Bagaimana kalau kita berdamai dengan semua yang datang tidak baik-baik sebagaimana kita senang dengan yang baik-baik. Sebab kita sudah pernah mendengar bahwa belum tentu yang baik menurut kita, adalah baik juga dalam proses serta benar keberhasilannya. Pun sebaliknya.
Kenapa begitu kira-kira? Bila saja setiap manusia sadar dengan kapasitas dirinya, pertanyaan ini akan mudah dijawab.
Akal kita terbatas. Pengetahuan kita masih tidak lebih banyak dari jumlah air di lautan yang begitu luas. Maka boleh jadi semua hal itu belum tentu selaras dengan dugaan kita.
Segala hal yang menyakitkan, cepat atau lambat akan mendewasakan. Setidaknya dari sini kita paham, bahwa menyiapkan untuk segala kemungkinan yang baik dan tidak, adalah cara Allah membuat ego kita tidak terbang terlalu tinggi lalu jatuh sakit sekali.
Dan satu yang diingat, bila kita kecewa dengan beberapa perlakuan manusia, janganlah menjadi mereka. Cukuplah kita dengan kebaikan masing-masing. Sembari mendoakan cukup kita sebagai korban terakhir, tidak ada lagi kekecewaan pada jiwa-jiwa yang lain. Kita harus yakin, kita adalah orang (yang ingin) baik. Dan memberikan yang baik-baik.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Author : Athia Safrina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H