Kompasiana dalam usia 8 tahun ini pun telah banyak melahirkan bakat-bakat yang tersembunyi di pelosok-pelosok negeri kita. Dari yang amatir telah menjadikannya penulis yang handal. Tidak sedikit dari mereka menjadi the best writer.Yang mana karya-karya mereka sudah ada yang dijadikan buku oleh Kompasiana.
“Prestasi akan berbuah bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan passion”.
Menjadi penulis itu memang tidak harus dengan basic pendidikan sastra atau ilmu sosial dan komunikasi, kata seorang kompasianers yakni sang ‘Bapak Kehidupan’ , Bapak Tjiptadinata Effendi yang sudah sepuh di kompasiana ini. Karena setiap orang tentu punya bakat-bakat alaminya yang bila diasah terus tentu akan menghasilkan karya yang bermutu. Inilah yang saya rasakan dan temukan di Kompasiana. Di kanal media warga ini kita bisa saling belajar dengan mudah. Mulai dari gaya penulisan serta karakter penulis dari tulisan itu sendiri.
Memang ada juga ‘perang’ opini di kanal ini. Tapi tidaklah berlanjut dengan tos-tosan....heheheh. Meskipun demikian, perang opini tetaplah perang opini. Justru inilah yang membuat kita menjadi lebih dewasa serta contoh yang baik. Justru itu juga tang membuatnya jadi besar. Opini dibalas opini. Bisa kita temukan di kanal bola atau di kanal lainnya. Seorang penulis tentu sudah mengetahui tentang etika menanggapi suatu artikelnya. Justru disini juga kita mengetahui kiat-kiat dalam membangun opini serta menanggapinya.
Disamping itu tentu ada juga artikel yang tidak layak tayang. Oleh admin K, hal ini bisa merusak cita rasa pembacanya. Tentu ada kriterianya, seperti tulisan yang tidak mengandung porno aksi dan/atau unsur sara yang bisa memicu keributan baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Inilah kompasiana nyatanya. Beragam suku,agama, ras, dan antar golongan (sara) hadir mewarnai nusantara kita. Beragam pesona ini telah menjadikannya suatu kanal “bak mutu manikam” menyinari bumi nusantara dari pelosok-pelosok negeri yang kita diami. Baik itu dalam bentuk artikel lepas maupun dalam bentuk lomba penulisan artike (blog competition).
Para reporter dan/atau media Tv, cetak maupun on line lainnya tidak sedikit mengambil referensi beritanya dari Kompasiana. Artinya, Kompasiana sudah dijadikan salah satu acuan referensi berita seperti pada provider media lainnya. Bahkan Kompasiana disebut juga sebagai media warga terbesar di Asean yang membuat negara-negara tetangga menjadi iri melihat kebebasan menyampaikan pendapat di negara Indonesia ini.
“Kompasiana yo Rancak Bana “, dalam menyajikan berita yang belum tersentuh oleh yang lain
Tidak sedikit juga Kompasianers yang berada di luar negeri ikut membantu up date beritanya tentang luar negeri. Hal ini memudahkan Kners yang hobby traveler mengetahui tentang apa dan bagaimana seluk beluk negeri orang. Sehingga akan memudahkan para travelers dalam mencari info tambahan lainnya.
Meskipun saya belum pernah hadir pada acara Kompasianival yang diselenggarakan tiap tahun, tapi saya bisa ikut merasakan suasana kemeriahan dan kegembiraan yang tersaji di dalam reportase Kners. Yaa...di satu sisi jujur saja, ada nuansa antara sedih dan haru berbaur jadi satu yang menghinggapi jiwa saya. Haru sedih karena tidak bisa hadir. Gembira, karena acaranya termasuk yang unik dan indah dalam keberagaman Indonesia. Tentu saya berharap suatu saat atau tahun depan akan berusaha menghadirinya. Dan tentu pula akan ikut sharing and connecting nantinya.
Yaaah...fakta tersaji dengan ragam budayanya, ragam suku dan agamanya, ragam latar pendidikannya, telah menjadikan Kompasiana suatu power yang membawa bangsa dan negara ini menjadi bangsa yang melek menulis. Yang memajukan martabat dan peradaban bangsa. Meskipun berbeda-beda tetap dalam kesatuan bingkai NKRI.