Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dua Keluarga, Buka Bersama dalam Perbedaan Keyakinan

15 Juni 2017   03:08 Diperbarui: 16 Juni 2017   16:21 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan Bukber bersama dengan lintas suku dan agama dan berbeda profesi di Kafe Potret Jl. Wahid Hasyim, Medan (3/6/17). [dok. pribadi]

Tak terasa sudah 20 hari umat Muslim menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 1438 H (2017 M). Selama itu pula aktivitas berjalan tanpa terasa kita sudah menuju 10 akhir Ramadhan.

Salah satu fenomena yang menarik dalam bulan Ramadhan adalah ramainya pengunjung di rumah makan atau kafe-kafe yang menyediakan sajian menu berbuka puasa bersama atau istilah populernya "BUKBER".

Rata-rata mereka yang berkunjung kebanyakan dari komunitas-komunitas, teman kerja, teman alumni sekolah / kampus, juga ada dari keluarga.

Pada prinsipnya acara bukber ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahmi. Barangkali juga dari situ akan menambah relasi dalam pekerjaan atau bisnis. Dalam suatu hadits dikatakan juga bahwa memperbanyak tali silaturaim akan memperpanjang umur dan menambah rezeki.

Dalam pendanaan acara bukber biasanya mereka ada yang patungan. Tidak sedikit ada yang menjadi donator utama. Kalau dari perusahaan / kantor yang mengadakan, memang sangat beruntung jadinya. Tapi terlepas dari persoalan pendanaan/donatur, yang jelas utamanya yaitu tetap  membina keakraban dan menjalin serta menjaga tali silaturahmi.

Seperti di Medan, tidak saja sebatas sesama muslim yang mengadakan bukber tersebut. Ada banyak dari teman-teman non-muslim yang ikut hadir. Kota Medan juga merupakan salah satu contoh Kota yang sangat menghargai perbedaan dalam keyakinan.

Salah satu kegiatan Bukber bersama dengan lintas suku dan agama dan berbeda profesi di Kafe Potret Jl. Wahid Hasyim, Medan (3/6/17). [dok. pribadi]
Salah satu kegiatan Bukber bersama dengan lintas suku dan agama dan berbeda profesi di Kafe Potret Jl. Wahid Hasyim, Medan (3/6/17). [dok. pribadi]
Seperti pengalaman saya selama ini di Medan, kami selalu mengadakan bukber dengan teman-teman kerja. Banyak juga yang menghadiri. Ada berkisar 15-20 orang, bahkan pernah mencapai 30 orang dari lintas suku dan agama.

Lagi, utamanya dari acara bukber ini tidak lepas dari namanya membina, menjaga, dan memperpanjang tali silaturahami sesama pekerja.

Buka Bersama Antar Dua Keluarga yang Berbeda Keyakinan.

Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa dalam acara buka bersama (bukber) tidak sekedar makan dan minum bersama tapi lebih menjaga semangat ukhuwah dan muamalah sesam umat tanpa memandang suku dan agama.

Bagaimana rasanya kita sebagai muslim mengundang teman kita yang berbeda keyakian ke rumah kita? Apakah para pembaca pernah melakukannya demikian ? Ataukah  sebaliknya, dari orang non-muslim mengundang keluarga kita ke rumahnya untuk bukber tersebut ?

Pada prinsipnya hal demikian tidak menjadi soal. Selagi hal itu mubah dalam syar'i (Islam). Begitu juga sebaliknya jika kita/keluarga kita di undang oleh keluarga non muslim untuk berbuka puasa di rumahnya. Tidak jadi soal.

Sepanjang yang dikonsumsi itu halal dan thoiyyib, maka dipersilahkan. Ya, tentu saja bagi yang non-muslim sudah memperhatikan hal ini bukan ? Dan saya pun sewaktu masih lajang pernah menikmati bukber di rumah orang kristiani di Padang.

Selanjutnya, sejak berumah tangga dan menetap di Medan, baru kali ini saya mengadakan bukber dengan mengundang keluarga Kristiani.

Kemaren sore saya sengaja datang ke rumahnya untuk mengajak berbuka puasa bersama di rumah saya. Awalnya, dulu sewaktu awal puasa masuk beliau sambil bercanda menanyakan kolak di rumah lewat pesan WA (hehehe... biasalah). Dan kolak juga merupakan menu favorit yang digemari semua orang.

Nah, tak enak rasanya saya mengelak bukan. Lalu saya janjikan, insyaa Allah nanti akan dikabari lagi setelah cair dari menang lomba blogcomp (blog competition) Indomilk di Kompasiana.

Alhamdulilah, kemaren sudah cair dan langsung saya suruh istri untuk membuat kolak yang dimaksud. Dan sang isteri pun dengan senang hati segera menyiapkan kolak untuk berbuka nanti.

Lantas pembaca akan bertanya siapa keluarga dari kristiani yang dimaksud ? Adalah keluarga Bg Venus (Venusgazer). Bang Venus juga seorang kompasianer Medan yang tulisannya terkenal di kompasiana.

Tulisan beliau banyak yang HL dan tidak sedikit sering menang lomba blogcomp di Kompasiana. Sedikit banyaknya saya dan teman-teman Komed (Kompasiana Medan) lain juga belajar sama beliau bagaimana memenangkan suatu lomba blogcomp. Bagi saya terutama, jelas merasa terbantu.

Kenapa saya tidak mengundang keluarga muslim yang lain atau sesame Komed yang khusus Muslim ? Bagi saya hal itu memang ada wacananya mau mengundang semua anggota Komed dan juga tetangga. Tapi, jujur saja kekuatan financial belum memungkinkan untuk hal itu. Mengingat kebutuhan lain juga masih banyak (hihihi...)

Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa saya panjatkan atas perolehan hasil menang lomba blogcomp itu. Terlebih lagi bahwa baru ini yang pertama saya menang dalam suatu event blogcomp yang diadakan Kompasiana. Dan tidak salah juga saya mengundang Bg Ve dgn keluarganya untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah Swt.

Sedikit banyaknya beliau ikut membantu saya terutama dari segi tata bahasa dan konten. Itulah kenapa saya mengundang khusus beliau ke rumah. Meski tidak membawa isterinya (jaga rumah), hanya membawa dua orang anaknya ke rumah, tapi tetap acara bukber sederhana skala kecil rumah tangga tetap nikmat, terutama saya pribadi.  

Antara anak-anak Bang Ve dengan anak saya begitu cepat terjalin keakraban. Mereka bermain di ruang tengah rumah dan ditemani sama isteri saya. Dan saya dengan Bang Ve hanya bisa tersenyum melihat tingkah bocah-bocah kami bermain. Tak ada sekat yg menghalangi rasanya bagi mereka yang masih kecil-kecil.

Meski dengan kolak ditambah dengan kurma serta teh manis hangat kami menikmati santapan berbuka puasa. Walau berbeda dalam keyakinan, toh kesan yang terasa tetap nikmat. Ini hal yang pokok kami bangun dalam skala kecil yakni dalam model arti kerukunan antar umat beragama.

Kalau boleh saya istilahkan; "meretas sekat menjalin ukhuwah lewat buka bersama dalam berbeda keyakinan". Rasanya tidak berlebihan hal ini saya ungkapkan.

Karena Islam hadir ke dunia ini juga sebagai penebar rahmat untuk sekalian alam. Tidak memandang suku-ras-agama-dan antar golongan. Dan bagi saya pribadi, mengedepankan rasa kebersamaan dalam beda keyakinan adalah merupakan suatu hal yang wajib dijaga dan dipelihara.

Dalam kenyataannya ini merupakan suatu kekuatan pilar bangsa kita yang majemuk ini. Kiranya sebagai penutup saya nukilkan ungkapan bijak di bawah ini ;

"Dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudara dalam kemanusiaan" (Khalifah Ali bin Abi Thalib).

Wassalam.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun