Mohon tunggu...
FSLDK Kalsel
FSLDK Kalsel Mohon Tunggu... Penulis - Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus

Kumpulan Tulisan dari kader FSLDK Kalimantan Selatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Agar Ego Tidak Terbang Terlalu Tinggi

7 November 2020   16:12 Diperbarui: 7 November 2020   16:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati kita, barangkali hanya dipersiapkan untuk menerima segala sesuatu yang bersesuaian dengan kehendak kita.

Puja puji orang lain.
"Sendal kamu bagus"
"Warna bajunya pas banget sama tasnya fashionable"
"Wah pengen banget deh kaya kamu buka cabang usaha lagi"
"Aku pengen jadi kamu yang apa-apa dibeli gak pake liat label harga dulu"

Dan segala macamnya.

Tanpa sadar, ego telah melambung tinggi dan merasa semua capaian ini adalah seratus persen kendali kita. Kita mengusahakan semua ini dengan jerih payah yang dilakukan siang malam dan akhirnya pantas untuk mendapatkannya.

Termasuk, semua pujian itu. We think, we deserve it.

Tanpa sadar, ada sesuatu yang terlupa. Kita lupa mempersiapkan mengimbangi ego kita dengan hal-hal yang datang secara tidak baik-baik. Hal-hal yang kesesuaiannya berada diluar kehendak kita.

Kita lalu kecewa. Amat dan sangat.

Cercaan dan kejulidan orang lain. Perlakuan yang tidak kita inginkan. Beberapa peristiwa keadilan yang tidak kita dapat di saat orang lain mendapatkannya. Beberapa episode pertanyaan kenapa orang-orang bisa seberuntung itu dan kita tidak seperti mereka.

Kita masih kecewa.

Segala hal yang membuat kita tidak senang. Setiap malam kepikiran sampai terbawa mimpi. Kok bisa hidupku gini amat ya. Kita sampai berkata seperti itu.

Kalo gitu boleh sesekali kita berpikir seperti ini?

Bagaimana kalau kita berdamai dengan semua yang datang tidak baik-baik sebagaimana kita senang dengan yang baik-baik. Sebab kita sudah pernah mendengar bahwa belum tentu yang baik menurut kita, adalah baik juga dalam proses serta benar keberhasilannya. Pun sebaliknya.

Kenapa begitu kira-kira? Bila saja setiap manusia sadar dengan kapasitas dirinya, pertanyaan ini akan mudah dijawab.

Akal kita terbatas. Pengetahuan kita masih tidak lebih banyak dari jumlah air di lautan yang begitu luas. Maka boleh jadi semua hal itu belum tentu selaras dengan dugaan kita.

Segala hal yang menyakitkan, cepat atau lambat akan mendewasakan. Setidaknya dari sini kita paham, bahwa menyiapkan untuk segala kemungkinan yang baik dan tidak, adalah cara Allah membuat ego kita tidak terbang terlalu tinggi lalu jatuh sakit sekali.

Dan satu yang diingat, bila kita kecewa dengan beberapa perlakuan manusia, janganlah menjadi mereka. Cukuplah kita dengan kebaikan masing-masing. Sembari mendoakan cukup kita sebagai korban terakhir, tidak ada lagi kekecewaan pada jiwa-jiwa yang lain. Kita harus yakin, kita adalah orang (yang ingin) baik. Dan memberikan yang baik-baik.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Author : Athia Safrina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun