Mohon tunggu...
Fransiskus Sandyawan
Fransiskus Sandyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah

Seorang guru dan juga seorang murid dengan prinsip -Aku tau karena aku tidak tahu-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Cybertheology", Gereja Berteologi di Era Digital

17 Maret 2024   13:47 Diperbarui: 17 Maret 2024   19:30 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Dunia dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang sangatlah cepat. Perubahan dari satu generasi ke generasi yang lain. Teknologi merupakan salah satu bidang yang mempengaruhi perubahan yang terjadi di dunia ini. Pesatnya perkembangan teknologi internet dan digitalisasi tersebut mendukung kemunculan generasi baru yaitu Generasi net atau Generasi Z.[1]  Bagaimana dengan Gereja saat ini dengan konteks jaman yang sangat berbeda, dimana teknologi mempengaruhi hidup manusia? 

Sejauh ini, Gereja memiliki pandangan yang positif terhadap perubahan yang terjadi terlebih terhadap media komunikasi digital. Dalam hal ini, terdapat dua optik yang digunakan oleh Gereja dalam menanggapi dunia digital ini yaitu "optik instrumentalisasi" dan "optik perjumpaan" yang melihatnya sebagai Aeropagus baru.[2] Dalam hal ini, penulis melihat bahwa pemikiran dari Antonio Spadaro yaitu Cybertheology sangatlah relevan dengan konteks jaman. Antonio Berpendapat bahwa "Internet merupakan ruang untuk pengalaman yang menjadi bagian integral dalam hidup keseharian, dengan kata lain sebagai "Konteks baru Eksistensial"[3]

 Biografi

 Antonio Spadaro dilahirkan pada tahun 1966 di Italia. Dia merupakan seorang imam dari Serikat Jesuit (SJ) yang ditahbiskan menjadi seorang imam pada tahun 1996. Dia menempuh Pendidikan filsafat di Universitas Messina dan Institut Aloisianum kemudian Pendidikan teologi di Universitas Pontifikal Urban dan Universitas Pontifikal Gregoriana. Dia adalah seorang imam sekaligus seorang pengajar di Roma dan Napoli. Selain menjadi seorang pengajar, sekarang dia menjadi seorang editor dari majalah Jesuit Italia, La Civilta Cattolica.[4]

Antonio Spadaro memiliki pandangan yang sangat menarik terhadap konteks komunikasi saat ini dan kemudian diundang di berbagai negara oleh Konfrensi Wali Gereja yang disebabkan oleh pemikiran teologinya yang akan terus berkembang yaitu Cybertheology.

 Internet

Saat ini, dunia digital berkembang dengan sangat cepat dan menjadi kebutuhan dalam melakukan berbagai hal. Kita dapat mengkases apa saja dengan internet melalui google, TOR, duckduckgo dalam mencari informasi yang ada diseluruh dunia dengan menggunakan koneksi internet. Kata "digital" tentu saja tidak hanya terbatas dan berhubungan dengan perkembangan teknologi semata, namun juga pada efek-efek dan kemungkinan-kemungkinan yang diakibatkan dari perkembangan sebuah teknologi.[5] Internet sendiri merupakan jaringan computer yang menopang dan yang memungkinkan adanya keterhubungan. Pada mulanya internet dirancang sebagai media komunikasi di kalangan insinyur dan ilmuan selama perang dingin. Bermula dari ARPANET pada tahun 1960 kemudian salah satu anggota ARPANET membuat proposal yang Bernama CERN pada tahun 1989. Setelah itu, ditemukannya domain WWW (world Wide Web) yang saat ini digunakan dalam membuat website, dan akhirnya pada tahun 1993 diciptakannya Web Browser yang terus berkembang dan memiliki berbagai jenis seperti yang dikenal yaitu chrome, firefox, edge, dan safari.

 Cybertheology

Cybertheology merupakan buah dari refleksi iman yang dimiliki oleh Antonio Spadaro dan akan terus berkembang sekaligus memperdalamnya dengan berbagai kalangan. Pada Tahun 2011 Antonio mulai menulis dalam blog pribadinya, facebook, dan twitter serta webnya sendiri tentang cybertheology.

Terdapat banyak pengertian tentang cybertheology. Pertama yaitu cybertheology merupakan teologi mengenai arti dari komunikasi sosial di era internet dan kemajuan teknologi. Kedua, cybertheology dipahami sebagai refleksi pastoral berkenaan dengan bagaimana mengkomunikasikan injil lewat kemampuan web. Ketiga adalah sebagai peta fenomenologis kehadiran agama di internet. Definisi yang keempat mengenai web yang dipahami sebagai sebuah tempat yang memiliki kapasitas spiritual.[6] Baginya cybertheology bukanlah suatu pandangan sosiologis dari religiositas internet tetapi buah dari iman dari gerak batin menuju ke pengetahuan yang lebih besar Ketika internet mempengaruhi manusia dalam berpikir, berkomunikasi, dan hidup. Selain itu, lebih lanjut Antonio Spadaro berpendapat bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun