Mohon tunggu...
Firman
Firman Mohon Tunggu... Freelancer - biasalah

Hanya akan menulis jika ingin. Lebih sering resah karena mendapati ukuran celana dan bajunya bertambah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Fiksimini: Pangkas Rambut Pelangi

24 Desember 2022   21:09 Diperbarui: 26 Desember 2022   20:35 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tempat pangkas rambut. Foto: Dokumentasi Pribadi

Duduk ia di kursi tua itu. Sambil terkantuk-kantuk ia menunggu pelanggan yang hendak memangkas rambut datang.

Namun, sudah 1 bulan ini tak ada satu pun pelanggan yang datang.

"Gara-gara ocehan rambut putih, semua kakek tua bangka berambut putih langgananku tak lagi mau datang potong rambut. Mereka pikir itu adalah tanda mereka peduli pada bangsa ini."

Ia bangkit dari kursinya. Melepas kepala dari tubuhnya kemudian diletakkannya di meja menghadap cermin besar di depannya.

"Mau potong model apa, pak? Seperti biasa ya? Mau sekalian dicat warna putih, pak?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun