Mohon tunggu...
Frozen Shane
Frozen Shane Mohon Tunggu... -

...Hatiku t'lah membeku seiring pengkhianatanmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesal Tingkat Dewa

8 September 2012   12:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:45 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerbung

Sudut pandang Dee

"Aargh…”

Aku Cuma bisa berteriak dalam hati, bagaimana mungkin Rhey
meninggalkanku untuk urusan yang tidak aku ketahui dan mempercayakan aku
pada orang menyebalkan macam ini. Aku mencoba menghubungi Rhey dan makhluk
disampingku tertawa. Gila ini benar-benar gila. Ponsel Rhey ada sama Bella,
mobil ini juga, bagaimana aku percaya Bella cuma temannya?

Pulang ke rumah tidak mungkin, aku terlanjur bohong pada mamaku
kalau aku menginap di tempat Tabi. Opsi ke dua pulang ke tempat Rhey, tanpa
Rhey si empunya rumah, itu juga bukan solusi terbaik, dan sungguh ironis,
saat Bella menelephone Rhey, Rhey bahkan tidak mengizinkan aku main ke
tempatnya. What the hell! apa saja sebenarnya yang Rhey sembunyikan dariku.

“Tidak semua orang diizinkan datang ke tempat Rhey, jadi kau
tidak usah marah”

Sial, kecerdasan apa yang dimiliki Bella, sampai dia bisa menebak dengan
tepat apa yang sedang aku pikirkan. Aku tidak tahu kemana Bella akan
membawaku, tapi kali ini aku yang berharap, dia bisa membaca keinginanku
untuk pergi ke pantai, agar aku bisa berteriak sepuas mungkin. Agar Rhey, si
jelek itu dengar, agar Tabi si menyebalkan yang pergi begitu saja dari
sisiku juga dengar, dan terakhir tentu saja, aku ingin gendang telinga Bella
pecah mendengarnya, aku ingin dia tahu aku benci sekali dengan
keberadaannya.

Aku melihat ponselku, sms terakhir tidak dibalas oleh Tabi. Aku
melihat ke samping dan mendapati Bella serius memandangi jalanan. Ponsel
Rhey tergeletak di dashboard, aku berniat meraihnya, mataku tertuju kesana
tapi tanganku tidak berani mengambilnya.

“Ambil saja!”

Tuhan, aku berharap si Bella jelek ini tidak punya kekuatan vampire macam
Edward Cullen, aku tidak ingin semua isi otak dan hatiku dibaca telak
olehnya. Dengan kesal aku meraih ponsel itu. Tidak terkunci. Aku sentuh
layarknya dengan kesal, bukan menyentuh lagi aku rasa, tapi memencet-mencet
berharap orang di layar itu merasakan sakit karena pencetanku terlalu keras.
Photo Rhey sedang bermain basket, terlihat begitu macho dimataku, tapi jadi
menyebalkan karena dia mengabaikan aku malam ini. Aku buka Gallery dan
Ugh.sial, aku tidak bilang aku cemburu, atau lebih tepatnya mencoba tidak
cemburu. Bayangkan saja, photo Rhey kebanyakan berpose dengan gadis-gadis
sexy, aku melihat ke dadaku yang kecil dan pakaianku yang bisa dibilang
terlalu rapi, jauh dari kesan cewek Rhey. Jangan-jangan dia memperkenalkan
aku pada Bella juga sebagai adik nya.

Sekali lagi aku menoleh dan Bella langsung berucap

“Kenapa? Cantik-cantik yach mantan Rhey?”

Sepertinya aku benar-benar tidak usah mengucapkan apapun untuk membuat Bella
mengerti apa yang aku pikirkan. Tidak lama kemudian mobil sudah berada di
kawasan Ancol, kita ke pantai seperti yang aku mau. Kesal tingkat dewa, itu
yang aku rasakan sekarang ini. Setelah memarkirkan mobil, kami berdua menuju
pantai, berjalan beriringan. Seharusnya Rhey yang ada di sampingku. Berniat
membalas tingkah menyebalkan Bella, aku berteriak sekencang mungkin tidak
jauh dari telinganya, tapi Bella diam saja. Sekilas aku mengerling ke
arahnya dan DAMN, sejak kapan dia memasang headset ke telinganya???? Ku
tendang kaki kanannya tapi lagi-lagi meleset, kakiku justru menendang
susunan batu pembatas pantai.

“Aargh………………” Aku benar-benar frustasi malam ini dan kau tahu?
Apa reaksi Bella? Dia menertawakanku.

-to be continue-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun