Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Kalah dengan Bali, Medan Juga Ada "Road Show Tausyiah" di Kafe

22 September 2018   03:00 Diperbarui: 22 September 2018   15:47 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasan kafe Wapres dan pengunjung yang lagi menikmati alunan musik sebelum acara tausyiah dimulai (dok. pribadi)

Dalam penyampaian dakwah bagi umat Islam barangkali kita pernah mendengar ungkapan "Sampaikanlah dari ku walaupun satu ayat" (Hadits).

Ungkapan tersebut tidak asing bagi kita yang beragama Islam. Dakwah yang disampaikan itu essensinya untuk meningkatkan iman dan ketakwaan. Baik itu penyampaiannya di masjid-masjid atau di tempat-tempat perwiridan. 

Tidak sedikit juga disampaikan di tanah lapang dalam rangka hari besar umat Islam. Penyampaian dakwah dalam agama Islam tentu bersifat wajib bagi setiap muslim. Apa lagi bagi para da'i / ustadz.

Namun bagaimana jika juru dakwah itu menyampaikan tausyiahnya di tempat yang berbeda atau sama sekali jarang dilakukan ? Misal di tempat klub-klub malam, kafe-kafe, maupun tempat lokalisasi.

Nun disana, Bali sempat heboh dengan dakwah dari kelab ke kelab malam oleh Ustadz Miftah, dan menjadi viral di dunia maya oleh warganet. Dan pernah ditayangkan oleh salah satu tv swasta.

Tidak sedikit banyak yang kontra. Tapi akhirnya banyak juga kafe-kafe dan klub-klub malam sudah bisa menerimanya. Bahkan ketua MUI setempat tidak keberatan.

Nah, sekarang hal seperti di Bali itu diterapkan di Kota Medan. Tapi oleh orang yang berbeda. Dakwah yang disampaikan di kafe di Medan ini sepertinya baru terdengar oleh warga Kota Medan maupun Sumatera Utara (Sumut).

Dua orang Da'i /juru dakwah yang bernama Ustadz Martono, S. Ag dan Agus Rizal, MA telah melakukan dakwah seperti yang di Bali. Dakwah yang disampaikan ini dilaksanakan di suatu Kafe yang baru di buka di Jalan Jemadi simpang gg. Kelapa II, Kel. Pulo Brayan, Medan.

Bernama Kafe Wapres (Warung Apresiasi). Kafe ini menjual aneka makanan dan aneka minuman seperti kopi, teh, juz dan lain-lain. Di dalam kafe ini juga tersedia hiburan music seperti keyboard. Selain itu ada tempat ruangan studio rekaman. 

Kafe Wapres (Warung Apresiasi) di Jl. Jemadi gg. Kelapa II, Kel. Pulo Brayan, Medan saat malam hari (dok. pribadi)
Kafe Wapres (Warung Apresiasi) di Jl. Jemadi gg. Kelapa II, Kel. Pulo Brayan, Medan saat malam hari (dok. pribadi)
Pada awalnya menurut pemilik kafe bernama Bang Minor (panggilannya), bermula saat kafe tersebut buka perdana pada awal September ini. Untuk meraih berkat dan ridho Tuhan, maka dilakukan semacam doa syukuran. 

Bang Minor pemilik kafe memberikan kata sambutan (dok. pribadi)
Bang Minor pemilik kafe memberikan kata sambutan (dok. pribadi)
Acara syukuran itu mengundang Ustadz Martono yang diketahuinya dari sahabatnya dalam organisasi. Kemudian berlanjut dengan penyampaian tausyiah kepada pengunjung kafe. Oleh pemilik kafe pun setuju jika Kafenya diadakan semacam wirid penyampaian dakwah. Dan pengunjung pun ikut setuju.

Pada Kamis, 20 September kemaren (malam Jumat) dimulailah untuk pertama kali ceramah tausyiah di Kafe Wapres. Acara ini dimulai pukul 21.00 -- 23.00 WIB. Oleh Ustadz Martono acara tersebut diberi nama 'Road Show Tausyiah' saat mengawali pembukaan ceramahnya. 

Ustadz Martono, S Ag dalam tausyiahnya tentang akhlak di Kafe Wapres (20/09/18). [dok. pribadi]
Ustadz Martono, S Ag dalam tausyiahnya tentang akhlak di Kafe Wapres (20/09/18). [dok. pribadi]
Pengunjung umumnya generasi milenial dan sebagian orang dewasa. Memang tidak seramai pada saat awal launchingnya. Hanya sekitar belasan saja saat itu. Ini mungkin dikarenakan malam Jumat dan pengunjung belum banyak yang tahu.

Kafe Wapres memang tidak seperti kafe-kafe besar umumnya. Kafe ini memanfaatkan halaman dan teras rumah yang lumayan luas. Menurut amatan penulis, kafe ini dapat menampung pengunjung sekitar 25 orang.

Suasan kafe Wapres dan pengunjung yang lagi menikmati alunan musik sebelum acara tausyiah dimulai (dok. pribadi)
Suasan kafe Wapres dan pengunjung yang lagi menikmati alunan musik sebelum acara tausyiah dimulai (dok. pribadi)
Dalam penyampaian tausyiah, Ustadz Martono menekankan bahwa substansi dari beragama adalah akhlak yang mulia. Pada umumnya semua agama juga menekankan tentang akhlak yang mulia.

" Inti dari ajaran Islam itu sendiri mengarahkan umatnya berakhlak. Jadi buah dari kita itu beriman kepada Allah Swt adalah muaranya akhlak", ceramah Ustadz Martono dalam awal ceramahnya.

Lanjutnya, bahwa tidak dikatakan seorang itu beriman kalau tidak berakhlak. Rasulullah Saw sendiri diutus di muka bumi ini hanya satu yaitu memperbaiki akhlak manuisa. Bukan sekedar untuk mengenal Tauhid. Sebab paman Nabi sendiri tidak bisa diajak bergabung dalam Islam meskipun paman Rasul sendiri sangat baik kepadanya. 

ANak-anak milenial sedang asyik dengan gadgetnya sambil menikmati hidangan di Kafe Wapres (dok. pribadi)
ANak-anak milenial sedang asyik dengan gadgetnya sambil menikmati hidangan di Kafe Wapres (dok. pribadi)
Lebih lanjut lagi disampaikan, kita tidak bisa memaksakan akidah kita kepada seseorang. Kita tidak punya hak merobah akidah seseorang. Itu adalah hak prerogative dari Allah Swt.

"Dalam Islam, hanya berkewajiban untuk menyampaikan saja. Jadi saya menyampaikan ini hanya focus semata kepada akhlak".

Akhir-akhir ini semakin hari sangat memprihatinkan akhlak-akhlak kita sebagai manusia. Sangat disedihkan menurut Ustadz Martono, justru perilaku itu dicontohkan oleh orang-orang yang mengaku agamais, atau orang-orang yang mengaku lebih beriman.

Bahkan seolah-olah kalau boleh dikatakan merekalah yang memegang "kunci syurga". Ketika kita tidak satu pandangan atau satu akidah dengan mereka, itu dikatakan kafir, perangi, bunuh, musrik dan sebagainya.

Sering kita lihat selama ini banyak berita-berita hoakx, ujaran kebencian, maupun fitnah sebenarnya itu bukan ajaran Islam, Ustadz Martono dalam paparan selanjutnya.

Islam itu adalah rahmatan lil alamiin. Oleh karena itulah dalam pengakuan Ustadz Martono bahwa dirinya mau tampil di kafe-kafe itu nanti dalam road show tausyiah karena Islam itu rahmatan lil alamin. Islam itu bukan semata rahmat di masjid, bukan semata di majelis taklim. Intinya adalah Islam itu rahmat bagi semesta alam.

"Ketika kita berdakwah itu tidak ada ukuran tempat dan waktu, menurut saya. Bahkan saya rasa, satu-satunya ustadz yang melakukan dakwah di lokalisasi prostitusi sayalah orangnya (di Sumut)", pengakuan Ustadz Martono lebih lanjut tentang misi dakwahnya yang pernah dilakukannya.

Penyampaian ini mendapat applaus dari pengunjung.

Menurutnya, cuma kebetulan pihak manajemen lokalisasi tidak mau tempatnya dipublikasikan. Sehingga sifatnya tertutup.

"Bahkan setelah sering saya menyampaian tausyiah itu (maaf yah...) para PSK itu ada yang insyaf dan menjadi ustadzah", pengalaman Ustadz Martono dalam perjuangan misi dakwahnya.

Jadi menurutnya, dakwah itu tidak lagi sekedar di masjid-masjid. Itu boleh dikatakan para jamaahnya kita katakanlah sudah yakin dalam keimanan. Tapi jarang-jarang kita lihat ada ustadz memberikan dakwah di tempat-tempat (maaf yah...) 'kemaksiatan'.

Selama pengalamannya menyampaikan dakwah di tempat-tempat yang tidak lazim itu, Ustadz Martono banyak mendapat cibiran bahkan tuduhan yang bukan-bukan. Oleh beliau menyikapi hal itu tidak perlu dihiraukan.

Konsekwensi penyampaian dakwah seperti ini pasti akan ada. Dan disinilah letak 'jihad' itu bagi saya yang hanya menyampaikan dakwah / tausyiah. Ke depannya nanti akan dilakukan tausyiah di lembaga-lembaga pemasyarakatan.

Sementara sessi berikutnya, giliran Ustadz Agus Rizal, MA, selaras dengan Ustadz Martono dan hanya menambahkan tentang system dakwah kebangsaan. 

Ustadz Agus Rizal, M Ag, menyampaikan tausyiah tentang ukhuwah dan kebangsaan (dok. pribadi)
Ustadz Agus Rizal, M Ag, menyampaikan tausyiah tentang ukhuwah dan kebangsaan (dok. pribadi)
Dalam paparannya, Ustadz Agus menjelaskan di kampung halamannya di Pariaman, Sumatera Barat, ada seorang Syeikh yang sangat terkenal bernama Syech Burhanuddin sebagai pelopor pengembang agama Islam di sana.

Syech Burhanuddin juga pernah menyampaikan dakwah itu ke tempat-tempat orang berjudi. Caranya dengan santun serta bil hikmah.

Sama halnya dengan para wali Songo yang dakwahnya masuk ke dalam dunia budaya masyarakat Jawa. Cara penyampaian bukan dengan cara frontal tapi dengan santun dan lembut.

Hal inilah essensi dakwah dalam Islam Nusantara. Yaitu dakwah yang mengkondisikan pola corak ragam dalam budaya setempat yang tidak melanggar syariat.

Dalam membangun nilai-nilai ukhuwah Islamiyah itu ada beberapa pokok yang diperhatikan, yakni ;
1) Ukhuwah persaudaraan (nasabyiah)
2) Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan setanah air)
3) Ukhuwah insaniyah basyariyah (persaudaraan sesame manusia)
4) Ukhuwah makhlukiyah (hubungan manusia dengan makhluk lain)

Demikian ustadz Agus Rizal menutup acara tausyiah di kafe Wapres tersebut.

Acara road show tausyiah ini disebutkan juga oleh pemilik kafe terselenggara berkat kerjasama dengan DPW Solidaritas Indoensia Bersatu (SIB) Sumatera Utara yang diketuai Bapak Hermanto yang juga aktivis '98.

Menurutnya acara ini tidak berafiliasi ke pihak mana pun. Murni untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI (organisasi pendukung pemerintah).

Menurutnya kegiatan ini tidak sebatas di Kota Medan saja, tapi akan merambah di 33 kabupaten /kota di Sumut ini.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun