Oleh:Â
Fritz Alor Boy (Alumni Teknik Penerbangan STTA Jogjakarta, Alumni S1 Ilmu Hukum Universitas Terbuka dan Alumi S2 Teknik Transporasi UGM)
Kenaikan harga tiket pesawat di Indonesia belakangan ini mengakibatkan masyarakat umum khusus masyarakat ekonomi kecil hingga berekonomi menengah sulit mudik atau berlibur atau jenguk keluarga di kampung halamannya. Sudah lama, pada masa rezim Presiden Joko Widodo, harga tiket pesawat lumayan tak bersahabat dengan masyarakat atau bisa disebut harga tiket pesawat terus-menerus mencekik leher masyarakat. Meskipun masyarakat, akademisi, aktivis, pakar transportasi, legislatif dan lainnya sudah teriak sekuat tenaga hingga berbusa-busa namun itu pun Presiden Jokowi tidak mengindahkanya. Ia malah cuek dan tidak peudli terhadap persoalan ini. Sampai saat ini, ia tidak menegur jajarannya yang membidanginya seperti Kementerian Perhubungan dan lainnya.
Maskapai penerbangan  seperti Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya Air, Nam Air, Batik Air, Lion Air, dan Wings Air tidak mempedulikan kepentingan masyarakat, melainkan kepentingan keuntungan maskapainnya. Bagi maskapai, yang penting keuntungan diri sendiri lebih utama daripada kepentingan publik. Maskapai penerbangan tidak mengindahkan jeritan-tangisan masyarakat yang sedang teriak 'mahalnya harga tiket pesawat'. Maskapai seeanaknya menaikkan harga pesawat tanpa pertimbangan sisi ekonomi rakyat kecil.
Perbandingan harga tiket Domestik dan Luar Negeri
Tarif tiket pesawat untuk rute penerbangan domestik mencekik leher atau mahal dibandingkan dengan tarif tiket pesawat rute penerbangan luar negeri. Untuk Penerbangan Jakarta ke Alor tertanggal 24 Juli 2024 tembus Rp  Rp 4.094.265,-/orang, dengan menghabiskan waktu: 24 jam, 10 menit. Silakan lihat pada gambar dibawah ini:
Â
Sedangkan tarif tiket pesawat untuk rute penerbangan Jakarta ke Kupang tertanggal 24 Juli 2024 tembus Rp  Rp 2.623.700,-/orang, dengan menghabiskan waktu: 4 jam, 15 menit. Silakan lihat pada gambar dibawah ini:
Â
Perlu diketahui, biasanya perjalanan Jakarta ke Kupang menghabiskan waktu selama 2 jam. Tetapi, kali ini lama perjalanan ke NTT bisa tembus 4 jam. Artinya, disinilah bisa dilihat bahwa menambah waktu perjalanan adalah sebuah alasan yang tidak masuk akal dan patut diduga, sepertinya ada permainan yang tidak benar dalam persolan harga tiket pesawat. Sementara Kupang ke Alor bisa menghabiskan waktu selama 45 menit. Nah, dalam daftar harga tiket ini menyebutkan bahwa untuk ke Alor menghabiskan waktu selama 1 hari atau 24 jam. Biasanya, untuk Jakarta ke Alor (transit Kupang) bisa menghabiskan waktu selama 3 sampai 4 jam. Ini juga bisa dinilai bahwa ada apa dibalik 24, 15 menit? Kok, untuk ke Alor saja perjalanannya bisa menebus 1 hari?
Sementara itu, mari kita bandingkan dengan harga tiket rute penerbangan Jakarta Kualumpur. Dengan menghabiskan waktu selama 1, 2 atau 3 jam dengan menggunakan maskapai penerbangan yang sama, apakah harga tiketnya bersahabat atau mencekik leher? harga tiket rute penerbangan Jakarta -- Kualumpur tertanggal 24 Juli 2024 tembus Rp 689.800,-/orang; dengan menghabiskan waktu 2 jam, 10 untuk pesawat Batik Air. Penerbangan Jakarta -- Singapura, harga tiketnya tembus Rp 1020.500,-/orang.
Â
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harga tiket penerbangan domestik dengan luar negeri sangat jauh. Dimana, harga tiket ke luar negeri lebih murah dibandingkan dengan harga tiket penerbangan domestik.
Luhut Buka Suara
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves RI), Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan alasan harga tiket pesawat rute domestik melonjak tinggi atau mahal dalam beberapa bulan terakhir ini. Menurut Luhut, penyebab harga tiket penerbangan domestic bisa mahal diakibatkan oleh adanya aktivitas penerbangan global yang telah  pulih setelah situasi sebelum pandemic melanda dunia. Untuk mengatasi harga tiket yang terus-menerus mahal, yang kerap dikeluhkan oleh masyarakat, Ia mengatakan pemerintah akan melakukan evaluasi beberapa hal termasuk evaluasi operasi biaya pesawat, menganalisis rincian nilai Cost Per Block Hour (CBH) dan lainnya.
"Kami menyiapkan beberapa langkah untuk efisiensi penerbangan dan penurunan harga tiket, misalnya evaluasi operasi biaya pesawat," tulis Luhut dalam unggahan melalui akun Instagram pribadinya (@luhut.pandjaitan) pada Kamis (11/7/2024).
Sementara itu, Pengamat Transportasi Darmaningtyas juga buka suara terkait harga tiket pesawat yang dinilai mencekik leher para konsumen. Menurutnya, harga tiket domestic mahal diakibatkan atau dipengaruhi oleh harga avtur hingga nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS), biaya perawatan, biaya operasional di ground handling, serta manajemen maskapai itu sendiri. Ia menjelaskan, semua transaksi terkait industri penerbangan sata saat ini memang menggunakan dolar AS. "Ketika rupiah jeblok, otomatis akan berpengaruh terhadap tiket pesawat," ucapnya.
Tingginya harga tiket dari dan ke seluruh Indonesia termasuk ke Nusa Tenggara Timur tersebut dikhawatirkan akan memicu kerugian bagi pemasukan daerah. Harga tiket Pesawat yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kurangnya minat wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk datang ke daerah pariwisata termasuk Nusa Tenggara Timur.
Penulis merupakan Mahasiswa S2 Hukum Universitas Mpu Tantular - Jakarta
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H