Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kisah Fugui: Review Buku 'To Live'

12 September 2022   10:09 Diperbarui: 12 September 2022   10:41 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku To Live (Foto : Dok. Pribadi)

Judul Buku                   : To  Live (Hidup)

Penulis                          : Yu Hua

Penerjemah               : Agustinus Wibowo

Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit              : Cetakan kedua April 2020 (Edisi Indonesia)

Jumlah Halaman     :  224 Halaman

No. ISBN                      : 9786020313825

Kalau sampai putus harapan, bagaimana kami bisa melewati hari-hari ini?

Dari ilustrasi buku  ini yaitu seorang pria yang sangat tua dengan tumpukan jerami di atas bahunya, saya bisa tahu bahwa buku ini bercerita tentang seseorang dengan sekelumit kisah hidupnya yang panjang. 

Buku  To Live merupakan karya kontroversial dari Yu Hua yang sempat dilarang beredar di Tiongkok, namun telah meraih  berbagai penghargaan sastra internasional, difilmkan, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagain bahasa.  

Yu Hua terinspirasi menulis buku  ini setelah mendengarkan lagu rakyat Amerika yang berjudul Old Black Joe. Dia menjadi tersentuh dan teringat pada kenangan yang pernah dilewati oleh keluarganya.

Buku ini berpusat pada sang tokoh utama, Xu Fugui, yang  tadinya adalah seorang Tuan Muda. Ayahnya adalah seorang juragan yang memiliki tanah seluas 100 mu ( 1 mu=0,0667 hektar). 

Lebih dari empat puluh tahun yang lalu, ayahku sering mondar -mandir di sini. Dia memakai baju sutra warna hitam,, selalu menyilangkan kedua tangannya di balik punggung. Kalau pergi ke luar, dia sering bilang pada ibuku, " aku mau jalan-jalan melihat tanah kita " Begitu para pekerja melihat ayahku sedang berjalan mengelilingi tanahnya sendiri, mereka akan menggenggam erat ujung cangkul mereka dengan kedua tangan,lalu dengan hormat mereka men gucapkan salam,"Tuan Besar' (hal 10) 

Sebagai anak tuan tanah yang kaya, tentu saja Fugui memliki hak istimewa mulai dari mendapatkan pendidikan yang layak sampai pada memiliki seorang kuli panggul untuk membawanya kemana pun dia pergi. 

Aku tak pernah berjalan kaki ke sekolah. Keluarga kami menggaji kuli khusus untuk panggul aku di pundaknya. Pulang sekolah, , dia sudah siap menanti di sana, begitu hormat dia membungkuk (hal 12).

Pada awalnya Fugui digambarkan sebagai seseorang yang sembrono, suka melawan ayahnya, membuat malu ayah mertuanya,  suka foya-foya, berjudi dan senang main perempuan bahkan ketika dia sudah beristri. Fugui paling gemar berjudi. Dia akan mendatangi sebuah tempat yang bernama Wisma Hijau dan akan bermain  judi di sana sampai pagi bahkan sampai berminggu-minggu. 

Awalnya kalau aku kalah aku harus berikan uang saat itu juga. Berikutnya aku langsung utang saja. Para pemberi utang tahu betul kekayaan keluargaku, mereka biarkan saja aku menumpuk utang. Sejak boleh utang, aku sudah  tidak ingat lagi berapa kali aku kalah. Para pemberi utang juga tidak pernah mengingatkanku, diam-diam mereka tiap hari menghitung tanah keluarga kami yang seratusan mu itu (hal19)

Fugui akhirnya menghancurkan hidup keluarganya sendiri karena berjudi. Mereka yang tadinya tinggal dalam sebuah bangunan yang megah kini harus tinggal dalam gubuk jerami di sebuah dusun. Keluarga Xu melarat. Tetapi Fugui berubah sejak saat itu. Dia be rubah menjadi pekerja keras,  lebih menghormati ayahnya, dan  lebih menyayangi istrinya, Keadaan yang serba sulit menjadikan dia sosok yang bertanggung jawab pada keluarganya. 


Buku ini berlatar belakang sejarah yang dimulai dari akhir pendudukan Jepang di Tiongkok  sampai pada pemerintahan Mao Zedong. Membaca buku  ini seperti sedang membaca kisah nyata seseorang. 

Ketika orang-orang sering berprasangka buruk terhadap Tiongkok, Yu Hua seolah ingin memberitahu dunia bahwa ada  sisi lain dari Tiongkok.  yang   jarang diketahui oleh orang banyak sehingga itu membuat kita berpikir ulang tentang Tiongkok. Melalui kisah hidup Fugui, Yu Hua menceritakan sebuah Tiongkok  yang nyata dan tanpa basa-basi.   

Tokoh Fugui seperti saksi hidup yang dialami bangsanya yang pernah mengalami kekejaman perang saudara, teror, hingga kebijakan Mao Zedong yang absurd, misalnya kebijakan untuk membantai semua burung gereja karena, bagi Mao, itu sangat menggangu perkembangan Tiongkok. Akibatnya, burung gereja punah.  

Populasi belalang membludak karena tidak ada yang memangsa mereka. Tanaman pangan menjadi rusak karena serangan belalang, lalu muncullah bencana kelaparan terdashyat.  

Kondisi Tiongkok yang mengalami kelaparan hebat dikemukakan Fugui pada lembaran selanjutnya. 

Semua sekarang menghitung bulir nasi yang dimauskkan ke kuali . Simapanan makanan sudah sangat      tipis. Tidak ada lagi yang menanak nasi, semuanya masak  bubur dan buburnya sudah  encer...sudah satu atau dua bulan ini keluarga kami tidak pernah makan kenyang (hal 122-123)

Lalu bagaimana Fugui bisa bertahan hidup dengan hari-hari yang serba sulit itu? Optimis. Dengan sikap itu, Fugui mampu menjalani hari-harinya dengan penuh keikhlasan dan semangat hidup meski perutnya tak terisi.

Buku ini memberikan begitu banyak pelajaran hidup. Pertama, seberapa megahnya sebuah peradaban dan seberapa hebatnya sebuah bangsa, pasti memiliki kisah kelamnya masing-masing dan masyarakat yang tinggal di dalamnya pun tidak ingin mengalami kondisi yang  seperti itu. Kita sebaiknya tidak boleh memandang sekelompok orang yang berbeda dari kita hanya dari satu sisi, tetapi cobalah memandang dari beberapa sisi.

Kedua, Buku  ini mengajakarkan kiat untuk bertahan hidup. Dalam keadaan titik terendah sekalipun, tetaplah bertahan hidup. Seperti Fugui yang senantiasa optimis dan tidak menyerah pada keadaan.Selalu ada jalan keluar bagi keadaaan yang rumit.Pelajaran lainnya adalah tentang tanggung jawab, arti keluarga, semangat hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun