Mohon tunggu...
Fristian Shamsapeel Griec
Fristian Shamsapeel Griec Mohon Tunggu... -

I am me, \r\nI left 'my home' to find 'my own home'

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melodi Kriuk...Kriuk

26 Juli 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk kembali. Siapapun pemiliki suara itu ... entah kekasih, Ibu, Ayah, sahabat, kolega ... siapapun. Apapun yang dikatakannya. Dimanapun Ia berada. Tahukah Ia ... beberapa menit yang lalu, Ia ataupun sesuatu yang dikatakannya menjadi hal paling berarti bagi seorang dari bermilyar-milyar manusia di muka bumi ini? Pemilik segenap hati dan pikir seorang manusia yang tak lagi bisa merasakan dan memikirkan hal lain, selain kesedihan dan harapan. Bahkan keberadaanku ... yang mungkin dalam situasi yang berbeda dapat membuatnya tertunduk malu karena menjadi satu dari sedikit pria yang menitikkan air mata di tanah ini.

Entahlah ... pemilik suara itu mungkin sama sekali tak menyadari betapa berartinya dia. Jika tahun-tahun menjalani hidup diubah ke dalam detik dan menit, maka mungkin ... detik, menit yang lalu atau bahkan saat ini hidup seseorang begitu menentukan hidup yang lain. Apa yang dilakukan seseorang saat ini menentukan apa yang dilakukan yang lain. Apa yang dirasakan seseorang saat ini menentukan apa yang dirasakan yang lain. Manusia dan segala yang menghuni bumi ini seperti barisan kartu domino. Gerak satu kartu menentukan gerak kartu yang lain ...

Matahari menyinari ...  mengikuti perputaran bumi pada porosnya ...

Maka, tak ada yang sia-sia bukan? Apapun ... siapapun yang tersua lalu pergi dalam perjalanan hidup seorang manusia sejak lahir hingga matinya, entah menjadi kerikil, bukit yang harus didaki, lembah, arus deras yang menghempas, yang mengulurkan tangan, yang meninggalkan, yang mengasihi sepenuh hati, yang membenci, yang mencela, yang memuja atau bahkan yang hanya sekedar berpapasan ... apapun ... siapapun ... siapapun mereka, adalah tatah yang mengukir ‘wujud’ kita yang tertemukan usai pencarian panjang di penghujung nanti. Meski mungkin ... kita tak kan bisa memerinci apa dan siapa saja yang telah tersua dalam perjalanan ini, hingga akhirnya kita dapat berkata,

“Inilah diriku ... ”

“Entahlah ... usai ini, kita mungkin tak kan pernah bersua kembali. Tapi telah kucatat arti hadirmu dalam perjalananku ... terima kasih, setidaknya ... ‘terima kasih’ telah mengalihkan rasa laparku sejenak untuk menginsyafi hal ini”, ujarku.

Ia mengambil beberapa lembar tissue lagi. Tapi, tidak untuk mengusap butir-butir air matanya. Keju leleh yang beku kembali ... selesai dilahapnya ...

“Oh, tidak. Dimana tombol ‘volumenya’? lantunan melodi kriuk ... kriuk ... ini kian kencang”

-Fristian Shamsapeel Griec-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun