Mohon tunggu...
Fatimah Arum Utari
Fatimah Arum Utari Mohon Tunggu... -

Belajar. Menerima kritik dan saran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak-anak Gemari Dangdut Koplo

30 Juli 2017   11:53 Diperbarui: 30 Juli 2017   12:55 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musik dangdut di Indonesia terus berkembang hingga melahirkan Dangdut koplo. Musik dengan ciri khas alat musik ketipung lahir dan berkembang di pulau jawa. Kita dapat melihatnya dari lirik-lirik lagu yang menggunakan bahasa bahasa jawa. Asyiknya musik dangdut koplo yang membuat pendengarnya bergoyang, kini memunculkan  banyak peminat. Khususnya masyarakat jawa yang tinggal di pedesaan, seperti daerah saya.

Di desa saya banyak orang suka sekali dangdut koplo.  Setiap hari pasti ada tetangga saya yang memutar keras-keras lagu dangdut koplo melalui speaker di rumahnya. Setiap ada acara desa pasti ada panggung dangdut koplo untuk meramaikan suasana. Hingga akhirnya semua kalangan di desa saya tahu lagu-lagu dangdut koplo tersebut, termasuk kalangan anak-anak yang masih sekolah TK dan SD. Fenomena anak-anak mengetahui, menyukai, dan bernyanyi dangdut koplo ini sungguh mengusik pikiran saya. Hal itu dikarenakan saya menjumpai beberapa hari lalu fenomena ini.

Awal cerita, anak-anak tetangga usia 7 tahun kelas satu SD sedang berkumpul di rumah saya untuk bermain. Salah satu diantara mereka adalah keponakan  saya yang berumur 6 tahun dan masih TK. Mereka sering bermain bersama, karena dulunya mereka satu TK dengan keponakan saya. Kemudian Saya perhatikan tiga dari teman-teman keponakan saya ini, tengah asyik beradu siapa yang paling hafal lagu yang mereka nyanyikan. Nampaknya seru sekali mereka sampai berteriak-teriak satu sama lain. Tapi sungguh menggelitik dan mengherankan karena dari awal sampai akhir mereka berdebat mengenai lirik lagu ini:

"yo wes ben nduwe bojo sing galak

yo wes ben sing omongane sengak"

Akhirnya saya hampiri mereka, karena saya khawatir keponakan saya yang masih polos mendengar  istilah-istilah yang menurut saya belum patut ia dengar. Saya tanya mereka sedang bernyanyi lagu apa dan mereka jawab "Bojo Galak". Kemudian saya tanya lagi apa mereka tahu maksud lagu itu dan mereka bilang tidak. Lalu kemudian saya tanya ke keponakan saya apakah dia tahu lagu itu, dan Alhamdulillah  dia bilang tidak. Saya tanya lagi ke keponakan saya, saat ini lagi suka lagu apa. Kemudian dia menyanyikan lagu si komo lewat  untuk ditunjukkan kepada saya. Tapi saya makin heran ketika tahu anak-anak penggemar dangdut koplo tadi tidak hafal lagu si komo lewat tapi hafal lagu "Bojo Galak".

Saat itu saya bingung ingin bersikap gimana. Fenomena ini sangat lucu tapi disisi lain saya prihatin karena menurut saya mereka  tidak sepantasnya sudah mengenal istilah-istilah seperti itu. Setelah saya pikir-pikir dan amati ternyata anak-anak tersebut mendengar lagu-lagu dangdut koplo dari speaker rumahnya atau tetangganya. Selain itu mereka juga sering diajak menonton panggung-panggung music dangdut di desa. Sedangkan keponakan saya tidak pernah dibiasakan mendengar lagu-lagu itu atau diajak ke acara dangdutan. Di rumah dia selalu diarahkan oleh kakak saya untuk mendengarkan lagu anak-anak dan menonton film kartun. Lagu-lagu yang dia hafal diantaranya soundtrack film kartun atau lagu anak-anak yang diajarkan di sekolahnya.

Saya merasa anak-anak tidak seharusnya didengarkan lagu dangdut koplo yang merupakan lagu orang dewasa. Karena seperti yang kita tahu bahwa lirik-lirik di lagu dangdut menggunakan kosa kata yang hanya pantas didengar oleh orang dewasa. Dampaknya anak-anak jadi tahu hal-hal yang seharusnya belum pantas untuk mereka ketahui atau lakukan. Contohnya, anak-anak kini sudah dengar dan kenal  istilah "pacaran" dan kemduian muncul beberapa anak yang menggegerkan social media karena mulai pacar-pacaran layaknya orang dewasa. Nah bagaiaman jika anak sudah kenal istilah "bojo"?

Selain itu, hal yang saya khawatirkan, anak-anak yang belum mampu memaknai suatu istilah atau kosakata dengan benar, akan terjerumus pada makna yang mereka simpulkan sembarangan. Hal buruk lainnya anak-anak yang belum bisa memilah dan memilih, akan menggunakan kosa kata dengan sembarangan dalam percakapannya sehari-hari. Pornografi juga mengancam anak-anak, akibat dari menonton dangdut yang sering menampilkan pertunjukkan yang hanya patut ditonton oleh orang dewasa. Dengan semua dampak buruk itu, anak-anak akan kehilangan masa kanak-kanaknya.

Semua pasti tahu dan paham bagaimana mengatasi hal ini, yaitu dengan mengarahkan anak pada hal yang pantas anak dapatkan di masa kanak-kanaknya. Saya kira semua orang tua juga tahu mana yang baik dan buruk untuk anaknya. Hanya saja masih banyak orang tua yang kurang bermangat untuk  mengarahkan dan membimbing anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun