Mohon tunggu...
IMAM SYAFII
IMAM SYAFII Mohon Tunggu... Pelaut - Ketua Umum Asosiasi Pekerja Perikanan Indonesia (AP2I)

Kadang pengin nulis, kalau lagi senggang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

2 - 3 Tahun Tak Digaji di Luar Negeri, 2 - 3 Tahun Kasusnya Terbengkalai di Dalam Negeri

20 Juli 2015   14:51 Diperbarui: 20 Juli 2015   14:53 3880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu, dua, hingga tiga bulan para pekerja terlantar diatas kapal tanpa makanan dan minuman yang mencukupi. Mereka kelaparan, stok makanan habis, solar habis, dan listrik serta pendingin pun mati. Tiga bulan lebih kelaparan tanpa makanan, air, dan listrik dan jauh dari daratan memaksa para pekerja untuk memanfaatkan yang ada. Mereka dapat bertahan hidup dengan memancing ikan yang kemudian dimasak menggunakan kayu bakar yang didapat dari tatakan pada palka kapal yang menggunakan kayu.

[caption caption="Ratusan ABK WNI tidur tanpa listrik dan berteman tikus dan kecoa"]

[/caption]

Tidur bareng tikus dan kecoa tanpa adanya listrik sudah biasa bagi mereka, setiap hari hanya mancing dan mancing ikan untuk makan. Harapan untuk bisa pulang ke Indonesia dan bertemu keluarga semakin menipis, hingga saat dimana mereka benar-benar putus asa datanglah harapan kecil. Ada nelayan lokal setempat yang sedang mencari ikan menggunakan perahu kecilnya didekat kapal mereka, dengan bahasa kapal "hey Amigo" mereka berteriak dan memanggil si nelayan.

Beberapa dari para pekerja memberanikan diri untuk ikut nelayan ke darat dengan memberi imbalan sisa pancing yang ada di kapal mereka, setelah didarat para pekerja ada yang bekerja di pengedokan kapal di docker Chaghuarammas, ada yang kerja bangunan, serta buruh kasar lainnya. Dengan sebagian bekerja, mereka bisa menghidupi yang lain yang masih bertahan diatas kapal untuk menjaga kapal. Ada yang setiap hari pulang dan ada yang seminggu sekali baru pulang ke kapal sambil membawa makanan dan air minum.

Mereka bisa membeli handphone namun kesulitan untuk membeli kartu perdana, sebab semua dokumen mereka ditahan kapten dan sebelum kapten pulang diserahkan ke kantor cabang perusahaan Kwo Jeng yang ada di Trinidad dan sudah kabur/tutup pasca kejadian penelantaran tersebut. "Jujur, saya tidak ada dokumen apapun di tangan. Semua dipegang kapten, yang hanya ada didompet hanya KTP dan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) saja" ujar salah satu korban.

Lanjut, kata salah satu korban, dirinya bisa menghubungi keluarga di Indonesia karena kerja didarat. Dirinya bercerita, untuk dapat membeli kartu perdana saja susah sekali di Trinidad. Harus ada Pasport atau Buku Pelaut, ketika dirinya menyerahkan KTKLN sebagai bukti bahwa dia pekerja migran agar dirinya diperbolehkan membeli kartu perdana telepon pun tidak percaya. Si penjual kartu telepon bingung dan justru membuang KTKLN miliknya dan berkata "what is this, do you have pasport?", merasa Paspor tak ditangan dan hanya ada KTKLN dan KTP, lalu ia menyerahkan KTP dan berkata kepada si penjual kartu "I am Seaman from Indonesian and my pasport in my boat". Dengan menyerahkan KTP justru dirinya berhasil membeli kartu perdana dan akhirnya bisa menghubungi keluarga di Indonesia.

Waktu berjalan hingga empat bulan berlalu dan mereka masih terlantar, sekitar 30 orang bekerja serabutan didarat tanpa dokumen dan ratusan lainnya tetap bertahan diatas kapal untuk menjaga dan merawat kapal. Saat itu beberapa dari mereka yang bekerja didarat tertangkap oleh razia polisi, kedapatan tak memiliki Paspor mereka dibawa ke kantor imigrasi dan sempat akan ditahan.

Kepada petugas imigrasi mereka mengatakan terima kasih karena telah menangkap mereka, jadi mereka tidak perlu bekerja secara ilegal dan dikasih makan oleh imigrasi dan kemudian dipulangkan. Namun, mereka juga berkata kepada petugas imigrasi bahwa jika mereka ditahan maka bagaimana nasib ratusan teman-teman mereka yang bertahan untuk menjaga kapal di tengah laut sana. Bagaimana mereka dapat makan, minum, dan hidup. Sedangkan mereka yang bertahan diatas kapal hidup karena kami bekerja.

Setelah menjelaskan dengan bahasa inggris yang seadanya, akhirnya petugas imigrasi percaya dan mengajak mereka untuk melihat kondisi riil nya. Melihat kondisi nyata bahwa ratusan pekerja terlantar tanpa makanan dan listrik diatas kapal yang jaraknya satu mil dari daratan membuat para petugas imigrasi terketuk. Bahkan ada yang sampai menitikan air mata melihat kondisi yang sangat tidak manusiawi.

Akhirnya, pemerintah Trinidad and Tobago membantu mereka dengan memberikan logistik makanan dan juga air tawar serta solar untuk dapat bertahan hidup diatas kapal dan memperbolehkan bagi yang ingin bekerja didarat sambil menunggu penerintah Indonesia menjemput dan memulangkan serta membayar hak gaji dan kerugian lainnya. Pemerintah Trinidad kemudian mengirim surat kepada perwakilan oemerintah Indonesia (KBRI) di Caraccas, Veneuzuela karena di Trinidad belum atau tidak ada KBRI.

Berdasarkan surat tersebut, akhirnya datanglah pemerintah Indonesia ke atas kapal mereka. Beberapa orang dari Kementrian luar negeri dan beberapa dari KBRI Caracas, pejabat pemerintah Indonesia yang datang pada saat itu menyatakan bahwa mereka akan memulangkan para pekerja kembali ke Indonesia dan membantu mengurus gaji yang belum dibayar selama dipekerjakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun