Kapal perang ini diproduksi pada tahun 1978 di galangan kapal VEB Peene Werft, Wolgast, Mecklenburg-Vorpommern, Jerman Timur. Dilengkapi dengan senjata dua unit meriam canon laras ganda caliber 33 mm Model-1939, dua unit meriam Bofors 40/70 berkaliber 40 mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpmm dan jangkauan 10 km. Kelengkapan lainnya yaitu sensor elektronik radar MR-302/Strut. (sumber)
Lanjut ke prepare, peralatan dan perlengkapan relawan diletakkan ke dalam lambung kapal. Sementara makanan dan minuman di atas geladak kapal. Mengingat masih banyaknya bantuan yang datang, sejumlah logistic lainnya akan dimuat pada esok harinya.
Pada awalnya relawan RKP dalam surat pemberitahuan kepada Pemko Padang, berangkatnya menuju Meulaboh. Karena dari informasi yang beredar, Meulaboh masih kekurangan bantuan logistic dan relawan.
Di samping itu para relawan yang sudah berdatangan tidak banyak menumpuk di Banda Aceh. Pemberitahuan ini disetujui oleh Pemko Padang.
Akses jalan darat dari Banda Aceh ke kota lain atau ke pesisir Barat Aceh yang hancur akibat gempa dan tsunami masih sulit ditembus. Itu dikarenakan banyak jembatan yang runtuh. Belum lagi jalan banyak yang rusak dan ditimbuni reruntuhan puing bangunan. Satu-satunya moda transportasi untuk menuju kesana dengan menggunakan helicopter dan kapal-kapal kecil.
Itu pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi soal keamanan di lapangan. Disinyalir gangguan keamanan pasca gempa dan tsunami masih terjadi.
Untuk diketahui, bahwa GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang ketika itu masih ada, ikut terimbas akibat bencana alam ini. Dimana mereka juga membutuhkan logistic.
Relawan RKP memutuskan untuk turunnya di Meulaboh. Hal ini selanjutnya disampaikan kepada Kapten kapal.Â
Awalnya kami akan diturunkan di Banda Aceh. Lalu oleh  korlap (koordinator lapangan) RKP, Budi Azwar menerangkan kepada sang Kapten kapal perihal tujuan daerah yang akan kami datangi.