maka buku dapat dibawa kemana saja dan dibaca kapan saja.
Harganya juga lebih terjangkau. Satu buku digital harganya bisa menjadi setengah dari harga buku versi cetak. Tampilannya juga lebih dinamis karena ebook kadangkala menyajikan ilustrasi menarik seperti gambar dan video.
Ebook juga dinilai lebih ramah lingkungan karena tidak membutuhkan berlembar-lembar kertas. Juga lebih tahan lama karena tidak akan ada tungau atau rayap yang akan memakan habis buku-buku kita.
Tetapi ebook  ini punya kekurangan juga. Mata menjadi cepat lelah dan bahaya lain yang bisa mengancam kesehatan mata.Â
Sebenarnya, pemakaian ebook dengan buku cetak tergantung kenyamanan masing-masing sih. Kalau saya lebih memilih buku cetak. Ada beberapa alasannya.Â
Pertama, buku cetak bisa dicorat-coret. Maksudnya, kita bisa menggaris bawahi kalimat-kalimat yang kita suka, mencatat bagian-bagian penting, bahkan memberikan  opini.
Kedua adalah saya bisa berkreasi dengan buku, Contohnya, membuat bookstagram. Saya membuat foto buku yang sudah saya baca, sedikit memberikan ulasan, Â dan membagikannya di akun instagram saya.Â
Ketiga, supaya toko buku tetap ada. Banyaknya toko  buku yang tutup  membuat saya prihatin dengan eksistensi toko buku di masa mendatang.Â
Dimana lagi saya bisa melihat buku-buku yang berjejer rapi di rak? Atau cover-cover yang cantik , aroma buku-buku baru, dan alunan musik Kenny G yang mengiringi  langkah kaki saya mencari buku -buku kesukaan saya?
Lebay? Saya pikir tidak juga. Hal ini tentunya dirasakan juga oleh para pecinta buku lainnya. Â Oleh karena itu, sepanjang toko buku masih eksis, Â saya akan tetap mengunjunginya. Kiranya tidak ada lagi toko buku yang berguguran karena buku adalah jendela kehidupan.Â