Mohon tunggu...
Firman
Firman Mohon Tunggu... Freelancer - biasalah

Hanya akan menulis jika ingin. Lebih sering resah karena mendapati ukuran celana dan bajunya bertambah.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Pernah Kandas Menjalani LDR, Ternyata Ini Kuncinya!

27 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 19 November 2023   10:45 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rasa saling percaya pasangan LDR via unsplash.com

Bagi para pejuang LDR (Long Distance Relationship), kata-kata Dilan soal rindu itu berat, kamu nggak akan kuat mungkin ada benarnya.

Setiap manusia sepertinya tidak akan memilih LDR. Selain karena risiko kandasnya besar sekali, tentu saja menahan rindunya itu, loh, berat.

LDR itu sesuai namanya berarti hubungan jarak jauh. Bisa jauh karena jarak yang memisahkan raga atau jauh karena keyakinan kita yakin, dia enggak yang memisahkan jiwa.

Tapi kalau terpaksanya memang harus LDR-an, ya mau bagaimana lagi. Apalagi sudah kadung cinta berat.

Pengalaman pertama LDR

Saya sendiri termasuk orang yang pernah menjalani hubungan jarak jauh atau LDR ini. Tepatnya dua kali, dulu dan sekarang.

Pengalaman pertama tahun 2011 kalau tidak salah saya terpaksa harus LDR-an dengan pasangan saya karena dia memutuskan untuk kuliah di Semarang, sedangkan saya masih di Jakarta dan belum kuliah. Kira-kira LDR-an kamu berjalan kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhirinya.

Selama satu tahun itu tentu kami hanya menjalin komunikasi lewat telepon dan sms. Pada waktu itu saya belum punya handphone canggih yang bisa digunakan untuk video call-an. Karena kesibukan kami yang berbeda jadi waktu untuk berkomunikasinya pun yang paling ideal pada waktu itu adalah malam hari.

Pada waktu awal-awal LDR-an kami rutin telponan hampir setiap malam. Namun, seiring berjalannya waktu intensitasnya kian berkurang karena kesibukan yang bertambah.

Singkat cerita, saya ingat beberapa bulan terakhir sebelum hubungan kami berakhir kami mulai jarang berkomunikasi. Baik telepon maupun sms. Saya ingat hanya mengiriminya sms mengingatkan makan dan beribadah di jam-jam yang menurut saya itu adalah jam istirahat, jam 12 siang, jam 5 atau 6 sore, dan jam 9 malam.

Lalu di suatu pagi saat saya bangun tidur, saya mendapati sms darinya yang bikin saya kaget dan sedih tentu saja. Dia bilang dalam sms-nya kalau dia mau mengakhiri hubungan dengan saya.

Saya syok. Spontan (uhuy…) saya langsung meneleponnya untuk tanya alasannya apa tapi tak kunjung diangkat. Siang harinya dia baru telpon saya untuk menjelaskan alasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun