Sama seperti malam sebelumnya menu yang dihidangkan. Kami pun berbagi sambal dengan para mariner. Keakraban mulai terjalin dengan sendirinya.Â
Meski waktu yang tidak begitu lama, kesan kami merasakan bahwa para mariner ini ramah dan mau berbagi pengalamannya selama jadi tentara.
Menjelang tengah malam laut masih terlihat tenang. Laju kapal juga terlihat tenang membelah riak-riak kecil ombak. Di langit terhampar gemerlapnya bintang-bintang. Sebagian besar para relawan sudah banyak yang tidur.
Disini penulis dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari perjalanan laut ini. Yaitu, ujian pertama dilalui dengan cukup lumayan berat. Rasa pusing dan mual sudah jelas sebagai uji ketahanan fisik.
Laut yang bergelombang dan ombak yang besar merupakan ujian mental agar tidak gamang apalagi panik. Dan doa adalah senjata utama dalam suatu perjalanan. Terlebih lagi dalam misi kemanusiaan.
Meulaboh, Kami Datang.
Tak terasa shubuh pun menjelang. Terdengar kembali pengumuman dari toa kapal, bahwa lokasi yang dituju sudah hampir sampai. Kepada para relawan diminta untuk segera mempersiapkan diri.
Lama perjalanan ada 1,5 hari atau 40 jam lamanya kami berlayar dari Teluk Bayur ke Meulaboh. Suatu rentang waktu yang cukup lama bagi kami.
Selepas shubuh, sekitar pukul 6 pagi kapal sudah berhenti. Cuaca terlihat cerah disekitar. Kapal berhenti agak jauh dari dermaga. Nun disana terlihat dermaga kapal. Mungkin jaraknya ada sekitar 1 km.
Beberapa kapal kecil dan speed boat dari dermaga terlihat mendekati kapal. Kami pun segera berkemas untuk siap turun ke kapal tersebut. Beberapanya diisi muatan bantuan logistic.