Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang daya tahan tubuh manusia sehingga sistem kekebalan manusia dapat menurun tajam bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus dengan materi genetik (RNA) yang dapat mentransfer informasi genetik RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. RNA virus HIV dapat di deteksi menggunakan Nucleic Acid Test (NAT) sekitar 11 hari setelah terinfeksi. Pemeriksaan skrining antibodi HIV digunakan untuk diagnosis primer yang diikuti dengan tes konfirmasi jika hasil positif/reaktif pada hal hasil pemeriksaan skrining.Â
Infeksi dapat dideteksi secara serologis setelah 3 minggu tapi biasanya setelah 4-5 minggu. Dalam kasus yang jarang terjadi, orang yang terinfeksi HIV dengan imunosupresi lengkap kemungkinan antibodi HIV-negatif, tetapi mereka memiliki gejala klinis khas HIV dan titer virus yang terukur dalam darah. Langkah pertama untuk mendiagnosis HIV/AIDS adalah anamnesis secara keseluruhan kemudian ditemukan adanya faktor resiko dan menemukan temuan klinis pada pemeriksaan fisik. Tes diagnostik untuk HIV yang sampai sekarang masih digunakan adalah ELISA (enzymelinked immunoabsorbent assay), rapid test, Western Blot, dan PCR (Polymerase chain reaction) dengan sampel whole blood, dried bloodspots, saliva dan urin. Â Â
Macam-macam jenis tes HIV antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tes Antibodi
Tes antibodi merupakan pemeriksaan medis yang dilakukan dengan memeriksa kandungan antibodi HIV di dalam darah. Antibodi HIV ini akan diproduksi oleh sistem imunitas tubuh hanya ketika seseorang sudah terinfeksi oleh virus HIV. Biasanya, antibodi HIV baru dapat terdeteksi 1 sampai 3 bulan setelah pasien sudah terinfeksi oleh virus HIV. Â
Beberapa jenis tes antibodi untuk mendeteksi infeksi HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
a. Rapid test: dilakukan dengan meletakkan sampel darah pasien ke dalam alat tes HIV yang terdapat antigen HIV. Tes ini dapat selesai dengan cepat, bahkan hanya memerlukan waktu 20 menit. Namun, rapid test memiliki tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lain, kemungkinan dapat menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.
b. ELISA test: dilakukan dengan memasukkan sampel darah pasien ke dalam tabung khusus. Kemudian, sampel darah tersebut akan dianalisis pada laboratorium untuk dilihat apakah terdapat kandungan antibodi HIV. Tes ini biasanya memerlukan waktu 1-3 hari.
c. Western blot test: merupakan tes lanjutan dari ELISA test. Lebih tepatnya, western blot test dilakukan untuk memastikan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein HIV.
2. Tes Antibodi-Antigen
Tes antibodi-antigen atau Ab-Ag test merupakan kombinasi pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi protein p24 (antigen HIV) serta antibodi HIV-1 atau HIV-2 di dalam darah pasien. Tes ini dinilai lebih akurat dan bisa dijadikan sebagai pemeriksaan dini dari penyakit HIV/AIDS karena antigen akan muncul lebih cepat daripada antibodi, yaitu sekitar 2 sampai 6 minggu setelah terinfeksi.
Cara kerja tes ini menggunakan proses reaksi yang dikenal sebagai chemiluminescence. Reaksi chemilumenescene adalah proses yang berguna untuk mendeteksi antibodi dan p24 protein antigen. Dengan kata lain, jika ada antibodi atau antigen di dalam tubuh, hasil dari proses ini akan memancarkan cahaya pada detektor. Hanya ada satu tes antibodi-antigen yang disetujui saat ini, yaitu tes Arsitek HIV Ag/Ab Combo. Jika hasil tes ini positif, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu tes Western blot.
3. Tes PCR
Tes PCR (polymerase chain reaction) merupakan pemeriksaan HIV yang dinilai memiliki tingkat akurasi paling tinggi. Tes ini dilakukan dengan memeriksa materi genetik HIV, yaitu DNA atau RNA, di dalam darah pasien pada laboratorium. Namun, hasil dari tes ini memerlukan waktu yang lebih lama, yakni mencapai 2 hari. Tes virologis dengan metode PCR yang dianjurkan, yaitu:
a. HIV DNA kualitatif (EID
Tes HIV/AIDS DNA kualitatif dari darah lengkap atau dried blood spot (DBS) adalah pemeriksaan yang fungsinya mendeteksi keberadaan virus HIV, bukan pada antibodi penangkalnya. Cek HIV ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.
b. HIV RNA kuantitatif
Tes HIV/AIDS RNA kuantitatif dilakukan dengan menggunakan plasma darah. Pemeriksaan penunjang HIV ini berguna untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah (viral load HIV). Metode cek HIV dengan PCR melibatkan bantuan enzim untuk menggandakan virus HIV dalam darah. Selanjutnya, reaksi kimia akan menunjukkan seberapa banyak virus. Hasil pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu. Viral load HIV dinyatakan "tak terdeteksi" jika berada sangat sedikit dalam 1 cubical centimeter (cc) sampel darah. Jika viral load tinggi, tandanya ada banyak virus HIV dalam tubuh. Ini dapat menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh gagal melawan HIV.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H