Tulisan ini hanya mencoba mengulas satu sisi dari merajut jalan “kebhinekaan” lewat pelatihan menulis atau yang dikenal dengan ilmu jurnalis (jurnalisme warga) yang digagas oleh komunitas Jemaah Ahmadiyah di Masjid Mubarak, Medan, pada hari Sabtu (11/2) yang lalu.
Awalnya saya mau memberi judul ‘aksi 112 merajut kebhinekaan lewat pelatihan jurnalis'. Setelah saya pikir kembali, judul tersebut sedikit bernada tendensi. Memang tentang judul suatu tulisan syah-syah saja sedikit tendensius, untuk menarik pembaca.
Namun demikian, judul ini bukan dikatakan semacam addict yang seolah menyaingi kepada kelompok-kelompok Islam yang bersamaan tanggalnya sedang aksi damai di Jakarta.
Setelah merenung sejenak, maka saya merubahnya menjadi seperti judul tulisan di atas. Sebelumnya juga, reportase acara pelatihan ini telah dibuat oleh Pak Venusgazer EP lewat artikelnya Berbagi Pengalaman Ngeblog Bersama Jamaah Masjid Almubaraq Medan.
Tak elok pula bagi saya tidak mengulasnya. Apa lagi sebagai tuan rumah, tentu pembaca akan heran dibuatnya. Sedikit ada pengalaman untuk berbagi harus diberikan. Jadi, ulasan ini hanya menyampaikan sedikit reportasenya dan sisi lain mencoba mengulas ringkas dalam wacana keberagaman.
Kompasiana Medan (Komed) sejak dicetuskan bulan Agustus tahun lalu, telah merencanakan beberapa aktivitas. Meskipun belum terealisasi hingga beberapa lama. Salah satunya memberikan pelatihan jurnalis kepada sekolah-sekolah SMA atau sederajat.
Mengingat kesibukkan masing-masing anggota, kegiatan pemberian materi tentang jurnalistik ini sering tertunda. Walau pun begitu, hanya soal waktu saja untuk dapat direalisasikan.
Bak gayung bersambut yang direncanakan itu datang juga. Tiga hari sebelum hari H, saya dikontak oleh salah satu ibu-ibu dari pengurus Masjid Mubarak. Lewat pesan percakapan di group WA, saya di minta untuk memberikan pelatihan menulis (jurnalis).
Mungkin karena saya sering share tulisan ke group WA jemaah masjid, saya di dapuk sebagai pemateri. (aahaayyy…hehehe…). Awalnya saya sedikit kaget, disamping mendadak, juga merasa belum “mumpuni” tentang ilmu jurnalis.
Namun demikian, akhirnya saya iya-kan. Lantas saya menghubungi salah satu rekan Komed Medan, Pak Venus. Saya jelaskan kepada beliau bahwa ada ibu-ibu pengurus jemaah masjid minta diberikan pelatihan menulis. Alhamdulillah, dengan antusias beliau pun menjawab bersedia.
Beliau lebih mumpuni dari saya dalam soal materi jurnalisme warga. Pengalamannya dalam hal menulis (ngeblog) tidak diragukan lagi. Tulisan beliau sering HL, serta sering menang lomba blog competition yang diadakan Kompasiana. Hal demikian menjadikan saya ikut terbantu. Karena cakupan tentang ilmu jurnalistik itu luas, riskan rasanya saya bisa menjelasakan keseluruhan materi.