Uraian kisah dari para saksi hidup.
Kisah ini saya tulis bersumber dari beberapa orang sebagai saksi hidup yang selamat dari letusan Gn. Marapi. Di antaranya ; Ery Incek, dan Wing Hing Ing.
Eri Incek adalah sobat dekat saya sewaktu remaja yang sama-sama hobby berpetualang. Sering dia main ke rumah saya. Dan dari dialah sedikit banyaknya saya mendapat cerita tentang tragedi tersebut. Hingga sampai saat ini masih bisa saya ingat.
Ada lagi dua orang tetangga rumah saya yang ikut yakni; Rum, dan Us. Dari bertiga ini hanya Eri Incek yang pernah mendaki beberapa kali ke Gunung Marapi. Sementara Rum dan Us baru dikatakan pendaki pemula (perdana). Saya pun sebenarnya juga diajak ketika itu oleh Eri Incek. Tetapi kemudian saya tolak dengan alasan terlalu ramai.
Sebelumnya saya dengan Eri sudah buat kesepakatan bahwa kita mendaki Gunung tanggal 12 Juli-nya ke Gunung Marapi. Diprediksi tanggal 4-5 Juli itu bakal sangat ramai yang mendaki gunung karena sehubungan dengan libur anak sekolah telah di mulai pada awal bulan Juli.
Prediksi saya itu terbukti benar. Para pendaki gunung ini sudah ramai berkumpul di suatu titik kawasan sekaligus tempat berangkat menggunakan bus, di salah satu jalan di Kota Padang.
Saya pun sempat juga mengantarkan / mengiringi mereka dengan menggunakan motor ke Koto Baru sekaligus refreshing malam minggu bersama teman yang juga tetangga rumah (Boy). Ternyata sekali lagi prediksi saya jadi bertambah yakni para pendaki gunung telah ramai memadati lokasi titik berangkat di Koto Baru pada malam itu.
Ibarat pasar malam sehingga memacetkan jalan raya Padang -- Bukittinggi. Sebagian para pendaki itu ada yang ke Gunung Singgalang dan sebagian besarnya ke Gunung Marapi.
===
Sebelum Marapi meletus, cuaca pagi itu sangat cerah. Pemandangan lepas ke segala penjuru. Teman-teman pendaki gunung sudah banyak yang sampai ke Puncak Merpati dan berfoto-foto di sana.