Bappenas; Melalui pembentukan Indonesia Geopark Youth Forum, diharapkan menjadi wadah para pemuda untuk menjadi aktor perubahan untuk kerangka kerja strategis UNESCO Global Geopark 2021-2025 dan Rencana Aksi Nasional (RAN) dalam Pengembangan Taman Bumi (Geopark) 2021-2025.
Secara konsep pengertian Geopark atau Taman Bumi adalah kawasan yang memiliki unsur geologi terkemuka yang memiliki 3 unsur Geo-Diversity, Bio-Diversiy dan Culture-Diversity. Tujuan Geopark dikembangkan, bukan hanya sekedar melindungi warisan geologi. Menurut GGN UNESCO (2004), tujuan Geopark adalah mengambil manfaat, menggali, menghargai dan mengembangkan warisan geologi tersebut seperti halnya Pelestarian Bioma. Dimana peran masyarakat setempat harus berperan serta melindungi warisan alam tersebut.
UNESCO sendiri memberikan penghargaan khusus bagi beberapa geopark terbaik di seluruh dunia dengan gelar UNESCO Global Geoparks (UGG). Saat ini ada 6 geopark di Indonesia yang telah dinobatkan sebagai UNESCO Global Geoparks, di mana sajakah itu?
- Geopark Batur - Bali
- Geopark Gunung Sewu -- Jawa Tengah & Jawa Timur
- Geopark Ciletuh - Jawa Barat
- Geopark Rinjani - NTB
- Geopark Toba - Sumatera Utara
- Geopark Belitong - Bangka Belitung
Serta ada 15 Geopark berstatus nasional dan ratusan potensi warisan geologi di nusantara.
Hal inilah yang patut kita banggakan, karena Geopark Indonesia masuk dalam peringkat ke-8 terbanyak dari 44 negara yang terdaftar, sedangkan untuk peringkat pertama dimiliki oleh Negara China dengan memiliki 41 Unesco Global Geopark.
Sustainable Development Goals (SDGs) guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan, yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.Â
Pemerintah Indonesia berharap, melalui pelestarian Geopark dimana kolaborasi antara Pemuda dengan Pemerintah dapat mendukung programKarena pengembangan dan pelestarian Geopark berkontribusi dalam 11 poin penting dari 17 poin yang terdapat pada SDGs 2030.
Indonesia Geopark Youth Forum
Dengan melalui forum kepemudaan yang didukung langsung oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah,
dibentuklah masing-masing forum  di setiap wilayah Geopark yang ada di Indonesia. Dan jika sudah terbentuk, masing-masing forum yang mewakili wilayah Geoparknya akan mencari Pemuda-Pemudi setempat untuk diajak bergabung dalam setiap program yang tersedia.
Salah satu agenda rutin yang akan forum ini lakukan adalah mengadakan Education Camping Series di sekitar wilayah Geopark, dimana kegiatan ini mengajak Pemuda-Pemudi untuk beraksi secara langsung dan harapannya akan berkontribusi berkelanjutan ke depan terhadap Geopark itu sendiri.
Secara garis besar, menurutku kegiatan ini adalah salah satu gerakan yang harus dikembangkan dan didukung agar semakin banyaknya Pemuda-Pemudi yang lebih peduli terhadap lingkungan dan perkembangan perekonomian kreatif di daerah asalnya.
Dimana kita ketahui, kondisi buangan gas rumah kaca terus meningkat, dan saat ini levelnya berada pada 50 persen lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1990, yang artinya kita sedang mengalami kondisi pemanasan global yang semakin parah.
Gimana tidak, dampak nyatanya saja kita bisa lihat iklim cuaca sekarang ini tidak menentu.
Menyadari perubahan iklim adalah satu dari 17 Tujuan Global yang tersusun dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Dan pendekatan terpadu sangat penting demi kemajuan di seluruh tujuan.Â
Hal ini jugalah yang mendasari terbentuknya kolaborasi forum ini.
Seperti kegiatan Geopark Rinjani Youth Forum ini lakukan pada bulan lalu, mereka aktif menggelar Education Camping Series.
Kira-kira gimana sob, kalian tertarik untuk beraksi nyata terhadap lingkungan.
Tertarik gak?? tertarik dong, masak nggak! :)
Jika kalian bertanya, bagaimana cara untuk bergabung dalam kolaborasi aksi nyata ini, yang pertama coba deh sobat cari tau dahulu, kira-kira di wilayah sobat memiliki Geopark baik itu yang sudah diakui secara Internasional maupun Nasional.
Lalu, coba deh ikuti perkembangan sosial media atau website resmi mereka, cari tau kira-kira agenda apa lagi yang selanjutnya mereka lakukan. Karena program ini diharapkan konsisten dilalakukan sampai pada Tahun 2025.
Seperti aku ini yang syukurnya bisa ikut dalam Education Camping Series di Geopark Toba Caldera-Sumatera Utara, yang mana ini adalah agenda pertama kali  Toba Caldera Geopark Youth adakan pada tanggal 27 sampai dengan 30 Oktober 2021 ini.
Woow, senang banget pastinya dehh....
Rasanya lengkap sudah kebanggaan ini menjadi orang Sumatera Utara, pasalnya Geopark Toba dianugerahi sebagai warisan dunia sebagai UNESCO Global Geopark di rapat dewan UNESCO di Paris pada Tahun 2020.
Indonesia harus bangga dengan warisan alamnya beserta ragam budaya didalamnya, yang mana negara lain belum tentu memiliki seperti apa yang kita miliki saat ini.
Toba Caldera Geopark Youth Forum
Seperti aku bilang tadi sob, saat blog ini aku tulis sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju lokasi konservasi Education Camping Series yang diadakan oleh Toba Caldera Youth Forum (TCGY).
Tau gak sob, sehabis banyak dapat pengalaman dari Danone Digital Academy 2021 waktu lalu, walau sangat disayangkan kitanya belajar melalui daring lewat aplikasi zoom. Pasalnya DDA yang lalu mengadakan event ini secara langsung atau tatap muka.
Kekurangan itu seakan-akan diisi oleh kegiatan Education Camping Series, dan bener aja sob....
Aku terpilih sebagai peserta di kegiatan yang baik ini, sepanjang tanggal 27 sampai 30 Oktober 2021 ini.
Aku beserta puluhan peserta lainnya akan banyak mengadakan kegiatan konservasi, edukasi serta diskusi mengenai Geopark itu sendiri. Dan juga ni ya sob, kita di Educamp Series ini selalu mengedepankan kebiasaan Paperless, Plasticless, dan Zero Waste yang diharapkan kitanya peserta tersadar akan dampak buruk kedepannya akibat kebiasaan sehari-hari yang demikian.
Karena Education Camping Series ini bukan sekedar wisata alam biasa loh ya, disini kamu benar-benar diharapkan memberikan ide dan inovasi kepada panitia untuk mengembangkan kelestarian Geopark itu sendiri.
Maka dari itu, kita dilatih untuk menganalisa apa-apa saja potensi yang bisa dikembangkan di wilayah Geopark agar terciptanya tujuan  Sustainable Development Goals (SDGs).
Namun minimnya data yang aku miliki, serta akunya juga sedang diperjalan menuju lokasi konservasi. Maafkan saya belom bisa bercerita banyak di blog ini tentang keseruan agenda ini. Tapi pasti bakalan akan ada lanjutannya kok, setelah nanti usainya kegiatan yaa... hehe
Jadi, saat ini aku mau mencoba berikan pandangan yang aku miliki saat ini mengenai Potensi Geopark Caldera Toba.
Geopark Toba  Caldera
Sejarah singkat terbentuknya Danau Toba ini itu adalah dari ledakan super volcano 74.000 tahun yang lalu, yang mana dampaknya membuat sisi benua lain tertutupi oleh abu vulkanik yang mengakibatkan gelap gulita.
Dasar kaldera tersebut dipenuhi dengan air dan menjadi danau terbesar di Indonesia. Keindahan Kaldera Toba dan kekayaan budaya yang dimiliki menjadikan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisata andalan Indonesia yang masuk dalam daftar '10 Bali Baru'.Â
Masyarakat sekitar Danau Toba mayoritasnya disebut suku Batak (dan yang nulis blog ini kebetulan juga orang batak). Bagi orang Batak sendiri Danau Toba itu adalah tanah leluhur, dimana orang batak pertama berasal dari Pulau Samosir yang letaknya pas di tengah-tengan Danau.
Karena sebangga itu dengan Danau Toba, dulu sampai sekarang aku punya angan-angan untuk memiliki rumah sederhana bersama keluarga kecilku di tepi Danau Toba, dan bisa memberi dampak yang positif.
Begh... nikmatnya :D semoga yakk..
Btw, kok jadi curhat ya kwkwkw
Dan ini sih beberapa potensi ide dan inovasi yang menarik untuk dikembangkan di Danau Toba, berdasarkan International Conference: Heritage of Toba - Cultural Diversity yang tidak lama diadakan pada pekan lalu oleh Indonesia melalui Menteri Bapak Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno selaku sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
1. Ulos ( Kain Tenun Khas Batak)
Kain ulos adalah bentuk simbol dari budaya batak, yang secara tradisionalnnya kain ulos biasanya menggunakan benang kapas dan diwarnai dengan cara merendam benang ke dalam pewarna alami yang berasal dari tanaman. Warna biru terbuat dari tanaman indigo, warna merah dari kayu secang dan mengkudu, warna kuning berasal dari kunyit, sedangkan hitam dihasilkan dengan mencampurkan mengkudu dengan indigo, serta hijau adalah campuran indigo dan kunyit.Â
Hal yang menarik pada International Conference: Heritage of Toba - Cultural Diversity datang dari Desainer Busana Indonesia Athan Siahaan yang membawa kain ulos menjadi bahan utamanya dalam merancang busana di event-event besar Internasional.
Melihat hal ini, membuat rancangan inovasi berunsur ulos dibeberapa kebutuhan primer sangat bagus banget. Apalagi bisa disesuaikan dengan trend dan style anak muda saat ini. Tentunya dengan inovasi yang tampa menghilangkan esensi budaya itu sendiri lo yaa....Â
2. Andaliman ( Merica Batak)
Ada yang suka pedas, huuuu....
Kenalin nih merica khas batak yang memiliki tekstur unik, yang mana rempah andaliman ini hanya tumbuh di Danau Toba saja loh ya. Jadi kalau kalian carinya di pasar-pasar diluar Sumatera Utara mungkin kamu akan kesulitan.
Pokoknya kalau kamu mencoba, bakalan merasakan sensasai yang beda namun ketagihan. Karena keunikannya membuat salah satu Food Preneur Santhi Serad mencoba berinovasi membuat makanan berbahan andaliman menjadi makan kelas bintang lima.
Tak hanya itu saja, Kak Santhi Serad juga menginovasi masakan khas batak lainnya seperti ikan arsik, seafood arsik, ikan tuna naniura, salmon naniura, udang sambal bawang batak, dll
Bayangkan kalau inovasi ini bisa diikuti bahkan dikembangkan lagi, pasti akan melahirkan variasi baru hingga orang yang belum coba menjadi lebih tertarik.
3. Eceng Gondok
Tumbuhan mengapung banyak di beberapa sudut tepi Danau Toba, kehadiran tumbuhan eceng gondok sendiri sempat meresahkan karena mengurangi keindahan Danau juga dianggap sebagai gulma karena eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi yang dapat merusak lingkungan perairan Danau.
Namun ternyata, tumbuhan pengganggu ini bisa menjadi bahan utama dalam membuat beragam produk properti anyaman yang bernilai rupiah tinggi.Â
Bayangkan saja nih, berapa persen kurangnya kita menggunakan bahan plastik. Dengan sampah organik saja bisa membuat seperti ini. Wihhh ramah lingkungan banget ya sob.
Akhir kata sebenarnya masih banyak lagi potensi-potensi yang bisa digali untuk mengusung produk kreatif ramah lingkungan. Semoga seusai Educamp Series nanti aku bakalan lanjutkan blog ini sesuai hasil dan fakta dilapangan.
Terima kasih Danone Digital Academy 2021 yang sudah memberikan wawasan tentang peduli lingkungan, semoga saya dan teman-teman setidaknya bisa memulai dari kehidupan sehari-hari.
Stay tune ya sob, untuk blog lanjutan bagian kedua ini :)
Akhir kata, mohon maaf jika ada kesalahan. Dan jika ada pertanyaan silahkan tinggalkan komentarmu dibawah sini.
Save Earth & Rock n RollÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H