Islam itu adalah rahmatan lil alamiin. Oleh karena itulah dalam pengakuan Ustadz Martono bahwa dirinya mau tampil di kafe-kafe itu nanti dalam road show tausyiah karena Islam itu rahmatan lil alamin. Islam itu bukan semata rahmat di masjid, bukan semata di majelis taklim. Intinya adalah Islam itu rahmat bagi semesta alam.
"Ketika kita berdakwah itu tidak ada ukuran tempat dan waktu, menurut saya. Bahkan saya rasa, satu-satunya ustadz yang melakukan dakwah di lokalisasi prostitusi sayalah orangnya (di Sumut)", pengakuan Ustadz Martono lebih lanjut tentang misi dakwahnya yang pernah dilakukannya.
Penyampaian ini mendapat applaus dari pengunjung.
Menurutnya, cuma kebetulan pihak manajemen lokalisasi tidak mau tempatnya dipublikasikan. Sehingga sifatnya tertutup.
"Bahkan setelah sering saya menyampaian tausyiah itu (maaf yah...) para PSK itu ada yang insyaf dan menjadi ustadzah", pengalaman Ustadz Martono dalam perjuangan misi dakwahnya.
Jadi menurutnya, dakwah itu tidak lagi sekedar di masjid-masjid. Itu boleh dikatakan para jamaahnya kita katakanlah sudah yakin dalam keimanan. Tapi jarang-jarang kita lihat ada ustadz memberikan dakwah di tempat-tempat (maaf yah...) 'kemaksiatan'.
Selama pengalamannya menyampaikan dakwah di tempat-tempat yang tidak lazim itu, Ustadz Martono banyak mendapat cibiran bahkan tuduhan yang bukan-bukan. Oleh beliau menyikapi hal itu tidak perlu dihiraukan.
Konsekwensi penyampaian dakwah seperti ini pasti akan ada. Dan disinilah letak 'jihad' itu bagi saya yang hanya menyampaikan dakwah / tausyiah. Ke depannya nanti akan dilakukan tausyiah di lembaga-lembaga pemasyarakatan.
Sementara sessi berikutnya, giliran Ustadz Agus Rizal, MA, selaras dengan Ustadz Martono dan hanya menambahkan tentang system dakwah kebangsaan.Â
Syech Burhanuddin juga pernah menyampaikan dakwah itu ke tempat-tempat orang berjudi. Caranya dengan santun serta bil hikmah.