Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prinsip Hidup Kartini Masa Kini

21 April 2023   07:00 Diperbarui: 21 April 2023   07:02 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar: freepik

Setiap orang pastinya memiliki sebuah prinsip dalam menjalani hidup apalagi pada era yang penuh tantangan ini.   Perempuan, khususnya, harus memiliki pegangan hidup untuk menjadikannya sebagai sosok yang tangguh dalam menghadapi setiap kesulitan.

Saya kenal seorang perempuan yang kisah hidupnya menjadikannya seorang panutan.  Bagi saya, beliau  adalah perempuan yang tangguh. Caranya menghadapi kesulitan hidup layak diteladani, 

Ketika menyelesaikan studinya, beliau  langsung diterima  bekerja, menikah, lalu dianugerahi empat orang anak. Kemudian, beliau memilih berhenti bekerja. Sungguh bukan keputusan yang mudah baginya melepaskan karir demi keluarga.

Pada suatu ketika, suaminya meninggal dunia. Meninggalkan dirinya bersama anak-anaknya yang masih kecil sekali. Hal ini membuatnya harus menggantikan posisi suami sebagai pencari nafkah. 

Belum hilang rasa duka akibat ditinggal suami, setahun kemudian anak pertamanya meninggal karena sakit. Beliau pun sempat menjalani perawatan intensif karena kelelahan bekerja.

Meskipun diterpa kemalangan beruntun, namun itu tak membuatnya menjadi  lemah. Beliau berusaha mengatasi kesulitan hidup. Bertahan untuk anak-anaknya.  

Bagi saya, beliau adalah Kartini masa kini. Kartini masa kini adalah perempuan masa kini yang berkontribusi bagi keluarga dan masyarakat. Ada beberapa hal yang menurut saya harus dimiliki para Kartini masa kini. 

Pertama, memilki pengetahuan. Perempuan harus memiliki pengetahuan agar tidak mudah dieksploitasi dan dibodohi. Dengan berpengetahuan, maka perempuan dapat mengembangkan diri dan meningkatkan keterampilan. 

Perempuan yang hidup pada masa kini, harus senantiasa meneruskan perjuangan R.A Kartini dengan memanfaatkan pengetahuan sebagai sarana untuk memberdayakan dirinya dan masyarakat di sekitarnya.

Perempuan itu jadi saka guru peradaban. Dari perempuanlah pertama-tama manusia itu menerima didikan. Di haribaannyalah anak itu belajar merasa dan berpikir, berkata-kata, dan makin lama makin tahulah saya bahwa didikan yang mula-mula itu besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia di kemudian hari. Dan betapakah ibu bumiputera akan sanggup mendidik anaknya bila mereka sendiri tiada berpendidikan? (Surat Kartini pada Ny. Abendanon tertanggal 21 Januari 1902, dikutip dari wikibook).

Kedua, memiliki kecerdasan emosi. Kartini masa kini juga harus cerdas. Cerdas tidak melulu soal seberapa besar pengetahuan yang dimiliki. Atau seberapa tinggi pendidikan yang sudah dijalani.

Cerdas juga meliputi emosi. Bijak dalam menghadapi diri sendiri dan orang lain. IQ tinggi tidak akan ada  artinya bila seseorang tidak mampu memanajemen emosinya dengan baik.

Mengutip Goleman, seseorang dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan mudah mengendalikan rasa marah dalam dirinya, tidak agresif, memikirkan akibat sebelum bertindak, dan berempati dengan orang lain. (Goleman : 1995, 58-59)

Para perempuan masa kini setidaknya harus memiliki emosi apalagi ketika perempuan berada pada  posisi sebagai ibu rumah tangga yang adalah pilar dari sebuah keluarga.

Dalam hal menghadapi kemajuan zaman, perempuan juga harus senantiasa cerdas. Saat teknologi semakin canggih dan arus informasi begitu melimpah, perempuan sebaiknya bijak mengelola informasi, tidak tersulut oleh isu-isu yang belum pasti, dan memberikan informasi yang tidak menyesatkan. 

Sekolah itu saja tidak dapatlah menyempurnakan pengajaran anak-anak, terutama ahli rumahpun wajiblah serta mendidiknya! Sekolah untuk memajukan pikiran, isi rumah untuk pendidikan budi pekerti!" ( Surat Kartini untuk Tuan Anton tertanggal 4 Oktober 1902, dikutip pada wikibook)

Ketiga, memilki kemandirian. Bukan berarti perempuan tidak membutuhkan orang lain di sekitarnya. Mandiri dalam hal ini berarti perempuan harus bisa berswadaya tanpa harus bergantung pada orang lain. 

Keempat, berani.  Meskipun  terpenjara oleh adat, namun itu tak menjadikan langkah seorang Kartini terhenti. Dengan keberanian yang dimilikinya, Kartini menyuarakan pendapat serta gagasannya melalui kegiatan surat-menyurat bersama teman-temannya di negeri Belanda.

Perempuan masa kini pun harus berani. Berani menyuarakan pendapat tanpa perlu takut dengan intimidasi orang-orang sekitarnya. Kartini mesti berani pula mengejar impian. Juga harus berani mencoba sesuatu yang baru dan mencari pengalaman.

Empat hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari apa yang harus dilakukan Kartini masa kini. Sebagaimana Kartini yang dulu memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan, maka Kartini yang sekarang harus bisa meneruskannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun