Kepadamu negeri puisi ini teguh berdiri
berdiri sendiri, beringan dengan diri biar jadi mandiri
padamu negeri puisi ini tercipta dari semedi hati
berhati-hati, beseri-seri
dari luka yang ngeri
mengering nyeri
Saban hari setelah pemilu usai
harapmu jua terurai
setelah pemilu ini
hilanglah pilu di sini
semogamu berjuntai
berbisik-bisik terisi
menghiasi sanubari hati
Kepadamu negeri puisi ini kuberi
juga kepada pemimpin negeri
terendah sampai tertinggi
begini;
Padamu negeri kami berjanji
apa yang sudah kau janji?
selain janji-janji palsu yang tak akan kau tepati
berjanji untuk diingkari
Padamu negeri kami berbakti
sudahkah kau berbakti dengan janji?
sudahkah kau berbakti kepada negeri?
ataukah kau senang membuat anak-anak bangsa tersakti
kau menjadi sakti, mereka berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
sudahkah mengabdi menjadi abdi?
abdi negeri?
uang dan kuasa tak akan abadi
mengabdi bukan abadi
abadi untukmu adalah mati
Bagimu negeri jiwa raga kami
jiwa dan ragamu untuk negeri
sudahkah kau beri?
bukan hanya untuk diri
sendiri.
sekali lagi
ini adalah puisi untuk negeri
yang menduga-duga dalam tanya tak henti
yang menebak-nebak dalam harap yang berganti
untuk negeri yang cintanya terberi
Ruang Sunyi, Feb 24
#Notes: Puisi ini ditulis dua hari setelah Pemilu(16,02,24). Ada beberapa harap sudah terpenuhi, ada juga yang harus dipenuhi pun janji-janji harus ditepati. Tanya dan harap akan selalu ada untuk negeri. Ini ada puisi untuk negeri. Jangan lupa untuk tetap mendoakan negeri ini, Pertiwi kita tercinta ini. Semoga menginsprasi, Titip Salam dari anak Timur, di pelosok negeri. Salam Literasi