Pagi subuh terdengar bunyi genderang seperti seruan perang
anak panah meluncur dari busurnya
bersama ribuan anak panah lainnya berdesakan dijalanan
beberapa dipinggir berceceran
beberapa siap ditarik
Setiap pagi dirimba sebuah kota, pertempuran berlaga sudah biasa
anak panah meluncur
ada yang tepat waktu
ada yang lebih dulu
ada yang sambil lalu
pada sasaran yang dituju
anak panahÂ
menangkap ayam
menangkap kambing
menangkap sapi
menangkap angin
terkadang anak panah terluka
untuk mengobati, dibawanya hasil tangkapan
terkadang cukup dengan seekor ayam
terkadang cukup dengan seekor sapi
tergantung seberapa parah luka nya
terkadang malah tiada terobati
dan hanya meminta berkat do'a
Di malam hari, anak panah lunglai pulang kerumah tanpa tangkapan
dilihatnya Ibunya terbaring sakit diranjang telah pergi meninggalkannya, hanya tersisa tetesan darah bekas luka anak panah.
"Oh, habislah waktuku, aku belum menangkap apa-apa, takdir telah menarik busurnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H