Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prajurit Strapan: Kisah Kelam Penjajahan yang Lebih Kelam

19 September 2022   08:52 Diperbarui: 19 September 2022   09:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Prajurit Strapan adalah satu dari sekian banyak kekejian yang dilakukan Belanda. Ada begitu banyak penyiksaan, pembantaian, hingga kekerasan seksual yang dialami rakyat pribumi. Pada era  pemerintahan Daendels (1808-1811), terjadi perbudakan besar-besaran akibat sistem Rodi. Rakyat pribumi disuruh bekerja keras membuat jalan-jalan, benteng-benteng, dan sarana militer untuk Belanda dengan hanya diberi sedikit makanan, tidak diberi gaji, dan bahkan dibiarkan tergelatak mati begitu saja di areal kerja paksa. Jumlah korban yang tewas akibat kebijakan ini mencapai 12.000 jiwa.

Perasaan superiorlah yang menyebabkan Belanda berlaku keras dan keji terhadap penduduk negeri ini. Lihat bagaimana Belanda menempatkan pribumi pada golongan ketiga, lapisan terendah dalam sistem sosial Pemerintah Hindia-Belanda. Bagi mereka, Belanda itu, ras kulit putih adalah ras paling unggul. Di luar itu adalah yang terendah.

Moral dari kisah ini adalah kita tidak perlu melupakan kejadian menyakitkan itu. Tidak melupakan bukan berarti mendendam bahkan sampai harus menyatakan perang terhadap mereka. Tidak melupakan berarti memotivasi diri untuk maju agar kita tidak gampang diinjak-injak lagi seperti dulu.

Referensi :

Suyono, R.P (2005) : "Seks Dan Kekerasan Pada   Zaman Kolonial : Penelusuran Kepustakaan Sejarah, Jakarta : Grasindo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun