Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Anak Bajang Menggiring Angin", Tentang Cinta dan Perlawanan dari Si Lemah

16 Januari 2025   12:05 Diperbarui: 16 Januari 2025   20:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi

Pada suatu kala, Prabu Danareja, Raja Negeri Lokapala, bermuram durja, tengah merindu Dewi Sukesi, putri jelita dari Kerajaan Alengka. Telah lama Prabu Danareja mendamba Sukesi menjadi permaisurinya. 

Datanglah Wisrawa, membantu kegelisahan hati putranya itu. Begawan yang arif bijaksana itu lantas pergi ke Negeri Alengka, hendak mempersunting Sukesi untuk Danareda, putranya tercinta.

Sementara itu, Kerajaan Alengka mengadakan sayembara yang dibuat oleh Arya Jambumangli, Paman Dewi Sukesi. Sayembara itu berbunyi bahwa siapa pun yang hendak mengawini Dewi Sukesi, haruslah dia menghadapi Arya Jambumangli. 

Telah banyak pria yang mengikuti sayembara itu, namun tidak satu pun yang dapat menaklukkan Arya Jambumangli. Mereka bermatian. Alengka menjadi lautan darah.

Sungguh susah menaklukkan hati Dewi Sukesi. Perempuan itu bagai karang di lautan, tetap teguh pendiriannya. Dia hanya ingin menjadi milik pria yang dapat mengupas Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. 

Maklumat Dewi Sukesi itu tentu mendapat pertentangan dari Para Dewa sebab mengharapkan Sastra Jedra sama seperti mengharapkan kesempurnaan IIahi.

Sampailah Wisrawa di Kerajaan Alengka. Dia berhasil menaklukkan Arya Jambumangli, namun tidak berhasil menguasai diri. Bersama dengan Dewi Sukesi, dia jatuh dalam dosa akibat kesombongan mereka dalam menghayati Sastra Jendra. 

Mereka pikir mereka dapat menguasai hawa nafsu tanpa pertolongan Ilahi, namun lihatlah, mereka tergoda nafsu satu sama lain.  Mereka kawin- mengawini lalu lahirlah angkara murka ke dunia.

Sastra Jendra tak lain tak bukan adalah cinta dalam budi. Cinta di dalam budi itulah kehidupan yang sejati. Kalau kau sudah memahami cinta dalam terang budimu, genap sudah pemahamanmu akan Sastra Jendra. (hal 21)

Demikianlah penggalan Ramayana yang diceritakan kembali dengan elok oleh Sindhunata.  Buku ini memiliki ketebalan sebanyak 483 halaman, dengan tujuh bab, ditulis dengan bahasa sastra yang indah, penuh metafora.  Saya  menyebut bab satu hingga bab tiga sebagai Bab Introduksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun