Tiga bab ini menceritakan kelahiran para tokoh sentral Ramayana: Ramawijaya, Rahwana, dan Anoman.Â
Pada bab empat, mulai dikisahkan awal mula prahara di antara Rama dan Rahwana, bagaimana Rahwana menyaru untuk mendapatkan Sinta karena menyangka Sinta adalah titisan Widowati. Bab lima hingga bab tujuh bercerita tentang misi penyelamatan Sinta.
Karakter Ramawijaya dibangun sebagai sosok yang nyaris sempurna. Dia tampan, arif, dan bijaksana, serta satria gagah perkasa dengan panah saktinya.Â
Kelemahannya dalam mendefiniskan makna cinta sejati menjadi bukti ketidaksempurnaan manusia. Ada bagian dalam karya sastra ini yang menunjukkan bahwa Rama sedikit seksisme, yakni ketika dia meragukan kesucian Sinta.Â
Dalam hal ini, Rama hanya memandang Sinta secara fisik, bukan secara batin. Dia hanya mencintai fisik Sinta, bukan hati Sinta yang memang tulus mencintai Rama.
Dipakainya kalung itu, dan Rama pucat. Masih bernyala permata itu di dadanya, tapi nyalanya terlalu redup, seredup keraguannya! (hal 308).
Kemudian, Rahwana, Raksasa yang bersepuluh muka. Sepuluh mukanya menggambarkan hawa nafsu manusia. Tetapi sebenarnya masih ada sedikit kebaikan dalam diri Rahwana ketika dia nyaris luluh saat memandang Alengka menjadi lautan darah. Para ksatria dan orang-orang terdekatnya telah mati binasa karena ambisinya.
Lalu ada tokoh Anoman yang menjadi simbol dari harapan. Dia adalah kera putih yang mendobrak kemustahilan untuk mengalahkan raksasa angkuh seperti Rahwana. Kehadirannya dalam karya ini seolah ingin menunjukkan bahwa yang lemah pun bisa mengalahkan yang kuat.
Rahwana, mengapa kau ukur kebiasaan itu dari alammu saja? Mengapa si lemah selalu kalah dengan yang kuat? Hidup ini berisi banyak kebalikan-kebalikan, Rahwana, maka tidak mustahil katak menelan naga." (390)
Anak Bajang terlahir sebagai cerita bersambung di Harian Kompas, terbit pertama kali pada 1981, setiap Minggu. Anak Bajang merupakan karya sastra yang tak pernah lekang oleh zaman.Â
Kehadirannya membawa pembelajaran moral bagi setiap insan, entah itu yang lemah maupun yang kuat. Yang kuat seharusnya melindungi yang lemah. Yang lemah sebaiknya menghilangkan rasa rendah diri, Â tampil dengan gagah berani melawan penindasan