Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Bukan Putri Amba

19 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 19 Desember 2022   16:33 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kitab Adiparwa yang merupakan bagian pertama dari Wiracarita Mahabarata, disebutkan bahwa Kerjaan Kasi mengadakan sayembara untuk menemukan pria yang akan menikahi para putri Raja Kasi, yaitu Amba, Ambika, dan Ambalika.

Berita tentang sayembara itu terdengar sampai ke Hastinapura. Di sana berdiri Kerajaan Kuru yang saat itu diperintah oleh Wicitrawirya.

Wicitrawirya tidak sendirian memimpin Kerajaan Kuru. Dia dibantu oleh Bisma, saudara tirinya. Bisma telah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup. Itu sebabnya namanya berganti dari Dewabrata menjadi Bisma.

Bisma mengikuti sayembara yang diselenggarakan Raja Kasi sebabnya adalah dia ingin menikahkan Wicitrawirya dengan putri-putri Raja Kasi. 

Singkat cerita, dia pergi ke Kerajaan Kasi lalu  berhasil mengalahkan semua peserta termasuk Raja Salwa yang ternyata sudah mendapatkan Amba. 

Meskipun demikian, Bisma pun tetap membawa Amba dan adik-adiknya ke Hastinapura untuk dinikahkan dengan Wicitrawirya.  Namun, Amba menolak menikah dengannya karna sudah memilih Salwa sebagai suaminya. Wicitrawirya pun enggan menikahi Amba, sebab dia tidak ingin menikah dengan wanita yang mencintai orang lain.

Bisma pun menyuruh Amba menemui Salwa, namun Salwa menolak Amba karena biar bagaimanapun dia telah kalah dari Bisma. Ini soal harga diri laki-laki. Dia merasa Bismalah yang layak menikahi Amba.

Amba dalam wayang kulit. Sumber: Pintrest
Amba dalam wayang kulit. Sumber: Pintrest
Saat Amba kembali ke Hastinapura, dia ditolak juga oleh Bisma karena sudah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup.  Kisah cinta Amba yang tragis itu mungkin meniadi inspirasi bagi Laksmi Pamuntjak untuk menulis novel Amba.

Novel Amba sendiri merupakan perpaduan antara sejarah, mistis, sastra Jawa Kuno, dan roman tragedi. Namun sepertinya Laksmi Pamuntjak agaknya enggan menuliskan nasib Amba akan bernasib sama dengan Putri Amba. Amba adalah sosok wanita yang kuat dan berpendirian yang tidak perlu mengemis cinta dari laki-laki (hal 133).

Tentang Amba

Amba Kinanti , dalam novel ini , digambarkan sebagai sosok perempuan yang tidak biasa, keras tapi anggun. Pada matanya terpancar cinta yang luar biasa untuk anaknya dan pada bibirnya ditemukan sosok yang tegas dan penuh rahasia (hal 18). 

Amba lahir dan tumbuh di Kadipura, kota kecil di Jawa Tengah. Bapaknya adalah seorang guru dan ibunya dulunya adalah seorang pengembang yang memilih untuk mengabdikan diri untuk suami serta anak-anaknya.

Amba memiliki dua orang adik kembar yaitu Ambika dan Ambalika. Nama mereka bertiga terinpirasi dari tokoh-tokoh dalam Kitab Mahabarata. Putri-putri dari Kerajaan Kasi.  Bapaknya Amba, Sudarminto, memang penyuka kitab-kitab tua seperti Wedhatama dan Serat Centhini. 

Amba yang memang seorang kutu buku juga ikut membaca kitab-kitab itu. Seiring berjalannya waktu, Amba tumbuh dewasa . Dia memang bukan sekuntum kembang seperti adik-adiknya, namun dia memiliki daya tarik tersendiri.

"Perhatikan dari dekat : bentuk matanya yang kucing, alisnya yang lengkung, bibirnya yang penuh, senyumnya yang biru, hidungnya yang tak tajam tapi manis. Entah kenapa semua membuat oarasnya lebih berkarakter (hal 133)."

Setidaknya ada beberapa hal yang perlu ditiru dari sosok perempuan seperti Amba ini.

Kepatuhan

Amba masih hidup di Zaman ketika perempuan mesti menikah ketika sudah menginjak usia 18 tahun. Kalau tidak, maka perempuan itu akan dianggap tidak laku dan perawan tua.

Amba tidak ingin menikah dini. Dia ingin kuliah, bekerja, serta hidup mandiri. Namun, Amba tak melawan saat orangtuanya menjodohkannya dengan Salwa, pemuda yang dikagumi orangtuanya (hal 137).

Ketegaran

Ketika Amba pergi ke Kediri untuk bekerja sebagai seorang penerjemah Bahasa Inggris, dia bertemu dengan Bhisma, dokter di rumah sakit tempat dia bekerja. Mereka saling jatuh cinta, namun harus terpisah karena peristiwa G 30 S di Yogyakarta.  Bhisma mendadak hilang dalam kehidupan Amba dan sedang mengandung bayi Bhisma.

Amba mencoba untuk tegar. Dengan berani, dia mengambil keputusan besar yang akan mengubah hidupnya. Dia memutuskan hubungan dengan Salwa, pria yang memang tidak pernah dicintainya, meminta maaf pada orang tuanya, dan membiarkan janin yang ada di rahim Amba tumbuh. Dia ingin bayi di dalam perutnya lahir. Mengasuhnya layaknya seorang ibu.

Kesetiaan

Berpuluh-puluh tahun sejak dia kehilangan Bhisma dan sampai usianya telah lanjut, Amba tetap mempertahankan cintanya pada Bhisma. Amba berusaha mencari jejak Bhisma hingga ke Pulau Buru.  Apa yang ditemuinya di sana, sama sekali tak melunturkan cinta Amba pada Bhisma meski pisau menghujam tubuhnya. Dia merasa beruntung bisa mencintai seorang Bhisma.

Amba tidak harus berakhir seperti Putri Amba yang mendendam pada Bisma dan mengutukinya. Amba berhasil membuktikan bahwa cinta sejati itu benar-benar ada meski tidak harus memiliki .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun