Tere Liye sendiri, yang adalah Darwis, lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 mei 1979. Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Pendidikan sekolah dasarnya ia lalui di SDN 2 Kikim Timur Sumsel, setelah lulus kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Kikim Timur Sumsel lalu mengenyam pendidikan menengah atas di SMUN 9 Bandar Lampung. Terakhir ia kuliah di Fakultas Ekonomi. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan banyak karya. Diantaranya, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum,2010), Pukat (Penerbit Republika, 2010), Burlian (Penerbit Republika, 2009), Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005), dan masih banyak lagi. Bahkan sudah ada daripada karyanya yang diangkat ke film layar lebar.
 Karya Negeri di Ujung Tanduk ini dibuat di tahun 2013 yang dimana tahun itu sudah mulai makin merajalelanya korupsi dan kecurangan dunia politik sehingga novel ini berisi sindiran untuk para bedebah yang selalu mementingkan dirinya sendiri, menutup mata, dan selalu bermain-main dengan kebenaran. Hadirnya novel ini sangatlah bersesuaian dengan keadaan lingkungan pada saat itu.Â
Seperti kebanyakan, penulis biasanya menulis novel atas kisah yang dialaminya sendiri. Namun novel ini, menurut saya, sengaja dibuat hanya untuk menyindir para bedebah yang selama ini berkeliaran di kursi-kursi penting politik. Dari latar belakang Tere Liye sendiri pun tidak ada terlintas hubungan dirinya dengan politik. Ia bukan lulusan politik. Namun, di novel ini, bayangan tentang politik tentunya tergambar dengan jelas, entah dari mana asalnya, itulah hebatnya imajinasi seorang penulis, Tere Liye.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H