Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Surat Kabar Pada Masa Penjajahan

20 Februari 2023   07:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   16:46 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Kabar yang terbit pada masa pendudukan Jepang. Sumber gambar : Kemdikbud via Kompas.com
Surat Kabar yang terbit pada masa pendudukan Jepang. Sumber gambar : Kemdikbud via Kompas.com

Sejak pertama kali ditemukan, surat kabar mengambil peranannya sendiri dalam peradaban manusia, apalagi ketika surat kabar dicetak untuk pertama kali oleh Johann Carolus. 

Ketika Johann Carolus keluar dari pekerjaannya sebagai staf sebuah penerbitan buku. Dengan modal yang dimilikinya dan kerja sama dengan beberapa kenalannya, dia mendirikan sebuah perusahan percetakan.

Melalui perusahaan tersebut, dia mencetak tulisan-tulisannya sendiri yang kebanyakan bertajuk warta kota. Pada 1605 , lahirlah Koran  Relation yang ditulis dalam bahasa Jerman di Kota Strasbourg.

Koran Relation pun  mendapat pengakuan dari Asosiasi Koran Dunia sebagai koran pertama di dunia. Berperan sebagai pelopor media jurnalisme. 

Di awal kehadirannya, yaitu pada masa penjajahan, surat kabar kurang memainkan peranan penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan surat kabar yang beredar saat itu sifatnya privat. Pemilik, redaktur, hingga pembaca merupakan orang-orang Eropa, khususnya Belanda. 

Surat kabar yang pertama kali hadir di Indonesia bernama Bataviasche Nouvelles pada 7 Agustus 1844. Koran tersebut lahir di era VOC pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Van Imhoft.

Koran mingguan tersebut berisi kapal dagang VOC, mutasi pejabat berita perkawinan, kelahiran, dan kematian, juga beberapa iklan. Namun keberadaan Bataviasche Nouvelles ini tidak berlangsung lama, sebab Direktur VOC yang berjumlah 17 orang itu, membredelnya. Mereka khawatirr kehadiran Bataviasche Nouvelles akan dimanfaatkan oleh pesaing VOC untuk mengambil untung.

Surat kabar pertama pun hilang, diganti dengan yang baru bernama Verdu Niews atau surat lelang.  Surat kabar tersebut hadir ketika VOC tak lagi berkuasa dan memberikan wilayah-willayah jajahannya di Nusantara  kepada Pemerintah  Belanda. 

Verdu Niews berganti nama menjadi Bataviasche Koloniale Courant pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels. Koran tersebut betujuan untuk memperkuat pengaruh pemerintah kolonial pada masyarakat pribumi. 

Di era pemerintahan Thomas Stanford Raffles, muncul surat kabar bernama Java Gouverment Gazeete dan berganti nama lagi menjadi Bataviasche Courant ketika terjadi peralihan kekuasaan dari Inggris ke Pemerintah Hindia-Belanda.

Bila diperiodesasikan, maka perkembangan surat kabar di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua  babak..Babak pertama disebut dengan babak putih yang  ditandai dengan munculnya koran berbahasa Belanda.  

Babak kedua berlangsung mulai 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Babak ini ditandai  dengan terbitnya UU Pers oleh Pemerintah Kolonial yang memberikan kelonggaran kepada masyarakat pribumi untuk melibatkan diri dalam kegiatan pers.

Beberapa surat kabar yang melibatkan pribumi antara lain, Soerat Chabar Betawie yang terbit pada tahun 1858,  Bromartani yang terbit di Solo tahun 1865, lalu Bintang Timoer di Padang (1865), serta Tjahaja Sijang di Minahasa (1868) . (Harsono, 2010: 64).

Sejak kemunculan Medan Prijaji sebagai koran pertama yang diasuh oleh masyarakat pribumi, surat kabar Indonesia telah mengambil peran baru dalam sejarah bangsa. Bukan hanya sebagai  sumber informasi, namun sebagai wadah untuk membangun opini rakyat. 

Apalagi saat itu Indonesia memasuki era pergerakan nasional.Pada masa ini , muncul golongan  terpelajar yang  semakin kritis terhadap Pemerintahan Hindia-Belanda. Mereka tidak hanya menjadikan organisasi bentukannya sebagai wadah perjuangan, tetapi juga melalui tulisan.

Sebut saja Indische Partij yang memiliki koran De Express. Ki Hadjar Dewantara, salah satu pendiri Indische partij, pernah mengkritisi rencana Pemerintah Hindia-Belanda yang akan memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Perancis.

Dalam hal ini surat kabar memiliki peranan penting sebagai media perjuangan. Kehadiran surat kabar saat itu dijadikan sebagai media untuk menanamkan rasa kebangsaan. Juga sebagai ajakan untuk bersatu menentang penjajahan.

Ketika Jepang berkuasa, mereka menertibkan surat kabar yang beredar untuk kepentingan propaganda. Mereka berkeinginan untuk menanamkan pola pikir pada masyarakat agar bersama-sama menciptakan suatu kondisi kemakmuran Asia Timur Raya.

Pada saat itu, muncul surat kabar Tjahaja dan Soeara Asia sebagai media propaganda Jepang. Namun, seiring berjalannya waktu, kehadiran koran-koran tersebut menjadi bumerang bagi Jepang. Kedua surat kabar itulah yang pertama kali memberitakan berita proklamasi.

Referensi : 

https://p2k.unkris.ac.id/en1/3073-2962/Bataviasche-Nouvelles-En-Politique-Raisonnementes_99792_p2k-unkris.html

https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2009/07/17/11151138/koran-pertama-di-batavia-bertahan-dua-tahun

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_surat_kabar_Indonesia

https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/17613

Harsono, Andreas. (2010). Agama Saya Adalah Jurnalisme. Yogyakarta : Kanisius

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun