Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

[Kisi Analisa Pinggiran ] Selanjutnya-Formasi 4-2-3-1 Sejatinya Timnas Garuda

29 November 2016   00:29 Diperbarui: 29 November 2016   01:06 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saya bukanlah pengamat bola hebat yang seperti di tv-tv. Sebagai pencinta Timnas Garuda, kiranya gak salah mencoba mengulasnya sedikit. Ya...hanya mencoba sedkit saja. Dalam persepsi ini hanya 'gundahan hati' semata saja. Tentu saja uraian singkat ini bisa benar dan bisa salah dalam hal analisa bebas saya. Sekalian sudah lama tidak nulis di kanal bola ini. Baiklah.... Kemenangan dramatis Timnas Indonesia atas Singapura 2-1 pada gelaran tournament AFF Cup 2016 di Philipina sungguh di luar dugaan. Membuat asa menjadi harap-harap cemas. Factor keberuntungan jelas masih hinggap di sayap Garuda. Meskipun tertatih-tatih, jalan berliku itu berhasil buat sementara dilewati. 

Sebelumnya sikap skeptis sebagian penggemar Timnas telah diperlihatkan. Ya…, Opa Riedl dibatasi dalam mengambil pemain. Tiap klub hanya bisa mengirimkan dua pemain. Belum lagi masa persiapan yang sangat mepet dan ditambah dengan jadwal liga kopi Indonesia yang masih berjalan. Praktis Tim Merah Putih tampil dengan persiapan minim.

Sehingga Timnas Garuda berangkat dengan apa adanya. Hanya satu kata, yakni bermain dengan passion yang tinggi. Terlihat ketika melawan Thailand. Meskipun sempat meyamakan kedudukan skor 2-2, yang akhirnya kalah 2-4. Di sini perlu kita acungkan jempol bahwa Timnas Garuda pantang menyerah meladeni Thailand yang dikenal dengan rajanya sepak bola Asean.

Kemudian diperlihatkan lagi saat menjamu Philipina. Permainan cepat, terbuka dan offensive diperlihatkan dua kesebelasan. Dengan memakai skema yang masih sama 4-4-2, Timnas yang sempat unggul dua kali akhirnya terpaksa bermain imbang 2-2.

Pada penentuan laga hidup-mati dengan Singapura, disinilah Opa Riedl berani merombak skema bermain dari 4-4-2 menjadi 4-2-3-1. Terlihat di babak ke dua Ferdinand Sinaga dimasukkan mengganti peran Evan Dimas. Serta Rizky Pora digantikan Zulham Zamrun.

Disini pula realnya serangan Timnas menjadi hidup. Coach Riedl sepertinya mendapatkan ‘ilham’ agar segera merombak skema serangannya. Sejatinya formasi 4-2-3-1 adalah formasi yang disukai oleh pemain bola di liga Indonesia. Artinya pemain sudah familiar dengan pola tersebut. Formasi itu bisa juga menjadi pola 4-3-3 di saat menyerang secara agresif.

Bangunan serangan cepat demikian bisa membuat pertahanan lawan jadi kocar-kacir. Terbukti dengan gol-gol yang dihasilkan lewat Andik dan Stevano Lilipaly. Dimana dua pemain inilah menjadi kunci kemenangan Timnas atas Singapura. Boaz sebagai striker inti dijadikan ‘radar’ pengacau konsentrasi pertahanan lawan.

Melihat hal itu, sudah sepatutnya Coach Riedl memfokuskan bangunan skema serangan 4-2-3-1 untuk menghadapi Vietnam nanti. Yang kemudian bisa juga bermetaformosa menjadi 4-3-3- dalam serangan agresif. Karena lawan Vietnam di semifinal nanti, lawan tidak saja bermain cepat tetapi juga tangguh dalam hal duet individu. Itu kita akui, bahwa duel2 individu kita selama babak penyisihan group selalu kalah dengan lawan.

Solusinya harus bermain rapat dengan mengandalkan umpan-umpan satu-dua yang terukur. Passing-passing datar (trought-pass) ke belakang pertahanan lawan dimaksimalkan. Bisa kita lihat dominasi Thailand dalam hal passing2 datar yang terukur. Sehingga Timnas kita kalah dalam hal penguasaaan bola.

Karena Vietnam permainannya mirip2 dengan Thailand, maka dengan sendirinya Timnas sudah bisa membaca pola strategi lawan. Hal yang krusial sekali adalah barisan pertahanan (stopper). Komunikasi dan koordinasi hal yang pokok dibangun. Reposisi pemain belakang sudah perlu digantikan. Miss-komunikasi jangan sampai terjadi lagi. Sebagai pembelajaran pada pertandingan yang sudah-sudah, saya rasa Coach Riedl sudah bisa mengevaluasinya.

Jangan sampai terjadi gol-gol ‘konyol’ seperti melawan Thailand di laga pembuka. Bagaimana pun Vietnam tentu sudah bisa membaca kelemahan Indonesia. Berkaca di pertandingan uji coba dan fase group. Meskipun demikian, bermain menghadapi Vietnam harus lebih jeli lagi. Focus dan konsentrasi tinggi dan membaca pergerakkan lawan tanpa bola. Kesalah kecil bisa berakibat fatal. Hal-hal pelanggran yang tidak perlu di luar kotak penali jangan terulang lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun