Tentara ini ikut terbawa hanyut bersama warga lainnya. Ia tak tahu lagi keberadaan rekan-rekannya. Markas Makorem 012 dan sekitarnya di dekat pantai rata seketika. Hanya menyisakan satu gedung Makorem sebagai saksi bisu.
"Alhamdulillah Mas, saya selamat. Saya berusaha mempertahankan diri dengan memeluk balok kayu", begitu ceritanya kepada penulis. Ia hanyut ratusan meter jauhnya.
Hantaman puing-puing reruntuhan bangunan tidak ia pedulikan lagi. Beberapa bagian tubuhnya banyak yang terluka.
Sampailah beliau di suatu tepi bangunan. Dengan cepat ia pun berusaha memanjatnya untuk mencapai atas bangunan rumah. Aksi awalnya sempat gagal. Karena air laut yang terus bergerak. Akhirnya usaha beliau berhasil.
Lalu diceritakan bahwa ia telah bertunangan dengan seorang gadis Aceh. Rencananya akan menikah di bulan depan. Tapi sayangnya, tunangannya meninggal juga ketika lokasi rumahnya disapu tsunami.
Dan mayatnya tidak ditemukan. Entah mungkin sudah dievakuasi dan dikuburkan. Tidak sedikit juga warga Meulaboh yang lain mengalami hal serupa seperti tentara tersebut.
(Semoga bapak marinir tersebut mendapatkan pengganti jodohnya dan hidup bahagia)
Setelah mendapatkan data-data sementara, para relawan malamnya kembali membahas rencana untuk esok harinya. Yaitu melanjutkan distribusi logistic dan evakuasi mayat.
Beberapa kantong plastic telah dipersiapkan termasuk kantong mayat yang diberikan oleh PMI ketika timnya bertemu dengan relawan RKP. Ada beberapa bungkus yang diberikan.