Seperti biasa saya bersama beberapa teman, yang biasanya selalubertiga untuk pergi memancing. Ketika itu sekitar tahun 2002. Hampir tiap minggu kami melakukan aktifitas memancing. Kawasan Bungus di Kota Padang adalah lokasi favorit tempat memancing. Merupakan kawasan yang berbentuk teluk, sehingga ombak perairannya tenang. Menggunakan sampan /perahu yang di sewa dari warga setempat. Berangkatnya selalu pagi dan pulangnya sore hari. Cukup banyak juga pemancing-pemancing diseputaran lokasi tempat kami memancing terutama di hari-hari libur.
Kawasan Bungus merupakan salah satu lokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota Padang. Sebagai kawasan TPI, Bungus juga dilengkapi dermaga atau pelabuhan kapal-kapal nelayan dan juga kapal-kapal pesiar. Termasuk juga sebagai pelabuhan penyeberangan ke Kepulauan Mentawai. Berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan dengan ibu kotanya Painan.
Dermaga Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus Bungus, Kota Padang.
(sumber gbr : www.djpt.kkp.go.id)
Perjalanannya menuju lokasi tersebut melewati perbukitan yang membujur dari utara ke selatan. Sepanjang perjalanan ini meyuguhkan pemandangan indah hamparan laut luas yang membentang. Pulau-pulau yang bertebaran menambah daya pesona lain ketika menjelang senja (sunset). Jadinya lokasi sepanjang kawasan ini akan ramai diwaktu sore hari sampai menjelang senja. Kebanyakan dikunjungi dari kalangan anak-anak muda. Sebagian kecil dari lingkup keluarga.
Sewaktu pulang dari memancing kami tidak mendapatkan angkot, karena biasanya kalau sudah sore angkot rata-rata pada penuh semua untuk menuju pusat Kota Padang. Jadinya, solusi lain mencoba menumpang mobil pick-up terbuka yang lewat dan syukur-syukur mau memberikan tumpangan kepada kami yang sudah bau amis ikan. Biasanya mobil seperti itu tetap mau menaikkan orang yang tidak mendapatkan angkot menuju pusat kota. Tetapi kalau tidak dapat, solusi jitu lainnya adalah terpaksa berjalan kaki sampai ke Teluk Bayur, suatu kawasan pelabuhan kapal yang terkenal dengan nyanyian “Teluk Bayur” oleh artis Ernie Djohan sekitar tahun 70-an . Dari sini biasanya angkot sudah banyak dijumpai dibanding dengan dari Bungus.
Pantai Caroline Bungus - Padang.
(sumber gbr ; www.gosumatra.com)
Wacana tulisan ini bukan mengangkat dari segi memancing beserta banyaknya hasil tangkapan. Memang pada kenyataannya hasil tangkapan yang diperoleh lumayan banyak. Dari saat memancing inilah ide penulis muncul sekaligus untuk harapan kedepannya untuk suatu aktifitas pemuda khususnya dan masyarakat luas umumnya sebagai ajang salah satu promosi wisata pantai dan bahari nusantara sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sebagai seorang penggiat di alam bebas / pecinta alam, jalan kaki jarak jauh sudah biasa dan lumrah penulis jalani.Menyusuri hutan, mendaki gunung, berenang, memancing, caving, hikking, adalah bentuk-bentuk kegiatan yang disukai kelompok pencinta alam atau penggiat di alam bebas. Makanya, penulis dan teman-teman kalau tidak mendapatkan angkot sepulang memancing, jalan kaki sudah hal yang lumrah untuk dihadapi.
Hampir tiap minggu kami memancing. Terkadang kemping dekat lokasi memancing yang ada perbukitannya di kawasan Bungus ini. Dengan demikian,dari sinilah ide awal yang timbul dari pemikiran penulis yakni diadakannya LOMBA LINTAS JALAN JAUH PESISIR PANTAI, PAINAN – PADANG (L2 J2 - P4).
Kenapa lomba ini yang akan diprioritaskan ...? Karena, beranjak dari lokasi sepanjang jalan Painan – Padang ini benar-benar menyuguhkan pemandangan alam yang sungguh eksotis. Hamparan laut beserta pulau-pulaunya sudah jelas menyajikan view yang indah. Belum lagi bukit-bukit yang memiliki keindahan alam di dalamnya.Bukit Langkisau sebagi tempat ajang lokasi Paralayang Internasional. Jembatan akar, Pantai Carocok dan lain sebagainya menambah pesona alam yang menantang bagi yang suka hobby traveller (wisata alam). Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan alam dengan kapasitas besar, Pantai Air Manis dengan Batu Malin Kundangnya, legenda Siti Nurbaya di Gunung Padang, Pantai Padang yang selalu ramai pengunjung, seakan-akan tiada habisnya sajian view di Ranah Minang ini.
(sumber gbr ; www.pesisirselatankab.go.id)
Belum lagi dengan sajian wisata kulinernya yang terkenal lezat, seperti rendang yang sudah mendunia, gulai kapalo ikan yang lamak bana (enak nian) menggugah selera, makan bajamba (makan bersama dalam perhelatan acara-acara besar dalam adat) yang terkenal itu, kerupuk sanjai dan keripik balado yang tidak asing lagi sebagai buah tangan khas oleh-oleh dari Ranah Minang. Serta masih ada penganan-penganan khas lainnya dari Ranah Minang.
Pun, juga Sumatera Barat berhasil mengadakan pagelaran Balap Sepeda Internasional yang dikenal dengan “Tour de Singkarak” (keliling Sumbar yang dibagi beberapa etape). Event olah raga ini diadakan setiap tahun sejak tahun 2008. Dan berhasil dengan sukses. Bahkan salah satu peserta dari negara asing sangat terkesan dengan alam ranah Minang dan masyarakat yang hangat dan ramah. Sehingga tiap tahun acara ini selalu dia ikuti.
Dari Painan, Pesisir Selatan ini berbagai model wisatanya sungguh menjanjikan kepada pengunjung atau yang hobby traveller. Memiliki waktu tempuh Padang – Painan sekitar 2 jam menggunakan mobil. Wisata alam, kebudayaan, Kuliner, dan olah raga adalah pokok utama destinasi wisatanya. Dengan potensi yang besar ini Pemda Kabupaten Pesisir Selatan ini memang sedang giat-giatnya membangun dan mengelola akan promosi dan daya saing yang bersinergi pertumbuhannya dengan daerah lain. Bersama masyarakat mereka welcome kepada pengunjung /tamu-tamunya yang berkunjung menghabiskan masa liburannya.
(sumber gbr ; www.pesisirselatankab.go.id)
Lomba Lintas Jalan Jauh Pesisir Pantai, Painan – Padang (L2 J2 P4) dikategorikan sebagai Wisata Olahraga. Dan dalam pelaksanaannya memakan waktu 2 hari. Menempuh jarak sekitar lebih kurang 75 km. Dalam amatan penulis dan diskusi dengan teman kuliah yang kampung halamannya di Painan, belum pernah ada event ini dilakukan oleh baik institusi pemerintahan maupun dari Kampus lewat Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) atau ormas kepemudaan seperti KNPI.
Teman kuliah penulis tersebut sangat mengapresiasi sekali akan wacana penulis. Jika jadi dilaksanakan tentu suatu hal yang luar biasa bagi daerahnya. Sudah barang tentu akan membawa berkah dan rezeki bagi masyarakat. Dan penulis sampaikan juga kepadanya agar konsolidasi dengan pemuda-pemuda disana beserta ninik mamak, alim ulama serta yang terutama dengan Pemda Kabupaten Pesisir Selatan. Disitu juga penulis tekankan, bahwa rasa aman sangat penting diciptakan agar peserta lomba itu merasa nyaman selama kegiatan. Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Beliau berjanji akan menyampaikan wacana event ini kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat. Kebetulan dia juga termasuk tokoh pemuda disana.
(sumber gbr ; www.pesisirselatankab.go.id)
Sekitar berselang satu bulan lebih, teman kuliah penulis itu mengkonfirmasikan bahwa masyarakat tempatnya sangat mendukung acara demikian. Dan berjanji akan berusaha memaksimalkan acara event lomba tersebut. Selanjutnya, tinggal pembentukkan panitia yang sebelumnya perlu ada pra konstruksi dalam merancang skenario acaranya. Sesudahnya baru menjelaskan presentasi kepada Pemerintah dalam hal ini Gubernur, Walikota dan Bupati.
(sumber gbr ; www.pesisirselatankab.go.id)
Lomba seperti itu pernah diadakan oleh Mapala Proklamator Universitas Bung Hatta sekitar bulan September tahun 1998. Tetapi menempuh route Pariaman – Padang. Dengan jarak lebih kurang 60 km. Meskipun acara lomba itu boleh dikatakan sukses pagelarannya tetapi view yang disajikan tidak se-eksotis dibandingkan dengan route Painan – Padang. Hanya hamparan pasir landai beserta deburan ombak saja. Lomba ini mengambil point kecepatan dan ketepatan waktu serta kelengkapan dan kekompakan team. Mengambil cakupan skala Sumatra – Jawa. Di saat negara masih dalam kondisi krisi moneter, Mapala Proklamator berani mengusung acara lomba yang sifatnya dua tahunan itu. Boleh dikatakan saat itu satu-satunya kampus di Sumatera dan Jawa yang mengadakan event demikian. Dalam artian, kegiatan event yang dilakukan oleh Mapala di Indonesia.Kalau tidak salah juga mungkin se Indonesia.
Rentang perjalanan waktu setelah itu tidak ada lagi gaungnya sampai 2008. Memang hal ini pernah juga penulis diskusikan dengan pengurus Mapala tersebut sekitar tahun 2003, yang hasilnya memang sedang akan digalakkan kembali. Tetapi setelah itu tidak ada lagi follow-upnya. Mungkin dikarenakan sibuk dengan kegiatan lain atau persiapan skripsi, maka hal itu penulis diamkan.
Ada pun event lomba ini cakupan skalanyasecara Nasional. Pesertanya tidak hanya saja dari kalangan Mapala, Sispala, Kelompok Pencinta Alam (KPA), Karang Taruna, pendek kata tidak hanya dari kalangan WNI saja tetapi juga melibatkan pesertanya dari kalangan Touris Asing yang sedang berlibur di Indonesia.
Bahkan event acara ini tidak menutup kemungkinan diangkat lebih tinggi lagi yakni Tingkat ASEAN. Dimana sebelumnya event olahraga tingkat mahasiswa se Asean ini kita mengenal dengan Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) Asean. Sasarannya bukan saja dari atlit-atlit mahasiswa di Asean ini sebagai peserta tetapi juga kepada kelompok mahasiswa pencinta alamnya beserta unsur pemuda lainnya di masing-masing negara Asean. Dengan sendirinya akan tercipta lagi persatuan dan kekuatan baru di tingkat pemuda Asean, yakni Pemuda Bahari Asean.
Negara-negara Asean kecuali Laos adalah negara-negara yang memiliki laut dan garis pantai. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di antara anggota negara-negara Asean dan nomor 4 di dunia.
Diskusi ini berlanjut juga penulis sampaikan ke KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Daerah Kota Padang. Uraian dan presentasi singkat yang penulis sampaikan mendapat sambutan kuat dari pengurus KNPI saat itu. Kegiatan acara ini memang lebih sedikit berat diadakan kalau tidak ada dukungan penuh dari pemerintah. Mengingat acara ini sebagai acara antar negara, tentu reputasi dan sumber daya manusia lebih dioptimalkan.
(sumber gbr ; www.wisatasumbar.com)
Adapun route yang akan ditempuh merupakan jalan pantai, jalan setapak, jalan raya, penyebrangan basah /sungai, penyeberangan kering. Khusus peserta dari Indonesia dapat mengulas perjalanannya beserta foto-foto yang menarik ke kompasiana.com atau www.indonesia.travel/wonderfulindonesia. Sekaligus juga sebagai ajang lomba foto selama acara berlangsung. Dengan sendirinya akan membuat profil wisata nusantara menjadi luas dikenal kembali.
Sayangnya baik kepada Mapala Proklamator Universitas Bung Hatta Padang dan KNPI Kota Padang setelah itu tidak ada follow-up perkembangannya. Hingga sampai penulis hijrah ke Medan di akhir tahun 2009 tidak ada kabar beritanya.
Dari Perlombaan Menuju Negara Poros Maritim Dunia.
Kita sudah tahu bahkan dunia internasional mengakui bahwa Negara Indonesia merupakan negara archipelago /gugusan kepulauan yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah terutama dari sektor kelautan. Begitu juga dengan pariwisatanya. Tetapi hasil yang didapatkan dalam pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) belum sebanding dengan potensi yang melimpah ini.
Sejak era baru pemerintahan Presiden Joko Widodo beserta kabinet “kerjanya”, Sektor kelautan merupakan prioritas utama yang akan ditumbuh-kembangkan kembali untuk menuju Negara Poros Maritim Dunia. Hal itu telah diungkapkan sewaktu Presiden Jokowi menghadiri KTT Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar, Kamis 13 November 2014. Termasuk dengan keamanan dan sumber daya yang belum tergarap maksimal.
Tidak salah kiranya dan mungkin barangkali moment usulan penulis sekaligus harapan, menjadi saat yang tepat sebagai gebrakan awal dari instansi pemerintahan dalam hal ini Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Kerja sama lintas sektoral pemerintahan sudah jelas dibenahi dan disinergikan.Tentu juga peran swasta (sponsor) dilibatkan juga, agar perhelatan acara ini betul-betul padu dan berkesan bagi pesertanya dan masyarakat. Yang nantinya secara tidak langsung akan menumbuh-kembangkan minat pemuda-pemudi tanah air untuk menggarap potensi kekayaan lautnya di masing-masing daerahnya, terutama dari sektor industri pariwisata.
(sumber gbr ; skyscrapercity.com)
Lomba Lintas Jalan Jauh,Pesisir Pantai Painan – Padang(L2J2 - P4) ini sekaligus sebagai salah satu moment pintu masuk menuju Negara Poros Maritim Dunia. Artinya, kegiatan wisata olah raga ini diperkenalkan untuk bersinergi yang terintregasi dalam bingkai /kerangka dalam pilar negara poros maritim dunia. Dari sini kita kembali memperkenalkan potensi wisata pantai dan bahari ke ajang dunia luar. Dari sini akan tercipta juga tukar informasi yang bermanfaat baik antar pemuda maupun antar instansi dan /atau lintas negara. Dan dari sini juga akan tercipta semangat persatuan dan kesatuan antar pemuda, semangat kebangsaan, cinta tanah air, serta berperan aktif dalam kancah perdamaian dunia terutama kawasan Asean. Dan ini merupakan tujuan pokok utama dari perhelatan event lomba tersebut.
Tentu saja perlombaan ini dikemas semenarik mungkin. Mengenai dengan aturan dan teknis tata caranya bisa di atur dalam bentuk kerja sama dengan Perguruan Tinggi lewat Mahasiswa Pencinta Alam atau dengan ormas kepemudaan (KNPI), pihak swasta (sponsor), serta masyarakat. Yang terpenting ada dukungan penuh antar lintas sektoral pemerintah dan swasta serta masyarakat.
Dari Perlombaan Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Ya, sudah tentu jelas menghadapi perdagangan bebas tingkat Asean yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan kerja sama anggota-anggota didalamnya. Tidak dipungkiri, bahwasanya Indonesia tentu tengah bersiap menghadapinya yang sudah mulai dilaksanakan tahun 2015 ini. Dari sektor pariwisata tentu tidak mau ketinggalan. Bila kunjungan wisatawan asing ke Indonesia jauh kalah dibanding dengan negara-negara Asean lainnya, misal Malaysia dan Thailand, maka mau tak mau segenap kemampuan lintas instansi, swasta serta masyarakat betul-betul bersinergi untuk membangkitkan pariwisata Indonesia.
Dalam MEA, di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, yang tidak menjadi hambatan lagi dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asean.
Dengan memanfaatkan momentum perdagangan bebas tingkat Asean ini sudah barang jelas eko-wisata Indonesia sudah harus betul-betul dibenahi lagi. Dengan potensi kekayaan yang melimpah terutama dari sektor bahari, Indonesia tentunya berani menerobos yang paling terdepan sebagai kekuatan wisata di kawasan Asean. Lewat moment demikian, ajang lomba lintsa jalan jauh Pesisir Pantai Painan – Padang (L2J2-P4) sudah siap “dijual” sebagai eko-wisata yang kreatif dan dinamis. Dari sini pula akan banyak produk-produk anak negeri yang diuntungkan. Terutama yang menyangkut aspek eko-wisatanya disamping aspek-aspek lainnya.
Kegiatan ajang lomba ini sudah jelas memiliki potensi, kendala, dan tantangan.
Potensi :
·Lomba lintas jalan jauh ini akan menumbuhkembangkan minat pemuda untuk bisa menggarap potensi bahari di daerahnya masing-masing.
·Masyarakat lebih mencintai nuansa wisata tanah airnya sendiri.
·Meningkatkan nilai ekonomi masyarakat terutama masyarakat setempat.
·Akan menemu-kenali sumber daya alam dan sumber daya manusia yang belum tergarap maksimal.
·Menaikkan potensi kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
·Menyemarakan wisata olah raga jalan kaki (outbond).
·Menjadikan salah satu pilar kekuatan pemuda antar negara Asean.
Kendala :
·Daerah Sumatera Barat yang masih rawan terhadap bencana alam, terutama dari gempa & tsunami.
Tantangan :
·Menjadikan pemuda lebih kreatif dan dinamis serta bertanggung jawab dalam persiapan menghadapi tantangan perdagangan bebas (baca; industri pariwisata).
·Masing-masing Pemda /Pemko lebih memacu dalam meningkatkan eko-wisata masing-masing daerahnya.
·Bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan hasil produk-produk lokal yang bermutu dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat Asean (MEA).
·Bagi industri pariwisata untuk dapat meningkatkan mutu standarisasinya, agar pelaku wisatawan mendapatkan kesan yang positif.
·Menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di industri wisata pantai dan bahari.
·Bisa menumbuhkan lapangan kerja yang baru.
·Sekalipun rawan terhadap bencana alam terutama potensi gempa dan tsunami, masyarakat Sumatera Barat khususnya masyarakat pesisir pantai membuktikan tetap eksis dalam aktifitas sehari-harinya. Dengan kata lain masyarakat sudah bisa hidup berdampingan dengan kawasan bencana alam.
Semoga diskusi penulis dengan teman kuliah dan pengurus KNPI saat itu bisa terealisasi jadinya. Tidak hanya lepas cerita begitu saja. Tetapi akan menjadi kenyataan nantinya. Ya, ajang Lomba Lintas Jalan Jauh, Pesisir Pantai Painan – Padang (L2 J2 - P4) berharap akan terwujud nantinya.
(sumber gbr ; wartaindependen.com)
Ajang lomba ini bukan semata saja dari segi promosi pariwisata, tetapi juga mengasah kemampuan anak negeri untuk menghadapi tantangan global terutama menghadapi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tingkat Asean. Sekaligus juga membuktikan bahwa anak negeri pun sudah siap menjadikan bangsa ini sebagai Negara Poros Maritim Dunia.
Semoga.
Wassalam,
(FIRDAUS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H