Dunia pendidikan di negeri ini memang aneh. Ada orang-orang yang terpanggil untuk mengajar malah terbentur selembar akta. Sementara orang-orang yang hanya menjadikan profesi guru sebagai pelarian, malah membuang pencapaiannya yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah.
Memang pendapat saya ini terkesan subjektif dan menghakimi. Biar bagaimanapun hidup adalah pilihan. Teman saya yang memilih berkarir sebagai pegawai bank itu tidak sepenuhnya salah. Tetapi setidaknya kita bertanggung jawab terhadap sesuatu yang sudah kita peroleh.
Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk memilih jurusan pendidikan guru, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, minat. Pastikan jurusan yang dipilih memang sesuai dengan minat. Jangan sampai salah pilih karena hal ini berkaitan dengan masa depan. Jika sesuatu yang kita kerjakan sesuai dengan minat, disertai juga dengan niat, pasti semuanya berjalan dengan baik. Tidak ada keluahan karena kita mengerjakannya dengan senang hati.
Kedua, bertanggung jawab. Bertanggung jawablah pada sesuatu yang sudah kita pilih. Jika tidak menyukainya, jalani saja dulu. Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Saya pun awalnya tidak ingin menjadi guru. Saya ingin menjadi jurnalis. Begitu menamatkan kuliah, saya langsung menjatuhkan lamaran ke berbagai surat kabar di kota saya dan tidak ada satupun yang memanggil saya. Hiks. Sedihnya. Saya terlalu pede sih.
Akhirnya saya menjatuhkan lamaran di sebuah bimbingan belajar. Diterima. Saya tidak mempunyai akta mengajar sehingga saya tidak bisa menjatuhkan lamaran ke sekolah. Tak apa, yang penting dapat pengalaman saja dulu, pikir saya waktu itu. Ternyata dunia mengajar penuh tantangan tetapi menyenangkan. Banyak hal yang saya pelajari di sini.
Mengajar menjadi sesuatu hal yang saya sukai selain menulis. Dari suka menjadi cinta ketika saya diterima mengajar di sebuah sekolah. Saya suka dipanggil ‘Ibu ’ oleh anak-anak.
"Selamat Pagi, Bu!” Begitu sapa mereka. Membuat saya terharu serasa seperti memiliki anak sendiri. Apalagi kalau hari guru. Saya mendapatkan kado dan kartu ucapan terima kasih dari mereka.
Ketiga, komitmen. Saya pikir profesi apapun yang kita jalani tentunya membutuhkan komitmen yang tinggi agar bisa meningkatkan kualitas diri dan profesi yang kita geluti. Hal ini juga dapat membuat kita selalu berpandangan positif.
Menjadinya guru sejatinya dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas. Bukan sekedar selingan, apalagi pelarian. Bukan hanya sekedar profesi, melainkan juga panggilan hati. Jangan sia-siakan akta mengajarmu bila sudah memperolehnya karena ada banyak orang yang sangat membutuhkannya.