Tepat sekali, Danau Toba dijadikan sebagai daerah DSP Toba. Mengingat sejarah terbentuknya danau ini berasal dari ledakan super volcano yang besar sekitar 74.000 tahun yang lalu. (The Geology of Indonesia-1939)
Secara administrasi, terdapat 7 Kabupaten yang melingkari kawasan Danau Toba. Yaitu; Dairi, Simalungun, Samosir, Humbang Hasundutan (Humbahas), Toba Samosir (Tobasa), Karo, dan Tapanuli Utara (Taput).
Dalam suku Batak terdapat beberapa puak (sub-etnis), yakni, Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/ Dairi, Simalungun, dan Toba.
Rumpun suku ini memiliki ciri khas masing-masing akan tradisi adat dan budaya disamping bahasanya. Tapi semua itu mereka tetap terikat dengan sistem Dalihan Na Tolu suatu sistem kekerabatan secara adat yang kental dan kuat.
Tiap-tiap kabupaten memiliki khas akan pesona dari keindahan danau. Memiliki sejarah kerajaan masa lalu yang dapat dilihat di Pulau Samosir, yakni artefak dari batu.
Peninggalan-peninggalan serta seni artistik budaya Batak itu bisa dilihat di museum Batak. Ada 2 macam museumnya, yakni;
- Museum Tomok, menyajikan rumah-rumah adat Batak yang sudah berusia ratusan tahun.
- Museum Huta Bolon, menyajikan ukiran-ukiran dan ornamen khas Batak yang diberi nama Gorga.
Disini kita mengetahui sejarah asal usul orang Batak. Bahkan sejak dahulu kala sudah mengenal aksara yang disebut dengan Si Sia sia atau Aksara Batak. Dikenal juga dengan Surat Batak yang artinya sistem tulisan abugida (aksara yang didasarkan pada konsonan) yang terdiri dari 19 aksara dasar.Â
Salah satu kawasan yang kerap dikunjungi wisatawan adalah Parapat. Suatu kota kecil yang berada di pinggir Danau Toba. Dan dijadikan sebagai lokasi persinggahan.
Dalam sejarahnya, Parapat ini dibangun oleh Belanda pada masa kolonial dulu sebagai daerah untuk beristirahat/ weekend.
Beberapa bangunan peninggalan kolonial masih terlihat kokoh. Salah satunya rumah tempat pengasingan para founding fathers Indonesia yaitu Bung Karno, H. Agus Salim, dan St. Syahrir.