Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ubah Tangis Pertama Menjadi Tangis ke Dua Putera-Putri Kita yang Penuh Harapan Bersama AJB Bumiputera

19 November 2016   23:00 Diperbarui: 2 Januari 2017   15:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama nara sumber dengan kompasianers Medan. [sumber; wa group komed]

Ibunya Melati sama sekali tidak dapat membiayai hidup keluarga keseluruhannya. Melati, anaknya terpaksa meninggalkan bangku sekolah demi membantu ibunya yang telah janda serta dua orang adiknya agar tetap bisa sekolah.

Ibunya Melati bergantung hidup dari jualan kecil-kecilan di depan rumah yang baru dikontraknya. Sejak kematian suaminya dua tahun lalu telah merombak jalan hidup keluarganya. Jatuh miskin.

Tidak ada pertanggungan (asuransi) yang ditinggalkan oleh almarhum suaminya. Hanya mengandalkan dari sumbangan teman-teman suami dan tetangga serta tempat perusahaan bekerjanya yang dinilai cukup untuk bertahan beberapa bulan.

“Bapak…, sekiranya Bapak tahu, seharusnya Bapak mengambil asuransi sewaktu Bapak masih hidup”, isterinya membatin menjerit dalam hati.

Sementara hal yang sama, tetangga Melati, Mawar teman sepermainannya, juga telah kehilangan ayahnya setahun yang lalu. Tetapi mereka tidak kelaparan. Mereka tetap bisa sekolah. Dan rumah mereka tetap menjadi milik mereka.

*****

Ilustrasi cerita keluarga diatas mungkin saja pernah ada dan terjadi disekitar kita. Bisa saja dialami oleh teman-teman atau tetangga kita. Ataukah pada keluarga kita sendiri ? Hal demikian bisa saja tanpa memandang strata sosial. Terutama bagi ekonominya menengah ke bawah.

Tanpa ada pertanggungan biaya buat masa depan putera-putri kita nanti, sama saja menghambat investasi jangka panjang mereka. Tentu saja kita sebagai orang tua tidak menginginkan hal itu terjadi pada keluarga kita.

Berbicara tentang keluarga, pasti menginginkan anggota keluarganya sehat, harmonis dan mendapatkan perlindungan yang baik. Baik secara internal maupun eksternal.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).

Dan bukan suatu kebetulan juga ilustrasi cerita diatas itu sungguh ada nyatanya. Meskipun kisah ini sudah lama berlalu, tapi masih tetap relevan pada kondisi sekarang.

Ketika saya masih Sekolah Menengah Atas (SMA), pernah di ajak oleh seorang ibu (tetangga yang tak jauh dari rumah) untuk membantu menagih asuransi, yaitu Asuransi Bumiputera, di Padang sekitar tahun ’92.

Beberapa kali ikut menemani ibu tersebut, sedikit banyaknya saya jadi tahu tentang fungsi asuransi. Intinya adalah berupa tabungan /investasi masa depan buat keluarga terutama anak-anak. Termasuk juga asuransi resiko bisnis dan property. Saya tidak ingat berapa nominal / premi yang ditagih ketika itu.

Hamidah, nama ibu tersebut. Buk Mid, panggilan sehari-harinya, adalah salah seorang agen dari asuransi Bumiputera, di Padang. Suaminya sudah lama meninggal sekitar tahun 1980. Memiliki 6 (enam) orang anak. Tiga laki dan tiga perempuan (tiga pasang).

Tidak jarang saya numpang nginap di rumahnya kalau terlambat pulang larut malam. Karena ada anak laki-lakinya saya pun bisa numpang nginap, disamping juga sebagai teman. Sehingga saya pun sudah seperti dianggap bahagian keluarganya.

Ibu Mid juga pandai menyanyi dan memiliki suara yang bagus. Tidak jarang beliau sering diundang untuk acara yang diadakan oleh kantor perusahaan Bumiputera. Karena sebagai agen asuransi yang sudah cukup lama dan berpengalaman, Buk Mid sering mendapatkan reward. Dan saya pun juga sering diberi uang tips sebagai telah membantunya dalam menagih asuransi kepada nasabahnya. Meskipun tidak banyak tapi cukup untuk tambahan uang saku anak sekolah.

Menjadi agen Asuransi Bumiputera yang sudah cukup lama itulah Buk Mid menafkahi keluarganya termasuk dengan pendidikan anak-anaknya. Menurut cerita yang saya dapatkan ketika itu, Buk Mid awalnya hanya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya berprofesi wiraswasta. Dan suaminya yang ikut asuransi Bumi Putera.

Sejak kematian suaminya karena penyakit radang paru (kalau tidak salah), tentu saja Buk Mid mendapatkan klaim polis asuransi. Dan sejak itu Buk Mid juga terjun bergabung sebagai agen Asuransi Bumiputera.

Memiliki 6 (enam) orang anak memang tidak mudah untuk membesarkannya. Memang beliau tidak mau menikah lagi. Jadilah Buk Mid sebagai single parent dalam keluarganya. Dari enam anaknya, tiga telah selesai sekolah SMA. Anak-anak yang masih sekolah, tentu harus bisa tetap melanjutkan pendidikannya. Berbekal sebagai agen asuransi dan juga ikut asuransi, Buk Mid menopang hidup keluarga serta melanjutkan sekolah putera-puterinya.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan terakhir tahun 2011, 4 (empat) orang anak Buk Mid telah menikah, satu meninggal dunia karena kecelakaan. Hanya tinggal satu yang belum menikah, yakni anak laki-lakinya yang paling kecil.

Tujuan Asuransi

Tujuan asuransi adalah menanggulangi nilai (value) ekonomi yang suatu saat akan bisa hilang kapan pun dan dimana pun. Nilai ekonomi yang hilang dimaksudkan adalah kematian. Artinya kapan pun dan dimana pun akan bisa terjadi sewaktu-waktu kepada kita (orang tua). Dengan kata lain tidak ada atau ada, nilai pertanggungan terhadap yang ditinggalkan buat isteri dan anak-anak. Demikian yang disampaikan oleh Bapak Eko Suwanto, SH Pimpinan AJB Bumiputera Wilayah Aceh dan Medan pada acara nangkring bersama kompasiana di Grand Swiss-Belhotel, Medan, Sabtu (5/11-16)

Dua pembicara materi dalam acara Nangkring bersama AJB Bumi Putera dengan Kompasiana di Medan. Dari kiri ; Bpk Eko Suwanto dari Bumi Putera, Bpk Adhie M Massardi dari OJK, dan Mas Isjet sebagai moderator dari kompasiana. (sumber; dokpri)
Dua pembicara materi dalam acara Nangkring bersama AJB Bumi Putera dengan Kompasiana di Medan. Dari kiri ; Bpk Eko Suwanto dari Bumi Putera, Bpk Adhie M Massardi dari OJK, dan Mas Isjet sebagai moderator dari kompasiana. (sumber; dokpri)
Seperti uraian ilustrasi cerita di atas, akan menemukan 2 (dua) model dari resiko “menangis”. Dimana tangis pertama kehilangan orang yang dicintai yakni sang bapak tanpa ada meninggalkan pertanggungan asuransi. Itulah yang dialami oleh Melati, ‘mengorbankan’ dirinya untuk tidak melanjutkan sekolah demi membantu ibunya dan dua adiknya agar bisa tetap sekolah.

Sementara tangis ke dua, ada harapan dimana yang masih hidup mendapatkan pertanggungan biaya hidup dan pendidikan putera-puteri dari asuransi. Seperti yang dialami tetangga Melati, Mawar. Bapaknya Mawar meninggalkan asuransi buat isteri dan anak-anaknya. Dan anak-anaknya tetap bisa melanjutkan sekolah.

Anak-anak sebagai investasi masa depan juga merupakan salah satu pilar kekuatan membangun bangsa ini. Jangan biarkan masa atau proses meraih cita-citanya terkendala dengan tidak memiliki jaminan pendidikan berupa asuransi.

Siapa saja kepala rumah tangga tentu sangat memperhatikan pendidikan putera-puterinya. Dan pada kenyataannya memang masih banyak anak-anak Indonesia yang belum / tidak bisa melanjutkan sekolah anak-anaknya. Suatu hal yang memiriskan juga diakibatkan sektor ekonomi mereka tidak dapat menghasilkan (miskin).

Ada sekitar 2,5 juta anak Indonesia yang tidak /putus sekolah (sumber: UNICEF-2015). Suatu hal pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah dalam mengatasi hal ini. Kebanyakkan mereka yang putus sekolah itu berasal dari keluarga miskin. Dengan kata lain penghasilan hidup hanya pas-pasan buat makan.

Moderator acara, Iskandar Zulkarnaen yang akrab dipanggil Mas Isjet dalam suatu gaya [sumber; dokpri]
Moderator acara, Iskandar Zulkarnaen yang akrab dipanggil Mas Isjet dalam suatu gaya [sumber; dokpri]
Bagaimana kalau tulang punggung keluarga (bapak/suami) sudah tua dan sakit-sakitan dan tidak kuat lagi dalam mencari nafkah? Atau telah meninggal? Dan sementara sang ibu tidak memiliki keahlian dalam mencari nafkah. Dengan kondisi demikian tentu saja anak-anak mereka tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikannya. Meskipun pemerintah telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun dengan pendidikan gratis. Toh, anak-anak itu masih butuh dengan hal lain misalnya, uang jajan, beli buku, transportasi dan sebagainya.

Padahal kita tahu bahwa mereka adalah tunas-tunas bangsa yang harus diberikan payung perlindungan buat masa depannya. Berbagai langkah di era pemerintahan sekarang memang sedang dilakukan. Dalam wujud 9 Program Nawa Cita Presiden Jokowi, terurai jelas dengan membangun masyarakat dan pendidikan Indonesia. Terutama pada point 5 dan 6 (sumber).

Jika hal ini berhasil, tentu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat terutama pada lapisan bawah. Dengan sendirinya roda perputaran ekonomi semakin terus berjalan (sustainableeconomic). Dan agar suasana itu tetap eksis perlu upaya-upaya perlindungan bagi keluarga Indonesia (familyprotection).

Akan menjadi suatu berkah bagi bangsa Indonesia jika hal ini terwujudkan dengan indikator yang jelas serta strategi yang matang. Misal, dengan banyaknya limpahan keluarga yang sehat serta usia yang produktif itu harus ditunjang dengan fasilitas lapangan kerja yang memadai. Diperkirakan Indonesia akan mengalami manfaat dari bonus demografi sepanjang rentang waktu 2020 – 2030 nanti (sumber; BKKBN).

Memberikan pendidikan yang merata disegala lini dengan wajib belajar 12 tahun adalah mutlak. Perlu ditopang dengan bea siswa bagi pelajar dan mahasiswa. Dibarengi dengan iklim suasana yang aman dan nyaman dari hal-hal resiko yang dapat mengganggu.

Seperti pada judul tulisan ini, ‘Ubah Tangis Pertama Menjadi Tangis Ke Dua Yang Penuh Harapan’. Untuk itu memang dibutuhkan perlindungan ekstra sebagai tambahannya. Yakni perlindungan keluarga yang dapat menjamin perjalanan hidup keluarga itu.

Perlindungan keluarga yang dimaksud adalah berupa jaminan untuk masa depannya, yakni asuransi. Ada dua keperluan / kepentingan hidup yang harus dipenuhi dalam rumah tangga (kepala keluarga) sampai batas-batas kesanggupannya. Satu ; perlindungan terhadap istri dan anak-anaknya jika ia meninggal. Dua ; perlindungan keuangan bagi masa usianya yang lanjut jika ia masih hidup.

Sementara fungsi dari asuransi itu adalah untuk mengurangi resiko sekecil mungkin. Misal, kematian adalah hal yang pasti berlaku kepada setiap orang. Sebagai akhir dari puncak perjalanan hidup. Begitu juga dengan dunia bisnis, tetap ada resiko seperti kecelakaan dan kebakaran.

Untuk itulah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera memberikan solusi pertanggungan biaya buat keluarga kita. Perusahaan asuransi yang telah berdiri sejak zaman sebelum kemerdekaan yakni 12-02-1912, tentu telah memiliki pengalaman asam-pahit-manis selama ini.

Kenapa harus AJB Bumiputera?

Disadari atau tidak tentu Asuransi Bumi Putera ini sudah memiliki pengalaman yang sangat panjang. Jauh sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia, Bumi putera berdiri dengan latar belakang kebangkitan Pemuda sebelumnya, yakni Boedi Oetomo pada tahun 1908.

Dalam rentang usianya yang sudah 104 tahun lebih, Perusahaan Non-Bank ini juga tentu lebih memahami kondisi masyarakat terutama dengan lapisan menengah ke bawah (mikro). Jadi tidak saja dengan skala besar (makro), seperti perusahaan besar dan / atau property.

AJB Bumiputera ini termasuk dalam perusahaan yang baik dalam daftar Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai perusahaan yang cukup lama berkiprah di bumi pertiwi ini, AJB Bumiputera sudah menerapkan dan melaksanakan apa yang dibutuhkan oleh setiap keluarga Indonesia. Dan OJK sendiri sangat concern terhadap perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Terutama kepada AJB Bumiputera yang dikenal sebagai perusahaan asuransi tertua di Indonesia.

para peserta kompasianers Medan, serius mendengarkan paparan dari nara sumber [sumber; dokpri]
para peserta kompasianers Medan, serius mendengarkan paparan dari nara sumber [sumber; dokpri]
AJB Bumiputera telah menyiapkan beberapa model bentuk perlindungan kepada keluarga kita. Tidak saja sasaran kepada menengah ke atas, juga sekarang AJB Bumiputera menyasar kepada keluarga-keluarga menengah-kecil. Misal kepada keluarga petani, nelayan, tukang becak atau kuli bangunan.

Suatu terobosan langkah yang baru dan berani dilakukan oleh AJB Bumi Putera. Sesuai dengan pilar perusahaan ini, yakni “mutualisme, idealism, dan profesionalisme”.

Idealisme
 AJB Bumiputera 1912 bukan berdiri semata-mata untuk mencari keuntungan, melainkan sebagai alat finansial yang lahir dari komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui bisnis asuransi jiwa.

Mutualisme
Sebagai dasar manajemen Perusahaan, nilai sosial mutualisme dimanifestasikan melalui kerjasama, kemitraan, dan sinergi antara pemegang polis dan sesama pemegang polis, antara Perusahaan dan pemegang polis, antara karyawan dan sesama karyawan dalam perusahaan, dan antara karyawan dengan manajemen dalam perusahaan.

Profesionalisme
 Keunggulan dan kompetensi sumber daya manusia, yang dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan dari waktu ke waktu, menjadikan Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup, pengembangan organisasi dan pertumbuhan bisnis.
 (sumber ; Bumiputera)

Bisa dikatakan AJB Bumiputera ini terlahir dari rakyat dan untuk rakyat. Mengingat sejarahnya yang sangat panjang. Dengan inilah perusahaan ini menerobos lebih jauh lagi dalam pencapaian sasaran dan tujuannya untuk membangun masyarakat Indonesia yang berdaya guna dan dapat bersaing.

Untuk itu, AJB Bumiputera memberikan solusi lewat produk asuransinya. Terutama bagi warga yang kurang mampu, perusahaan ini menawarkan premi yang murah untuk satu keluarga. Hanya dengan minimal Rp. 50.000,- setahun satu keluarga sudah terproteksi untuk mengikuti polis asuransi Bumiputera. Polis asuransi demikian dikenal dengan Asuransi Mitra Asri (Asuransi Rakyat Indonesia). Model ini adalah pertanggungan biaya asuransi kematian.

Model Asuransi Mitra Asri dalam bentuk Paket A. [sumber; Bumi Putera]
Model Asuransi Mitra Asri dalam bentuk Paket A. [sumber; Bumi Putera]
Model Asuransi Mitra Asri dalam bentuk Paket B. [sumber; Bumi Putera]
Model Asuransi Mitra Asri dalam bentuk Paket B. [sumber; Bumi Putera]
Tentu bukan hanya itu saja. Suatu model cara yang bisa dikatakan terobosan untuk menjembatani keluarga agar bisa tetap bertahan dan menggapai asa bagi pendidikan putera-puteri mereka. Adalah asuransi model Mitra Beasiswa.

Mitra Beasiswa disediakan dalam mata uang Rupiah dan merupakan program Mitra Beasiswa yang menjamin pembiayaan pendidikan anak sepenuhnya, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, terlepas dari perubahan keadaan keuangan.

Mitra Beasiswa dirancang khusus untuk menjadi mitra anak dalam pendidikan, memastikan anak-anak Anda secara teratur mendapatkan uang yang mereka butuhkan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Masa depan anak-anak juga terlidungi karena program ini dirancang untuk memastikan agar mereka tetap mendapatkan dana beasiswa hingga mereka lulus, walaupun jika orang tua mereka meninggal dunia (sumber; Bumi Putera)

Menurut saya, dua model asuransi ini cukup bagi keluarga yang kurang mampu. Ada 12 (dua belas) produk asuransi Jasa Perorangan yang dibuat oleh AJB Bumiputera. Bagi keluarga kaya tentu bisa saja mengambil lebih banyak model produk asuransi ini. Tanpa bermaksud mengecilkan kepada keluarga yang kurang mampu, toh dua model produk asuransi yakni Mitra Bea Siswa dan Mitra Asri sudah cukup untuk perlindungan bagi keluarga yang kurang mampu (pra-sejahtera).

Kekhawatiran Berasuransi.

Mungkin kita pernah dihubungi oleh salah satu provider asuransi. Atau didatangi oleh agen-agen asuransi. Ya, bisa jadi pembaca pernah mengalami demikian, bukan? Mungkin saja kalau dihubungi lewat telpon kita matikan dengan alasan sibuk. Bisa juga kita menolak sebelum agen itu membuka pagar rumah.

Hal demikian tentu wajar saja dalam hal mencari nasabah. Sekalipun mereka telah dilengkapi dengan surat tugas dan tanda pengenal lengkap. Tetapi ini tidak perlu rasanya ditolak berkelebihan. Biarkan mereka menjelaskan baik lewat telpon maupun langsung bertemu agennya. Setuju atau tidaknya, itu urusan belakang.

Seperti ilustrasi cerita di atas, bisa jadi bapaknya Melati menolak kedatangan agen asuransi tanpa membiarkan agen itu menjelaskannya. Dan akhirnya tidak mau berasuransi. Berbeda dengan tetangga Melati, bisa jadi ayahnya menerima kedatangan agen asuransi dan menerimanya.

Jadi untuk itu, menjawab kekhawatiran berasuransi ada dua cara, menurut saya ;
 1- Produk asuransi pemberi polis.
 Pemegang polis harus mempelajari dulu terhadap produk asuransi tersebut. Sesuai atau tidak ? Misal tentang pertanggungjawaban keuangan dan teknologinya mendukung.
 2- Cek dulu sudah terdaftar atau tidak di OJK. Karena OJK sangat concern disini dalam perlindungan konsumen.

Sebagai perusahaan non-bank, justru bisa juga memanfaatkan momentum dari manfaat bonus demografi yang diperkirakan terjadi antara 2020-2030. Suatu kesempatan emas yang bisa diraup oleh perusahaan asuransi. Artinya akan ada kenaikan pertumbuhan ekonomi. (sumber BKKBN dan Bappenas)

Berbicara tentang ekonomi tentu tidak lepas dari yang namanya asuransi. Tenaga kerja yang melimpah dan kesempatan kerja yang luas tentu harus ada perlindungan yang menyeluruh bagi karyawannya. Dan di satu sisi peran pemerintah harus bisa menjaga ritme perkembangan itu.

Foto bersama nara sumber dengan kompasianers Medan. [sumber; wa group komed]
Foto bersama nara sumber dengan kompasianers Medan. [sumber; wa group komed]
Pentup.

Sebagai perusahaan asuransi tertua di Indonesia, AJB Bumiputera sekarang menunjukkan nuansa semangat baru dalam memberikan kontribusi perlindungan keluarga, terutama kepada kelompok mikro.

Dengan adanya beberapa varian produk dan kemudahan berasuransi diharapkan AJB Bumiputera meningkatkan lagi trend kepercayaan masyarakat. Tantangan berupa keraguan dari masyarakat akan bisa diatasi dengan cara publikasi yang seluasnya. Tentunya dengan memanfaatkan basis informasi dan teknologi yang sedang berkembang pesat.

Menurut OJK, ada 11,8 % peserta asuransi dari masyarakat Indonesia. Masih jauh kalah dibanding dengan negara-negara luar / tetangga. Meskipun demikian, kesempatan menumbuh-kembangkan minat masyarakat untuk berasuransi masih terbuka luas.

Ajak masyarakat agar menjadi cerdas dan sejahtera melindungi diri bersama AJB Bumiputera. Jangan biarkan hal seperti ilustrasi cerita diatas. Melati yang putus sekolah dan Mawar yang masih bisa sekolah. Yang dikarenakan Melati tidak memiliki pertanggungan asuransi dari bapaknya yang telah wafat.

Dan masih ada kemungkinannya keluarga seperti Melati di bumi pertiwi ini. Jangan biarkan tangis pertama keluarga demikian luput mendapatkan perlindungan asuransi. Dan jadikan tangis kedua yang penuh harapan dan kekuatan untuk menggapai cita-cita masa depan putera-puteri Indonesia, bersama AJB Bumiputera.

Sumber ilustrasi; kompasiana
Sumber ilustrasi; kompasiana
FB : https://www.facebook.com/firdaus.tanjung1

Twitter : https://twitter.com/Taplaupadang

******

Medan, 19 November 2016

Wassalam

Firdaus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun