Aspek ekologi (flora dan fauna) harus tetap diprioritaskan. Sebab, warga lokal sangat menghargai keberadaan penghuni satwa /biota disana.
Ini akan menjadi suatu potensi besar bila disuatu tempat dijadikan pengembangbiakan flora dan fauna. Misal, di Kabupaten Dairi dan Humbahas, mungkin cocok tempat penangkaran burung berskala besar. Karena lokasinya yang berbukit dan berlembah memungkinkan burung-burung berkembang biak.
Kalau di Holland terkenal dengan bunga Tulipsnya dan Jepang dengan Sakuranya, kenapa tidak di Danau Toba dibuat hal semacam itu? Kita tahu negeri ini sangat kaya akan khas keanekaragaman hayati. Boleh dikatakan hampir sepanjang lingkar Danau Toba ini  bisa ditanami aneka bunga.
Beberapa flora yang berkelas perlu iklim dan lokasi yang cocok. Misal, bunga anggrek yang memiliki ratusan jenis macamnya perlu ditempatkan lokasi khusus.
Nah, itu semua ragamnya dapat diselaraskan dengan event-event berskala nasional dan internasional. Bisa dalam bentuk olahraga atau kesenian budaya.
Sekarang sesuatu yang sangat bernilai di Danau Toba itu sudah terbentang. Sudah tersedia dengan lengkap. Tinggal aksinya seperti yang disampaikan oleh pegiat wisata dari Tanah Karo, bukan lagi "what sale tapi how to sale?".
Dan, penulis tambahkan, jadikan wisata Danau Toba itu sebagai destinasi "rumah kedua" bagi wisatawan. Artinya, semakin banyak yang berkunjung dan betah berlama-lama tentu semakin menikmati.
Horas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H