Mohon tunggu...
Fransiskus Sandyawan
Fransiskus Sandyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah

Seorang guru dan juga seorang murid dengan prinsip -Aku tau karena aku tidak tahu-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memanusiakan Manusia Mengurangi Angka Bunuh Diri Akibat Kemiskinan Mutlak

17 Maret 2024   19:01 Diperbarui: 17 Maret 2024   19:07 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perkembangan yang terjadi di dunia sangatlah cepat berubah dari generasi ke generasi. Salah satu perubahan yang sangat signifikan adalah di bidang digital teknologi. Namun demikian, perkembangan ini membuat setiap manusia harus bisa beradaptasi terlebih di dalam dunia kerja. Seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan akan membuat diri orang tersebut tertinggal sehingga kerapkali depresi serta mengalami tekanan mental sehingga berujung pada bunuh diri. Pada dasarnya, bunuh diri adalah perbuatan yang melukai diri sendiri dan bertentangan dengan nilai moral manusia.

Kasus bunuh diri yang didasarkan faktor ekonomi dan kemiskinan sangatlah banyak terjadi di Indonesia, salah satunya adalah kasus yang terjadi di Gunung Kidul tahun lalu. Dalam hal ini, tercatat bahwa sejak Januari hingga akhir desember 2023 tercatat ada 29 yang melakukan bunuh diri (kompas.com, 2023, Desember 27). Kasus bunuh diri yang terjadi oleh karena berbagai faktor dan yang paling tinggi adalah kemiskinan yang terjadi di wilayah tersebut.

Kemiskinan bisa terjadi di setiap daerah, bahkan di setiap negara terdapat daerah yang mengalami ketertinggalan dan mengakibatkan kemiskinan. Dalam hal ini R. Scholes, menjelaskan berbagai bentuk  masalah kemiskinan yang terjadi. Secara singkat kemiskinan adalah tiadanya kesejahteraan yang konkret dalam bentuk tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar karena penghasilan kurang mencukupi. Dalam hal ini, terdapat dua bentuk kemiskinan yaitu kemiskinan mutlak dan kemiskinan relative. Yang dimaksud dengan kemiskinan mutlak yaitu mengacu ke situasi parah kekurangan sampai kehilangan kemampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia: makan, air, Kesehatan, pakaian, tempat tinggal, Pendidikan, dan informasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kemiskinan relative yaitu mengacu ke situasi kemiskinan di bawah suatu ambang batas pendapatan yang relative karena setiap tempat memiliki aturan yang berbeda-beda. Dari kedua bentuk kemiskinan tersebut, terlihat bahwa yang terjadi di Gunung Kidul adalah kemiskinan yang bersifat mutlak karena wilayah Gunung Kidul adalah wilayah yang gersang dan sebagian besar hidup dengan bekerja sebagai petani.

Masyarakat daerah Gunung Kidul selain kemiskinan mutlak, mereka juga mengalami kurangnya kapital di dalam hidup mereka. Dalam hal ini P. Bourdiue  berpendapat ada berbagai kapital yaitu kapital ekonomi, kapital budaya, kapital sosial, dan kapital simbolik. Pierre Bourdiue berpendapat bahwa kapital ekonomi merupakan sumber daya produksi dan sasaran finansial. Kemudian kapital budaya yaitu semua kekayaan simbolis yang mengacu kepada pengetahuan atau keterampilan atau kompetensi yang diperoleh, lalu menjadi disposisi. Dalam hal kapital ekonomi, terlihat bahwa kapital ini adalah kapital yang paling mudah untuk dikonversi ke dalam kapital-kapital yang lain. kemudian kapital budaya adalah kapital yang tidak mudah di dapatkan karena membutuhkan proses atau waktu yang lama seperti akademik, kemampuan berbahasa, dan atau up to date.

            Kapital yang lain yaitu kapital sosial dan simbolik. Kapital sosial merupakan semua sumber daya yang dikembangkan oleh kapital ekonomi atau kebudayaan melalui jaringan hubungan yang luas dan bisa dimobilisasi yang memberi keuntungan kompetitif dengan menjamin investasi yang akan meningkatkan keuntungan. Sedangkan kapital simbolik yaitu semua jenis kapital. Dalam hal ini, kapital sosial merupakan kapital yang bersifat relasi. Dalam hal ini, agama juga termasuk dalam kapital sosial karena ada sifat relasi. Kemudian kapital simbolik merupakan kapital yang sangat sulit di dapatkan karena kapital simbolik itu di dapatkan dari semua jenis kapital. Dengan kata lain, kapital ini yang tidak dimiliki oleh masyarakat di daerah pedesaan terlebih di daerah Gunung Kidul.

     Dalam hal ini terlihat bahwa mereka lemah dalam hal ekonomi karena mereka masih tergantung terhadap "yang penting bisa makan" dengan yang terpenting dapat memenuhi kebutuhan dasar kehidupan. Selain itu sebagian besar dari mereka itu kurang dalam hal kapital budaya yang bisa jadi disebabkan oleh faktor lingkungan orang tersebut tinggal. Hal ini juga sama berlakunya terhadap kapital sosial. Mereka sulit untuk pindah atau pun mencari hal baru karena relasi yang mereka miliki itu tidaklah banyak.

Teori yang dimiliki oleh R. Scholes dan Pierre Bourdiue, memperlihatkan kepada kita bahwa mereka  berada di kemiskinan mutlak dan tidak memiliki kapital sehingga posisi mereka sulit keluar dari kemiskinan dan bagi mereka bunuh diri adalah jalan keluar dari masalah hidup yang mereka hadapi. Di kabupaten Gunungkidul tercatat angka 299 kasus dalam 8 tahun terakhir dan terdapat 2 kasus dalam satu hari yaitu di Kapanewon Semanu dan Kapanewon Girisubo (gunungkidul.sorot.co, 2023, September 2023). Bunuh diri bukanlah solusi karena hal tersebut bertentangan dengan moral manusia dan agama. Kasus bunuh diri yang terjadi ini bukanlah masalah kecil, tetapi masalah besar bila tidak segera di tindaklanjuti.

Gunungkidul adalah wilayah pedesaan, dan dalam menanggapi kasus tersebut adalah memberdayakan masyarakat sekitar agar tidak tertinggal sehingga mereka perlu berdayakan untuk berkembang dan keluar dari salah satu faktor penyebab bunuh diri yaitu kemiskinan.

Dalam hal ini, mereka bukanlah sebagai obyek pembangunan agar mereka dapat keluar dari kemiskinan mutlak. Dalam mengatasi hal tersebut, hal yang dapat dilakukan adalah mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil, mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan inklusif, inovasi daerah. Dengan hal-hal tersebut, maka kapital-kapital yang mereka miliki akan meningkat sehingga mengurangi angka bunuh diri yang terjadi di Gunungkidul.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pariwisata yang ada di Gunungkidul yaitu bukan hanya di daerah pesisir tetapi juga di daratan Gunungkidul. Pengembangan ini harus ada sinkronisasi antara pemerintah dan masyarakat daerah sehinggal kapital ekonomi yang ada di Gunungkidul meningkat. Kemudian, memberi ruang bagi generasi muda untuk beraktivitas dan berkreativitas dengan kegiatan-kegiatan yang lebih menyentuh pada masyarakat khususnya generasi muda sebagai penerus. Ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi sifat individualisme yang terjadi di Gunungkidul semakin meluas. Selain itu, karena Gunungkidul sebagian besar bekerja di sektor pertanian maka diperlukan agensi yang dapat membantu petani untuk menjalankan kegiatan secara modern dan menyediakan input untuk usaha pemodernan ini, jika tidak maka Gunungkidul tidak ada bedanya dengan pendapatan pada tingkat subsisten sehingga dengan diimplementasikannya pertanian yang modern maka tingkat produktivitas akan meingkat dan kemiskinan mutlak akan berkurang.

Dengan berbagai hal tersebut, angka bunuh diri yang terjadi karena kemiskinan mutlak dapat ditangani. Walaupun demikian hal tersebut tidak dapat dilakukan secara instan sehingga diperlukan pemetaan keunggulan agar pengembangan tidak saling bersinggungan satu sama lain. Selain itu, pemerintah sekali lagi harus melibatkan masyarakat sekitar untuk memberdayakan mereka agar kapital ekonomi meningkat dan bekerja sama dengan pihak swasta untuk mewujudkan desa wisata yang berkelanjutan dan pertanian tradisional menjadi modern dengan penambahan modal, pengetahuan, infrastruktur dan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun