Dikarenakan harga yang cukup murah itu, kami berdua tak sadar bila telah menghabiskan total 5 gelas teh. Dengan suasana tempat yang otentik dan tidak terganggu oleh suara kendaraan serta klakson, maka momen menikmati teh sembari bercengkerama tidak akan terganggu.
Padahal letak kedai ini cukup dekat dengan jalan raya yang intensitas kendaraan yang begitu tinggi. Namun, ketika masuk ke dalam, suara-suara knalpot dan klakson kendaraan tak lagi terdengar. Ajaib.
Setelah puas menunaikan "ibadah ngeteh" kami pun kembali menuju Stasiun Bogor untuk pulang. Namun, sebelum masuk peron Stasiun Bogor kami memutuskan untuk membeli beberapa jajanan, seperti basreng, telur gulung, dan batagor. Maklum, kami ini memang suka sekali jajan dan makan.
Begitulah kira-kira cerita kami yang secara spontan (uhuy) memutuskan pergi ke Bogor untuk menunaikan "ibadah ngeteh" di Kedai Es Teh Jaya Abadi. Semoga kedai ini akan terus ada dan berdiri kokoh sesuai namanya yang mirip seperti toko bangunan, Jaya Abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H