" Maaf, kami tidak bisa meluluskan permintaan ibu untuk diangkat menjadi pegawai tetap!"
Untuk ketiga kalinya aku ditolak. Kupikir aku tidak akan lagi mendengarkan kata-kata itu. Kupikir mereka sudah menilai potensi dan kinerjaku secara objektif, tetapi aku harus kembali mendengar kata-kata yang lebih menyakitkan dari sekedar kata putus dari pacar.
" Kenapa,Bu?" tanyaku yang berusaha menyembunyikan getar dalam nada suaraku.
" Untuk menjadi pegawai tetap harus berusia di bawah tiga puluh tahun, sedangkan ibu sudah berusia di atas tiga puluh."
Dahiku mengernyit. Tiga tahun lalu usiaku masih berada di bawah tiga puluh. Tiga tahun aku menghabiskan masa kerja sebagai pegawai kontrak di tempat ini. Dua tahun merupakan penambahan dari masa kerja kontrak yang semestinya hanya setahun. Selama tiga tahun itu, kenapa mereka tidak menggunakannya untuk merekrutku menjadi pegawai tetap? Dulu mereka bilang, loyalitas dan kinerjaku akan menjadi syarat utama untuk menjadi pegawai tetap. Tetapi sekarang, kenapa mereka malah menyoalkan usia?
" Ya begitulah, Bu," ujar Kepala Bagian kemudian, " Mungkin perusahaan melihat pegawai yang usianya di bawah tiga puluh tahun lebih produktif dan penuh semangat."
Berarti aku tidak produktif dan tidak bersemangat? Omong kosong! Aku sudah berusaha menunjukkan loyalitasku. Aku bangun pagi-pagi sekali, berangkat ketika langit masih gelap, mengerjakan ini dan itu, kadang-kadang mengerjakan tugas yang bukan bagianku, pulang ketika orang-orang sudah terlelap. Kerja kerasku tidak dianggap hanya karena aku semakin menua.
"Maafkan saya! Saya tidak bisa berbuat apa pun. Saya hanya menyampaikan apa yang sudah diamanatkan pimpinan," kata Kepala Bagian itu sembari tersenyum. Senyum palsu padahal dia memiliki andil yang besar untuk memutuskan apakah aku layak naik level atau tidak.
Aku menangis di toilet kantor. Aku merasa aku sudah menyia-siakan waktuku selama tiga tahun ini. Aku menyesal telah membuat keputusan yang memungkinkanku untuk hidup lebih baik lagi dari yang sekarang. Asaku putus di tengah jalan.
                                                           ***
Dunia yang kita tinggali memang terkadang tidak adil.. Ketika kerja keras dan pengorbananm tidak dihargai setitik pun, maka semua menjadi sia-sia. Anehnya, di sisi lain, ada orang-orang yang mendapatkan bonus tanpa perlu mengangkat ujung jarinya.