Mohon tunggu...
Fristianty Ltrn
Fristianty Ltrn Mohon Tunggu... Administrasi - NGO

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Titisan Seniman Pertama di Dunia, Sang Master Seni

28 Juli 2017   13:58 Diperbarui: 28 Juli 2017   15:58 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ma.. saya tidak mau kuliah ekonomi atau jurusan apapun. Saya mau kuliah seni rupa". Pernah mendengar kalimat tersebut dari seorang anak lulusan SMA? Apa respon kita? Kalau itu anak tetangga, ya kita senyum senyum saja..bagaimana kalau kalimat itu dari anak kita sendiri?

Apabila setiap kita ditanya apakah kita sudah cukup menghargai seni, maka mungkin rata rata kita akan menjawab "sudah", nah bagaimana cara nge-test nya? Jawablah kalimat anak di atas. Kalau kita berespon bingung, atau menjawab agar si anak mengurungkan niatnya. Sudah cukup meghargai senikah kita? Saya sih mengatakan mungkin belum.

Sndy  adalah nama seorang sahabat. Kami bertemu di Negara tetangga, saya studi dan dia bekerja. Dia saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan dan dia katakan akan meninggalkan pekerjaannya tersebut apabila study on line-nya selesai. Apa study on line yang sedang serius ditekuninya saat ini? Dia menekuni seni fotography, gurunya dari US dan biayanya sangat besar. 

Dia bekerja saat ini agar bisa membiayai studynya tersebut , dia rela lembur malam malam di hari offnya demi kuliah ini dan dia berkata bahwa dia akan meninggalkan pekerjaannya kelak  demi mewujudkan cita citanya di seni forography secara total apabila studynya sudah selesai.  Apa kah dia tidak merasa sayang dengan pekerjaannya saat ini? Kelihatannya tidak,  ternyata setelah dia bercerita, saya jadi tahu apa alasannya sehingga dia bisa senekad itu merambah dunia fotography yang dia belum tahu letak keberuntungannya sedangkan pekerjaan saat ini sudah ada yang menjadi jaminan hari esoknya, paling tidak secara kasat mata.

Dia mengatakan keberanian itu dia dapat dari sang ibu yang melahirkannya. Dia sudah melihat bagaimana ibunya tidak keberatan ketika selepas SMA dia mengatakan cita citanya ingin mendalami sebuah seni ditengah tengah anak anak seusianya yang pengen jadi dokter, pramugari, PNS, dll. Bahkan ibunya tidak merasa malu mengantarkan dia ke salah satu kampus seni di Jakarta demi mengambil jurusan seni tari daerah. Sampai akhirnya dia menemukan kecintaan di bidang seni yang lain, yaitu fotography, tapi kenangan bagaimana ibunya sangat menghargai cita cita nya untuk menekuni seni sangat mempengaruhi keberaniannya untuk meninggalkan pekerjaannya kelak begitu sekolah seni fotographynya selesai.

Siapa Seniman Pertama di Dunia?

Kemanapun kita pergi, kita tidak akan bisa menghindari dari sebuah karya seni. Baik design jalan, design bangunan, design kursi, hiasan dinding, dll. Seni sudah menjadi bagian hidup kita. Bahkan susunan warna permen loli pop pun mengeluarkan sebuah seni yang menarik tentang perpaduan warna, sehingga menarik perhatian anak anak.

Siapa seniman pertama di dunia yang meninggalkan karyanya untuk kita nikmati? Allah semesta alam adalah jawabannya. Dia adalah Seniman sejati. Coba tengadahkan kepala ke langit di siang hari, dan lihat bagaimana susunan awan berwarna putih dengan latar belakang langit biru yang luas terbentang..coba perhatikan beberapa hari berturut turut, tidak akan ada lukisan yang persis sama. Dia sangat kreatif!.

Coba lihat kilat listrik di langit pada malam hari. Kami pernah mencoba memotret setiap kali kilatan listrik muncul dilangit malam, sangat menakjubkan..indah sangat indah. Coba lihat  lukisan menakjubkan dari dunia luar angkasa dengan susunan planet planet. Apa lagi karya seni yang tidak bisa dipungkiri? Mari menuju cermin, apa yang anda lihat? Wajah seorang manusia. Tidak ada dua wajah yang persis sama, bahkan wajah kembar identik sekalipun tetap saja ada perbedaannya. Berapa milyar jumlah manusia dibumi ini? Betapa tangan sang Maha Agung itu mampu membuat wajah wajah itu berbeda dalam waktu yang bersamaan. Sekali lagi, Dia adalah Sang Master Seni.  

Efek Sebuah Seni.  Pengaruh yang sangat positif.

Makati adalah sebuah kota metropolitan di Filipina. Penuh dengan mall mall yang luar biasa besar dengan jumlah yang banyak. Tapi sering di waktu waktu tertentu, kadang pagi menjelang siang atau sore menjelang malam ada saja gadis gadis yang sibuk melakukan sesuatu di sudut sudut mall, di meja dengan sebuah buku sambil minum kopi atau soft drink.

Usia mereka bukan umur belasan tahun, tapi usia pekerja,  mereka adalah karyawan karyawan perusahaan. Kadang ada yang seorang diri, lengkap dengan headset di telinga atau kadang bergerombol  di satu meja. Apa yang sedang mereka lakukan? Mewarnai! Ternyata seni mewarnai tidak lagi milik anak anak PAUD atau TK, tapi seni mewarnai ituArt4All.Seni mewarnai untuk dewasa dengan gambar yang rumit dan pinsil warna yang musti runcing karena gambar yang sangat detil telah menarik perhatian orang dewasa.

Apa yang efek yang terjadi pada diri mereka ketika mereka mengerjakan seni mewarnai di tengah off day mereka? Konsentrasi, Ketenangan,  dan sebuah cara relaksasi..lebih santai, itu kata mereka. Sehingga menurut mereka stress berkurang, mereka lebih tenang, lebih ber energy bekerja esok harinya dan lebih siap menghadapi masalah dikantor. Wah..boleh dicoba. Bahkan konon menurut para ahli seni melukis juga di akui bisa jadi terapi mengobati Alzheimer dan Demensia.

Apa efek yang lain dari sebua karya seni? Bukan hanya ketenangan diri sendiri tapi bisa juga sebagai tools untuk mempengaruhi orang lain, adalah jawabannya. Pelukis Galih Reza Suseno, seorang seniman baru, pelukis dari Jogyakarta, alumni Universitas Sebelas Maret, baru baru ini membuat gallery karya lukisannya  yang berjumlah 18 karya lukisan. Dari banyak wawancara yang dirangkum Detik.com, dikatakan bahwa dia menuangkan kegelisahannya tentang agama, tentang ke Tuhan-an ke dalam lukisannya. Dia gelisah melihat keber-agama- an masyarakat yang ditunggangi demi kepentingan segelintir pihak. 

Dia memberi Judul galerynya "Imago Dei" yang berarti Citra Allah (God's Image), dia menggugah hati orang orang penikmat lukisannya untuk kembali merenungkan siapa Allah. Dia mempengaruhi orang orang untuk kembali dengan tulus mencari Allah melalui lukisannya. Dia mengatakan .."dalam ber-seni, kita harus jujur.." kejujuran pencahariannya tentang Allah tertuang dalam lukisan lukisannya dan menginspirasi orang untuk kembali mencari Allah dalam ke-misteriusanNya.

Dalam pengertian saya tentang Imago Dei, bakat seni Reza yang sangat indah tersebut adalah cerminan sebuah rasa seni dari Allah sendiri. Allah yang adalah Seniman sejati menurunkan setitik rasa seni itu dalam diri Reza, karena Reza adalah Imago Dei, diciptakan se-image dengan Allah. Allah lah Sang Seniman sejati itu. Selain yang disampaikan oleh Reza, saya bisa melihat lukisan Reza yang sangat indah dengan banyak objek di satu lukisan itu, terlihat detail yang sangat rumit tapi satu kata yang tersimpulkan yaitu "Indah dan Misterius".    

Seni adalah sebuah bidang yang membebaskan siapa saja untuk memberi penilaian padanya. Seperti sebuah lukisan, tidak ada yang boleh berhak menentukan lukisan yang satu lebih cantik atau bagus dari lukisan yang lain, karena cantik itu relatif sifatnya. Karena relatif maka tidak boleh memaksakan penilaian kita agar diterima orang, dan disitulah letak kebebasan berkarya bagi siapa saja.

Karena kebebasan menilai itu maka ketika ada yang mengatakan dunia ini buruk dan tidak ada seni sama sekali, maka Allah Sang Pencipta semesta pun tidak akan marah, karena Dia tidak butuh pujian, tapi Dia akan terus berkarya menciptakan ikan ikan, menghadirkan daun daun baru,  bunga bunga baru juga bayi bayi mungil.  Dan terakhir, ketika ada yang mengatakan kamu tidak cantik, maka berarti mereka sedang menghina Sang pembuat karya seni itu, bukan kamu. Jadi tidak usah marah ya..:-).

Mari lebih menghargai seni, karena kita adalah hasil sebuah karya seni, di dalam diri kita pasti ada satu jenis seni yang bisa dikembangkan. Kalau tidak percaya coba kembali lihat ke langit biru diatas, gambar apa sekarang muncul disana? Pasti berbeda dengan lukisan kemarin. Senimannya adalah penciptamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun