Sempat terjadi diskusi. Mungkin sang Kapten belum tahu soal tujuan daerah yang akan kami tuju. Lalu oleh Kapten kapal melobi atasannya di Medan lewat telepon satelit. Setelah cukup lama berbincang-bincang, permintaan kami akhirnya diluluskan, yakni diturunkan ke Meulaboh.
Menurutnya lagi, Kota Meulaboh dan sekitarnya meskipun sudah ada yang berdatangan, tapi tetap masih kekurangan relawan dan logistic.Â
Sang Kapten pun meminta, agar para relawan betul-betul menyalurkan logistic tepat sasaran.
"Jadi buat adik-adik mahasiswa, tolong betul-betul mengarahkan bantuannya tepat sasaran. Dan terpenting lagi tetap jaga kekompakkan dan berkoordinasi dengan aparat setempat serta instansi lainnya," begitu kira-kira pesan sang Kapten kapal yang masih penulis ingat.
Tidak lupa pula disampaikan, bahwa para relawan ini selama di kapal, adalah tanggung jawab kami (AL). Setelah itu saat mendarat, para relawan jadi tanggung jawab pihak aparat keamanan darat (TNI-AD).
Selama di kapal, kami diingatkan untuk selalu memperhatikan kebersihan dan ketertiban. Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan selama di atas kapal. Misal, bersandar di tepi kapal yang sedang jalan, tidak boleh lari-lari, dan lain-lain.
Begitu juga saat mau dan sesudah mandi, handuk hendaknya diletakkan di atas lengan, bukan diselempangkan ke pundak /bahu.Â
Dalam pikiran penulis, tidak sekedar disiplin saja, tapi kerapian dan estetika tetap harus dijaga.
Begitulah uraian singkat dari sang Kapten kapal kepada para relawan RKP. Kemudian ditambah juga oleh asistennya yang mana untuk memasak boleh menggunakan alat masak di kapal ini. Serta tidak lupa untuk membersihkan perkakas yang digunakan. Pendek kata, kebersihan, kerapian, dan ketertiban tetap selalu dijaga.
Terima kasih banyak Kapten, atas perhatian dan kerja samanya sehingga kami dapat bertugas di Meulaboh nanti.Â
((Bersambung))