 akibat Tekanan Inflasi

8 Januari 2022   08:03 Diperbarui: 8 Januari 2022   09:36 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekonomian masyarakat baru saja bangkit dari dampak pandemi covid-19. Namun, langsung dihantam dengan terjadinya kenaikan sejumlah sembako pada awal tahun 2022 ini. Masyarakat terutama para pedagang kecil pun tak luput dari sasaran lonjakan harga tersebut. 

Banyak pedagang kaki 5 yang mengeluh karena tidak dapat berjualan sebagaimana mestinya akibat lonjakan harga sembako tersebut. Dan pada akhirnya dengan terpaksa mereka mengurangi penjualan dari jumlah yang seharusnya.

Seperti contoh pada harga minyak goreng terjadi kenaikan sebesar 4,18% pada sebulan terakhir, harga minyak goreng kemasan di pasaran rata-rata menjadi Rp 20.000 per Kg. Harga telur ayam pada Januari 2022 pun meningkat sebesar 9,25% dari bulan sebelumnya. 

"Inflasi pada tahun ini dapat dipicu oleh kebijakan pajak yang salah satunya merupakan penyesuaian tarif pajak pertambahan nilai (PPN) meningkat menjadi 11% dari sebelumnya, selain itu pada tahun 2022 harga cukai rokok pun ikut meningkat." Ujar Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira.

Akibat curah hujan yang tinggi dan bencana banjir yang umum terjadi hampir setiap tahun di berbagai daerah di Indonesia dapat memicu peningkatan inflasi.

Kenaikan harga dapat melemahkan daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi sulit berkembang. Bisa dikatakan tekanan inflasi yang tinggi membuat pertumbuhan ekonomi tetap rendah. 

Seperti kenaikan harga sembako yang menjadi faktor utama percepatan laju inflasi pada awal tahun 2022. Namun Bapak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan berpendapat bahwa "Di awal tahun ini sudah mulai menurun, tingkat inflasi pun kita sudah bisa menahan di 1,86% bahkan dibawah target." (05/01/22)

Pemulihan yang lebih cepat dinegara maju telat mendorong kenaikan inflasi, sementara negara berkembang masih berupaya memulihkan daya beli dan menangani pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun