Mohon tunggu...
Froland Pangajow
Froland Pangajow Mohon Tunggu... Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengembalikan Rasa: No Salty Kemerdekaan, LBH !

14 Agustus 2022   13:40 Diperbarui: 28 Agustus 2022   11:30 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu merdeka? Sebagian orang menganggap ini sebagai pertanyaan biasa, sebagian lagi melihat ini hanyalah sebuah retorika semata, namun bagi sebagian orang justru ini merupakan pertanyaan penting.

77 tahun memang bukanlah sebuah perjalanan waktu yang singkat bagi sebuah bangsa kecil nan berani "unjuk gigi" untuk menyatakan berpisah dan "move on" dari sebuah koloni dengan pemerintahan monarki yang sudah berakar kuat ratusan tahun. Kendatipun masih tergolong muda jika dikomparasikan dengan negara besar lainnya. 

Sebut saja Amerika Serikat yang umur kemerdekaannya sudah mencapai 246 tahun, sekitar 3 kali umur kemerdekaan Indonesia. Merupakan umur kemerdekaan yang panjang, tidak heran jika negara Amerika merupakan negara Adidaya yang disegani di dunia.

No Salty Kemerdekaan, LBH ! merupakan istilah tren yang sering dipakai anak-anak muda untuk mengungkapkan sesuatu yang merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Istilah "no salty" asal katanya salt  yang artinya garam atau asin. 

Kata ini dimaknai sebagai celaan atau candaan, jadi "no salty" artinya jangan mencelah, sedangkan LBH merupakan sengkatan dari "love banget loh" yang artinya suka sekali atau senang sekali.

 Ya terdengar garing namun itulah pengertiannya di kalangan kaula muda. Tema ini diambil sebagai reaksi dari beberapa pandangan yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat sindiran yang dianggap kurang pas ketika memaknai sebuah kemerdekaan. 

Seperti "kita belum sepenuhnya merdeka", "kalian yang sudah merdeka, kami belum", "kita masih dijajah", "merdeka bagi saya sama saja", atau mungkin ada yang menjawab "tidak tahu atau tidak mau tahu".

Sulit memang dipahami walaupun hal itu biasa bagi sebagian orang, terlepas dari bagaimana situasi yang dialami setiap individu yang berbeda-beda. Kalaupun kita dipaksa untuk memahaminya, maka kita perlu membandingkan pertanyaan ini ketika ditanyakan pada beberapa generasi. 

Seandainya waktu dapat diulang dan kita menanyakan hal yang sama "Apa arti kemerdekaan?" kepada para pendahulu yang lahir di era perjuangan, ataupun dikonkritkan dalam hal waktu mereka yang hidup di tahun 60an, 70an, 80an dan 90an maka pasti kita akan menemukan jawaban yang jauh berbeda dan bagaimana ekspresi ketika mereka menjawabnya. 

Mengapa demikian? Jawabannya adalah mereka bukan saja hanya sekedar menjawab namun juga mereka mengungkapkan rasa hormat yang mendalam secara bersamaan.

Guys! Saatnya kita mengembalikan rasa itu. Rasa yang mungkin pernah hilang seiring berjalannya waktu, atau karena ulah segelintir orang yang tega menciderai kemerdekaan dengan cara mengambil hak rakyat semena-mena, atau kepada mereka yang semata-mata tidak taat hukum dan konstitusi. Kita perlu mengunci mulut kita dari kata-kata celaan terhadap negeri ini.

Itulah sebabnya kita perlu membuka hati dan melihat bahwa memang masih banyak yang perlu diperbaiki dari bangsa ini dan salah satunya adalah cara pandang setiap insan yang bernaung dibawah panji Merah Putih yang besar itu.

 Bukankah masih ada ruang di relung hatimu yang terdalam masih menyimpan perbendaharaan kalimat positif yang dapat disumbangkan sebagai penyemangat kepada negeri ini yang tak henti-hentinya diterpa oleh angin sakal yang maha dahsyat namun sampai pada detik ini masih tetap berdiri kokoh dibawah sayap Garuda? Mengapa tidak dikumandangkan? 

Setidaknya itu dapat menjadi penyemangat yang dapat memberi sedikit kesegaran bagi jiwa yang dahaga yang tidak sabar melihat sebuah perwujudan dari negara yang adil dan makmur yang merupakan cita-cita dari para pendiri bangsa ini. 

"Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat" merupakan salah satu bagian yang disampaikan, pastilah masih ada segudang kalimat penguatan yang tidak terbilang jumlahnya, sampaikan itu! Lakukan itu!

Indonesia baru melewati sebuah tantangan besar karena wabah covid-19 yang melanda dunia. Sendi-sendi yang beku perlu digerakkan kembali. Cukup rumit dan menantang namun itu perlu dan harus dilakukan. Tidak ada kata menyerah, kita pasti dan harus bisa. 

Buanglah jauh-jauh celaan, bangunlah terus pemikiran dan sikap yang jelas dengan arah yang positif. 

Kita tidak harus berhenti di persimpangan tanpa melangkah. Era tidak akan menunggumu, itulah sebabnya kita perlu bangun dari tidur ketika era sudah berganti, ketika era sudah baru. Ir. Soekarno pernah berkata "Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah kaca benggala dari pada masa yang akan datang".

 Selanjutnya Sang Proklamator mengatakan "Jika engkau tidak dapat mengikuti jalannya sejarah, maka engkau akan digilas oleh sejarah itu itu sendiri". Hibernasi cukuplah! Majulah dengan semangat dan penuh harapan bagi Indonesiaku.

Merdeka !

Merdeka !

Merdeka !

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun